Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Memahami Tawakkal, Amal Shalih, dan Usaha yang Baik

Agama | Saturday, 23 Sep 2023, 13:01 WIB
Dokumen Republika.co.id

Tawakkal, dalam konteks Islam, merupakan konsep yang sangat penting. Ini adalah kepercayaan dan keyakinan kepada Allah, yang menyatukan unsur-unsur spiritual dan usaha nyata dalam kehidupan sehari-hari. Tawakkal, sebagai gabungan berbagai unsur yang menyatu secara komprehensif, membentuk dasar dalam memahami bagaimana seharusnya seorang muslim menjalani kehidupan. Dalam tulisan ini, kita akan menjelaskan makna tawakkal, unsur-unsur yang membangunnya, serta pentingnya keselarasan antara tawakkal, amal shalih, dan usaha yang baik.

Tawakkal, dalam pengertian yang sesungguhnya, tidak dapat dipisahkan dari pemahaman yang mendalam tentang Allah. Dalam Islam, tawakkal bukan sekadar kepercayaan bahwa Allah adalah Sang Pencipta semesta alam, melainkan juga pengenalan terhadap sifat-sifat-Nya. Tawakkal yang sesungguhnya memerlukan pemahaman tentang kekuasaan-Nya, keagungan-Nya, keluasan ilmu-Nya, dan keluasan kekayaan-Nya. Ini adalah langkah pertama dalam membangun tawakkal yang kokoh.

Selain itu, tawakkal juga melibatkan keyakinan bahwa segala urusan manusia akan kembali kepada Allah. Ini berarti bahwa setiap tindakan, setiap usaha yang dilakukan oleh manusia, pada akhirnya akan tunduk pada kehendak-Nya. Tawakkal mengajarkan kita untuk melepaskan kontrol yang berlebihan atas kehidupan kita dan untuk mengakui bahwa segala sesuatu terjadi karena kehendak-Nya. Ini adalah aspek penting dalam memahami tawakkal yang benar.

Namun, penting untuk diingat bahwa tawakkal bukanlah tindakan pasif. Seorang individu yang bertawakal bukanlah seseorang yang hanya duduk diam tanpa melakukan usaha apa pun. Sebaliknya, tawakkal yang benar adalah tawakkal yang disertai dengan amal shalih dan usaha yang baik. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya usaha dalam mencapai tujuan.

Usaha yang dimaksud dalam konteks tawakkal bisa beragam. Terkadang, itu berarti bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang bermanfaat yang belum ada, seperti berusaha untuk mencari nafkah atau memajukan diri dalam bidang tertentu. Terkadang, itu berarti menjaga manfaat yang sudah ada, seperti menjaga harta atau sumber daya yang telah diberikan oleh Allah. Dan terkadang, itu berarti melakukan usaha untuk melindungi diri dari bahaya atau meredakan mudharat (kerugian) yang telah menimpa seseorang.

Penting untuk dicatat bahwa usaha-usaha ini tidak bertentangan dengan tawakkal. Sebaliknya, tawakkal yang benar melibatkan pengikhlasan niat dan penyerahan urusan kepada Allah. Ini berarti bahwa seseorang yang bertawakal tidak hanya bekerja keras dan melakukan usaha dengan sungguh-sungguh, tetapi juga melepaskan ekspektasi dan perasaan ketergantungan mutlak kepada hasil usahanya. Allah adalah Yang Maha Mengetahui, dan hanya Dia yang mengetahui apa yang terbaik untuk kita.

Contoh nyata dari keselarasan antara tawakkal, amal shalih, dan usaha yang baik dapat ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari seorang muslim. Seorang pedagang, misalnya, yang bertawakal akan berusaha untuk menjalankan bisnisnya dengan jujur dan adil, sambil tetap mengandalkan Allah dalam mengatur hasil dari bisnisnya. Dia tahu bahwa keberhasilan akhirnya tergantung pada kehendak Allah, tetapi dia tetap melakukan usaha dengan sungguh-sungguh.

Demikian pula, seorang petani yang bertawakal akan bekerja di ladangnya dengan tekun, merawat tanaman, dan melakukan semua yang diperlukan untuk panen yang baik. Namun, dia juga tahu bahwa hasil panen akhirnya tergantung pada cuaca dan faktor-faktor lain yang berada di luar kendali manusia. Oleh karena itu, dia melepaskan perasaan ketergantungan mutlak kepada usaha dan mengandalkan Allah dalam menerima hasil panen.

Dalam konteks yang lebih pribadi, seseorang yang sedang sakit akan mencari pengobatan dan perawatan medis yang tepat. Dia akan berusaha untuk menghilangkan penyakitnya dengan segala cara yang tersedia. Namun, dia juga tahu bahwa kesembuhannya akhirnya tergantung pada kehendak Allah. Oleh karena itu, dia menerima hasil pengobatan dengan tawakkal, tanpa mengabaikan usaha yang diperlukan.

Keselarasan antara tawakkal, amal shalih, dan usaha yang baik adalah inti dari pemahaman yang seimbang tentang kehidupan dalam Islam. Ini mengajarkan kita untuk berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mencapai tujuan kita, sambil tetap mengandalkan Allah dalam setiap langkah yang kita ambil. Ini juga mengingatkan kita untuk tidak terlalu terikat pada hasil, karena hanya Allah yang mengetahui apa yang terbaik untuk kita.

Dalam keseharian, kita sering menghadapi tantangan dan ketidakpastian. Ada saat-saat ketika usaha keras kita tidak menghasilkan hasil yang diinginkan, dan ada saat-saat ketika segala sesuatu berjalan lancar. Dalam semua situasi ini, tawakkal memberikan ketenangan pikiran dan hati. Kita tahu bahwa Allah adalah Yang Maha Bijaksana, dan Dia selalu memiliki rencana yang lebih baik untuk kita, meskipun mungkin tidak selalu sesuai dengan yang kita inginkan.

Namun, penting juga untuk tidak salah mengartikan tawakkal sebagai alasan untuk tidak melakukan usaha atau menjadi pasif dalam menghadapi masalah. Tawakkal bukanlah pengganti usaha atau kerja keras. Sebaliknya, itu adalah dukungan spiritual yang memperkuat usaha kita. 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image