Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ema Amalia

Apa Untungnya Rutin Membacakan Buku dengan Nyaring pada Anak?

Eduaksi | 2023-09-29 13:57:31
Membacakan buku pada anak usia dini (Sumber foto : dok.pribadi)

Rabu pagi di bulan Agustus Minggu ke 3 itu salah satu sudut kelas A RA Hidayatul Mubtadiin menampakkan wajah barunya. Anak-anak dengan wajah penasaran dan ragu mendekati sudut kelas itu. Ada yang memegang stiker dinding hiasan baru, ada yang mulai menghampiri rak buku, dan tak sedikit yang mulai memegang dan membuka-buka buku baru.

“teman-teman mau dibacakan buku yang mana?” Tanya salah satu mahasiswa KKN pada anak-anak di kelas

Seketika tangan-tangan mungil itu menyodorkan buku cerita yang diambil dari rak buku.

“Buku yang ini dulu ya? Satu-satu dibacakannya”. Jawab satu mahasiswa KKN pada semua anak yang membawakan buku dan dibalas anggukan senyuman anak-anak.

“Tolong kembalikan dulu buku yang lainnya di rak buku lagi ya” Tambahnya

Dan mereka melangkah menuju sudut kelas yang kini menjadi pojok baca. Sebelum membacakan buku cerita, anak-anak dikenalkan bagian-bagian buku terlebih dahulu. Tak lupa disebutkan juga nama penulis buku dan illustratornya. Hal ini untuk mendorong mereka siapapun bisa menjadi penulis dan illustrator buku asalkan mau terus belajar. Sejenak kemudian suasana kelas mulai hening dari keramaian suara anak-anak, mereka mulai larut dalam cerita dan mata tertuju pada gambar di buku cerita yang dibacakan dengan nyaring oleh salah satu dari mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) STIT Rakeyan Santang angkatan ke 5. Cerita mengalir hingga akhir buku yang kemudian ketika ditanyakan bagaimana perasaannya? Semua senang dengan kegiatan membaca buku.

Pojok baca merupakan salah satu program kerja mahsiswa KKN kelompok 4 di desa Sumurgede kecamatan Cilamaya Kulon dalam bidang pendidikan. Tempat yang dituju adalah RA Hidayatul Mubtadiin di desa tersebut. RA (Raudhatul Athfal) adalah jenjang pendidikan anak usia dini mulai 4 tahun hingga siap masuk SD. RA berada di bawah kelola Kementerian Agama.

“Kami ingin mendekatkan anak-anak pada buku, itu aja dulu. Dan kebetulan di sekolah ini Kami tidak melihat rak buku di setiap kelas” ujar koordinator kelompok 4 ketika menyampaikan maksudnya yang disambut baik oleh guru-guru RA tersebut.

Untuk apa disediakan pojok baca bagi anak usia dini? Bukannya mereka belum bisa membaca?

Anak usia dini adalah usia mulai dari 0-6 tahun. Pembuatan pojok baca di dalam kelas perlu diupayakan sebagai bentuk mengenalkan anak pada buku sehingga semakin lama akan menumbuhkan literasi serta meningkatkan minat baca anak. Biasanya anak akan memainkan apa yang ada di dekatnya. Pertama dilihatnya saja buku, lalu tertarik membolak-balikkan halaman buku lama-lama jika sering dibacakan buku anak akan tertarik berusaha membacanya sendiri. Dengan adanya buku-buku cerita di kelas, diharapkan mereka akan lebih dekat dengan buku.

Penyediaan pojok baca pada anak usia dini bukan bertujuan untuk membuat anak cepat bisa membaca. Namun jika kemudian menginspirasi mereka agar mau belajar membaca sendiri, itu adalah hal yang baik bukan? Membacakan buku artinya menyampaikan kata-kata dalam sebuah cerita. Peran serta guru di dalam kelas harus aktif dalam mengenalkan buku pada anak. Anak yang belum dapat membaca sekalipun jika sering dibacakan buku akan menyerap kata-kata yang didengar sehingga mereka dapat memperkaya perbendaharaaan kosa kata sebagai aspek penting dalam pembelajaran.

Mengapa harus membacakan nyaring (Read aloud) ?

Read aload merupakan aktifitas membacakan buku pada anak dengan nyaring melalui cara membacakan yang menarik. Membacakan buku dengan nyaring dapat memperkaya kosa kata anak, melalui buku cerita dapat menstimulasi kecerdasan linguistik anak usia dini. Read aload secara rutin dapat meningkatkan kedekatan dengan anak dan juga sebagai sarana menjembatani buku dengan lebih baik pada anak.

Mari kita simak tips membacakan buku pada anak usia dini

1. Pilih buku cerita yang tidak terlalu panjang.

Rentang konsentrasi anak terutama yang baru dikenalkan buku tidak terlalu panjang. Hal ini untuk menghindari cerita yang dibacakan terlalu panjang hingga konsentrasinya mulai terganggu dan merasa bosan jika terlalu panjang.

2. Kita sebagai pembaca harus baca lebih dahulu buku yang akan dibacakan, sehingga kita dapat maksimalkan ekspresi dan intonasi ketika membaca cerita.

3. Ajak anak berdiskusi mengenai buku yang telah dibacakan, serta memancing anak untuk bertanya

4. Ajak anak menceritakan kembali isi buku yang telah dibacakan oleh guru.

Tak lupa gunakan rak buku terbuka ketika menyediakan pojok baca, hal ini dapat menarik perhatian anak jika sampul bergambar menghadap ke depan.

Buku dengan sampul menghadap ke depan anak menarik antusias anak untuk membaca. Tinggi rak tidak tidak melebihi tinggi badan anak, sehingga anak mudah untuk menjangkau buku yang diinginkan. Penggunaan rak buku model seperti ini juga akan memberi tanggung jawab pada anak untuk lebih mudah merapikan buku setelah digunakan. Sediakan aneka jenis buku anak mulai dari buku pop up, flip flap, slide book, fold book, hingga book sound. Sehingga anak kaya akan pengalaman aneka ragam buku, dan visual mereka juga dimanjakan dengan buku yang menarik.

Semoga langkah kecil kelompok 4 mahasiswa KKN ini membawa secercah harapan akan bangkitnya minat baca dari tunas-tunas muda bangsa.

“Harapan Kami dengan menyediakan pojok baca, kemudian mencontohkan kebiasaan membacakan buku pada anak diharapkan kegiatan ini akan diteruskan oleh guru RA Hidayatul Mubtadiin hingga menjadi habituasi di RA tersebut, syukur-syukur orang tua mereka juga melanjutkan kebiasaan ini di rumah” kata Ema Amalia, sebagai koordinator kelompok 4 Desa Sumur Gede.

Bagaimana retizen? Tertarik kah mengenalkan literasi pada anak usia dini melalui pojok baca? Yuk, kita mulai. Kita mulai dari lingkungan rumah, sekolah lalu meluas ke masyarakat.

Kelompok 4 Mahasiswa KKN Desa Sumurgede DPL Miss Gina Kania, S.Pd, M.I.Kom ( Kelompok 4 : Ema Amalia, Lusi Santikasari, Maulidah, Nur Azizah)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image