Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Paras Pemimpin dan Kebangkrutan Moral

Politik | Wednesday, 13 Sep 2023, 07:16 WIB
Karakter pemimpin ikut menentukan tegaknya moral. Sumber gambar: republika.co.id.

Salah satu tugas pemimpin adalah merawat dan menegakkan moral. Mau pemimpin itu berambut hitam, putih, pirang, belang tiga, atau bahkan sama sekali tidak berambut alias gundul, ia mesti mampu merawat dan menegakkan moral, yakni dengan selalu menjunjung prinsip-prinsip benar dan salah.

Buku teks kepemimpinan mana pun tidak pernah menyinggung sedikit pun soal tampilan fisik individu, termasuk tentu saja warna rambut maupun kerutan di wajah, sebagai kriteria pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin -- dalam tingkatan apa pun.

Ambil salah satu contoh yaitu kriteria pemimpin yang diajukan oleh Daniel Goleman. Menurutnya, seorang pemimpin itu mesti memiliki visi, mampu mendidik, mengedepankan keharmonisan dan kerja sama, mampu menghargai pendapat orang lain, mampu memberikan contoh dan tindakan serta tegas dan berani dalam mengambil setiap risiko. Goleman berpendapat, pemimpin ideal adalah seseorang yang mampu menerapkan semua hal tersebut di atas sesuai dengan kebutuhan secara benar dan tepat.

Lain Daniel Goleman, lain pula Drew Stevens. Dalam pandangan Drew Stevens, kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin antara lain adalah ia harus mau mendengar, peka, tegas, adil, memiliki visi serta misi dan mampu berkomunikasi dengan baik.

Tugas pemimpin

Selain menjadi pemecah persoalan, tugas pemimpin itu merawat dan menegakkan moral, yakni dengan selalu menjunjung prinsip-prinsip benar dan salah. Orang Inggris suka mengatakan, “Morals are what keep nations alive”. Moral adalah hal yang membuat bangsa bisa tetap ada dan bertahan. Jika moral sebuah bangsa runtuh, maka bangsa itu akan runtuh pula.

Kita mungkin perlu bercermin dari perjalanan sejarah. Salah satunya kita bisa berkaca dari pengalaman bangsa Romawi. Kita lihat bagaimana bangsa Romawi yang besar itu akhirnya hancur luluh gara-gara para pemimpinnya tak mampu menjaga moral mereka. Romawi kemudian musnah dan yang tersisa hanya sebuah kisah sejarah dan kenangan masa silam.

Lemahnya sebagian pemimpin dalam merawat dan menegakkan moral boleh jadi karena kepemimpinan yang mereka jalankan bersandar pada aspek kepentingan (interest based leadership), dan bukan bersandar pada aspek moral (moral based leadership).

Di manapun, kepemimpinan yang berlandaskan pada moral akan selalu berpatokan pada hal-hal yang bukan hanya baik bagi pemegang tampuk kepemimpinan itu sendiri, namun juga baik bagi masyarakat luas secara keseluruhan. Pasalnya, roda kepemimpinan dijalankan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip apa yang benar dan apa yang tidak benar.

Sebaliknya, kepemimpinan berdasar kepentingan cenderung bertujuan untuk mendapatkan hal-hal yang dirasa bakal menguntungkan para pemegang tampuk kepemimpinan serta lingkaran di sekitarnya semata. Kepemimpinan dijalankan tidak didasarkan pada prinsip-prinsip apa yang benar dan apa yang tidak benar, melainkan didasarkan pada apa yang menguntungkan dan apa yang tidak menguntungkan bagi pemegang tampuk kepemimpinan.

Jika kepemimpinan berdasar pada moral memikirkan hal-hal yang luas, besar serta jangka panjang, kepemimpinan berdasar pada kepentingan hanya memusatkan pada hal-hal sempit, kecil dan jangka pendek. Misalnya saja, hanya sebatas bagaimana meraih dan mempertahankan kepemimpinan itu sendiri serta menyelamatkan kepentingan-kepentingan tertentu para elite pemimpin dan pihak-pihak yang ada dalam lingkaran mereka.

Umumnya, kepemimpinan berdasar kepentingan cenderung akan kurang hirau dengan aspek-aspek moral. Tentu saja, ini akan sangat berbahaya jika dipraktikan oleh para elite pemimpin sebuah bangsa. Kenapa? Kalau diibaratkan, sebuah bangsa itu laksana sebuah keluarga. Elite pemimpin adalah seorang ayah, sementara rakyat adalah anaknya. Elite pemimpin akan menjadi panutan bagi rakyatnya.

Tatkala para elite pemimpin sebuah bangsa hanya sibuk memusatkan perhatiannya pada kepentingan mereka sendiri saja dan cenderung kurang hirau dengan aspek-aspek moral, maka perilaku seperti ini akan langsung ditiru oleh rakyat. Bukankah pepatah Inggris mengatakan like father like son? Perilaku ayah akan menitis pada perilaku anaknya. Perilaku pemimpin akan langsung ditiru oleh rakyatnya.

Yang terjadi kemudian adalah semakin jauhnya nilai-nilai moral dari praktik kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka, ancaman kebangkrutan moral pun bakal kian menggejala. Sudah barang tentu, kita semua tidak ingin bangsa ini mengalami kebangkrutan moral karena ini akan sangat mengancam eksistensi kita sebagai sebuah bangsa.

Semoga para elite pemimpin bangsa ini mampu menjalankan roda kepemimpinannya dengan selalu bersandar pada aspek moral, terlepas apapun warna rambut maupun kerutan wajah mereka.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image