Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Memikirkan Nasib Dangdut

Gaya Hidup | Tuesday, 19 Sep 2023, 11:25 WIB
Rhoma Irama sebagai salah satu figur penting dalam perkembangan musik dangdut. Foto: ANTARA via republika.co.id.

KITA lupakan dulu sejenak soal capres-cawapres yang siap berlaga dalam kontestasi Pilpres 2024, yang hari-hari ke depan akan semakin menyedot perhatian publik di Tanah Air. Mari, sekarang, kita sejenak memikirkan dangdut saja.

Saat ini, dangdut sedang dalam proses diajukan ke UNESCO. Jika prosesnya mulus dan akhirnya bisa diterima UNESCO, maka dangdut bakal diakui sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia.

Tentu saja, agar dangdut bisa diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia, ada sejumlah kriteria yang wajib dipenuhi. Apa saja?

Pertama, berbasis komunitas. Dangdut harus bisa dibuktikan berkembang atas dasar komunitas dan bergantung pada tradisi, keterampilan, dan adat istiadatnya diturunkan ke seluruh komunitas, dari generasi ke generasi, atau ke komunitas lain di Indonesia.

Kedua, inklusif. Secara turun temurun, dangdut harus terbukti telah diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan telah berevolusi sebagai respons terhadap lingkungan dan sekaligus memberi rasa identitas dan kontinuitas, menyediakan tautan dari masa lalu melalui masa kini, dan ke masa depan.

Ketiga, kohesi sosial dan mendorong rasa identitas. Dangdut juga harus terbukti berkontribusi terhadap kohesi sosial, mendorong rasa identitas serta tanggung jawab yang membantu individu untuk merasa menjadi bagian dari satu komunitas.

Keempat, berkarakter tradisional-kontemporer. Dangdut harus terbukti tidak hanya mewakili tradisi warisan dari masa lampau, masa baheula, tetapi juga mewakili tradisi kontemporer masa kiwari di mana kelompok budaya yang beragam mengambil bagian di dalamnya.

Menilik sejarah asal-usulnya, dangdut merupakan hasil blasteran musik Melayu, musik gambus, dan musik India. Kata ‘dangdut’ merujuk kepada bunyi tabla [sejenis kendang dalam musik India], yang menjadi salah satu instrumen yang digunakan dalam musik dangdut.

Majalah Aktuil, yang pernah menjadi majalah musik paling berwibawa di Tanah Air, disebut-sebut sebagai pihak yang pertama kali mempopulerkan istilah ‘dangdut’ di tahun 1970-an. Secara khusus, istilah ini dipakai untuk menyebut musik melayu yang dipengaruhi oleh musik India.

A Rafiq, Camellia Malik, Elya Khadam, Elvy Sukaesih, Ida Laila, Latief, Mansyur S, Muchsin Alatas, Rhoma Irama, Rita Sugiarto, Wiwiek Abidin merupakan sebagian figur yang turut mempelopori munculnya musik dangdut modern. Elvy Sukaesih dan Rhoma Irama bahkan sempat ditasbihkan sebagai Ratu dan Raja Dangdut Tanah Air.

Dangdut termasuk genre musik yang digemari oleh banyak kalangan di negeri ini. Terbukti dari masih banyaknya stasiun radio maupun stasiun televisi yang memasukkan program-program musik dangdut sebagai "menu jualan" mereka.

Sementara itu, di acara-acara pentas musik terbuka, seperti saat hajatan atau acara-acara lainnya, musik dangdut kerap pula disuguhkan dan mampu menyedot atensi dan apresiasi khalayak.

Sayangnya, ada kecenderungan yang mengukuhkan bahwa dangdut identik dengan hal-hal sensual dan erotis. Ini bisa jadi lantaran keberadaan sebagian penyanyi dangdut yang, entah disengaja atau tidak, memilih untuk tampil dengan seronok serta mengumbar bermacam jenis goyang sensual dan erotis. Tidak cuma dalam soal tampilan, sebagian lirik lagu-lagu dangdut pun tak bisa dipungkiri memuat hal-hal sensual, erotis, bahkan vulgar.

Hal tersebut tentu saja menjadi tantangan dan pekerjaan rumah bagi para musisi dan penyanyi dangdut kita. Lebih-lebih lagi ketika dangdut pada akhirnya berhasil diterima UNESCO dan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda milik Indonesia.

Para musisi dan penyanyi dangdut tentu saja bakal bangga jika dangdut berhasil diakui UNESCO sebagai warisan dunia milik Indonesia.

Namun, rasa bangga saja tidaklah cukup. Para musisi maupun penyanyi dangdut wajib pula menjaga eksistensi dangdut dengan jalan meningkatkan kualitas dangdut, baik dari segi musik, lirik maupun dari segi penampilan. Dengan begitu, dangdut diharapkan dapat lebih berkontribusi secara lebih signifikan bagi meningkatnya derajat musik Indonesia.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image