Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Metaverse untuk Sektor Publik

Teknologi | Tuesday, 26 Sep 2023, 10:00 WIB
Realitas virtual jadi bagian metaverse. Foto: Lucrezia Carmelos/Unsplash.

SEKTOR publik perlu memanfaatkan metaverse untuk membuat semakin banyak warga ikut terlibat langsung dalam proses tata kelola pemerintahan dan menjadi bagian dari ekosistem pemerintahan.

Digitalisasi dan transformasi digital terus menggelinding. Semakin banyak ragam layanan dilakukan secara daring.

Sektor publik tidak terkecuali. Layanan pemerintahan dituntut untuk terus berinovasi di ranah virtual dengan menghadirkan beragam layanan secara daring untuk masyarakat.

Kehadiran sektor publik secara daring bukan saja untuk membuat semakin banyak warga dijangkau layanan pemerintah tetapi juga untuk menjadikan khalayak lebih aktif berpartisipasi dan terlibat di sektor publik.

Pada konteks inilah, metaverse disebut-sebut dapat menjadi opsi bagi pemerintah agar bukan hanya membuat beragam layanannya menjangkau lebih banyak warga, tetapi juga memungkinkan semakin banyak warga ikut terlibat langsung dalam proses tata kelola pemerintahan dan menjadi bagian dari ekosistem pemerintahan.

Pada dasarnya, metaverse dapat digambarkan sebagai kombinasi dari beberapa elemen teknologi, termasuk virtual reality (VR), augmented reality (AR), dan juga video di mana para penggunanya "hidup" dalam dunia digital.

Lewat metaverse, para pengguna dapat bekerja, bermain, beriteraksi, bertransaksi, dan tetap terhubung dengan teman serta kolega melalui segala hal, mulai dari pameran, konser, konferensi hingga perjalanan virtual keliling dunia.

Dari segi istilah, metaverse pertama kali diperkenalkan dalam novel bergenre fiksi-sains bertajuk Snow Crash, karya Neal Stephenson (1992). Dalam novel tersebut, metaverse merujuk pada tempat imajiner bersama, yang tersedia melalui jaringan serat optik dan diproyeksikan ke kacamata VR.

Secara teknis, metaverse saat ini dibangun di atas teknologi blockchain dan menggunakan teknologi web 3.0. Web 3.0 sendiri dikenal sebagai web terdesentralisasi, yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara yang lebih aman dan privat.

Dengan metaverse, pengguna dapat berinteraksi dan bertransaksi tanpa bergantung pada perantara, sehingga meminimalisasi sensor atau pencurian data.

Salah satu pemerintah yang kini sedang mengupayakan pemanfaatan metaverse adalah pemerintah kota Seoul, Korea Selatan.

Saat ini, pengelola kota Seoul sedang membangun platform digital layanan publiknya di ranah metaverse, termasuk balai kota virtual, ruang pertemuan publik, dan layanan komunitas digital.

Pemerintah Seoul menyatakan bahwa lewat metaverse, pihaknya ke depan akan menyelenggarakan acara-acara hiburan dan budaya serta menyediakan ruang pengaduan dan layanan sipil.

Pengelola kota Seoul telah melakukan investasi senilai KRW 3,9 miliar untuk proyek metaverse yang dinamai Vision 2030. Lewat Vison 2030, Seoul akan dirancang sebagai kota koeksistensi, pemimpin global, kota yang aman, dan kota emosional masa depan.

Lewat Vision 2030 pula, warga Seoul diharapkan dapat bertemu dengan para pejabat kota untuk berinteraksi dan berkonsultasi secara virtual.

Sementara itu, Barbados berencana menjadi negara pertama dalam sejarah yang membangun kedutaan di platform metaverse Decentraland.

Negara kepulauan kecil ini telah menjadi pemimpin dalam adopsi mata uang digital dan berencana untuk melanjutkan momentumnya dengan memperluas jaringan kedutaan fisiknya ke jagat metaverse.

Negara lain yang tak ingin kalah dalam pemanfaatan metaverse yaitu Uni Emirat Arab (UEA). Negara di Timur Tengah ini ingin memanfaatkan peluang yang muncul dari teknologi yang sedang berkembang ini.

Direktur Jenderal Kotamadya Dubai — Dawood Abdul Rahman Al Hajri — menyatakan pada KTT Pemerintah Dunia 2022 (WGS2022), beberapa waktu lalu, bahwa UEA mencoba memanfaatkan kemungkinan yang diciptakan oleh metaverse.

Pemerintah Dubai telah mengumumkan kemitraan dengan perusahaan swasta dan investor untuk menciptakan kota futuristik yang berpusat pada manusia di metaverse yang disebut Satu Realitas Manusia.***

--

Sumber rujukan:

1) Bianca Schroeder. 2022. The Metaverse - The Start of a New Era of Public Services.

2) Julie Gaubert. 2021. Seoul to Become the First City to Enter the Metaverse. What Will It Look Like?

3) Valerie Armbrust. 2022. The Metaverse Holds Big Opportunities for the Public Sector.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image