Melangkah ke Pernikahan: Tantangan Berbakti kepada Orang Tua
Agama | 2023-09-12 13:20:12Sebuah Kesalahan Lelaki Setelah Menikah
Realita menunjukkan ada sebagian pemuda jika telah menikah, ia kurang memperhatikan kedua orang tuanya. Ia berbalik menjadi sosok yang hanya ‘menampakkan punggungnya’ saja kepada kedua orang tua. Akhirnya, setelah menikah, ia kurang menghargai kedua orang tua. Bahkan kadang, ia lebih mengutamakan taat kepada istri daripada taat kepada kedua orang tua. Atau lebih buruk lagi, ia menghina orang tua demi menyenangkan istri, atau membiarkan mereka berdua sendirian, padahal sudah tua renta dan sangat membutuhkan perawatan, penjagaan dan perhatian dari anak-anak mereka.
Tidak diragukan lagi, perbuatan di atas termasuk ‘uqûq al-wâlidain (durhaka kepada kedua orang tua). Dikuatirkan ia akan ditimpa hukuman yang disegerakan di dunia yang akan menyulitkan dan menyengsarakan dirinya.
Apa yang diharapkan dari orang yang bersikap buruk kepada orang yang paling dekat dengannya, dan orang yang paling berhak mendapatkan kebaikan dan sayang darinya?. Sikap buruknya kepada orang lain akan lebih tampak. Anak yang tidak ada kebaikan bagi kedua orang tuanya, tidak mungkin akan berbuat baik kepada istrinya, anaknya atau siapapun dari manusia.
Oleh karena itu, sepantasnya anak shalih memiliki semangat yang besar untuk berbakti kepada kedua orang tuanya dalam setiap kondisi. Hal ini penting bukan hanya untuk menjaga hubungan keluarga yang harmonis tetapi juga sebagai tindakan moral dan agama yang dijunjung tinggi dalam Islam serta banyak agama lainnya.
Keberhasilan dalam Pernikahan dan Kepedulian kepada Orang Tua
Penting untuk memahami bahwa pernikahan bukanlah akhir dari hubungan dengan orang tua, melainkan hanya awal dari sebuah babak baru dalam kehidupan seseorang. Saat seorang pria menikah, ada perubahan besar dalam tanggung jawab dan prioritasnya. Namun, ini tidak boleh menjadi alasan untuk mengabaikan atau mengesampingkan kedua orang tua yang telah memberikan cinta, perhatian, dan pengorbanan selama bertahun-tahun.
Salah satu kesalahan besar yang sering dilakukan adalah ketika seorang suami lebih memprioritaskan istri daripada orang tuanya. Memang, dalam Islam, suami memiliki kewajiban utama untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional istri serta keluarganya. Namun, hal ini tidak boleh dilakukan dengan mengesampingkan atau melupakan kedua orang tua.
Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua dalam Islam
Dalam Islam, berbakti kepada orang tua dianggap sebagai salah satu perbuatan yang paling mulia dan dianjurkan. Al-Quran dan Hadis Rasulullah secara tegas menekankan pentingnya berbakti kepada kedua orang tua. Allah berfirman dalam Al-Quran:
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang mulia." (Al-Isra [17]: 23)
Dalam sebuah hadis, Rasulullah juga mengingatkan tentang pentingnya berbakti kepada kedua orang tua:
"Tidak masuk surga seseorang yang durhaka kepada kedua orang tuanya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari dua kutipan di atas, kita dapat memahami bahwa berbakti kepada orang tua adalah salah satu jalan menuju surga. Oleh karena itu, sebagai seorang suami yang telah menikah, tidak boleh ada alasan untuk mengabaikan atau melupakan kedua orang tua.
Menjaga Keseimbangan dalam Pernikahan dan Kepedulian kepada Orang Tua
Penting untuk menciptakan keseimbangan antara berbakti kepada orang tua dan memenuhi kewajiban terhadap istri dan keluarga. Ini mungkin tampak sulit terutama jika ada perbedaan pendapat atau ekspektasi antara istri dan orang tua. Namun, sebagai seorang suami yang bijaksana, Anda harus berusaha untuk menjaga kedua belah pihak merasa dihargai dan diperhatikan.
Langkah-langkah praktis yang dapat diambil untuk menjaga keseimbangan ini meliputi:
1. Komunikasi yang Baik
Penting untuk berbicara terbuka dengan istri dan orang tua tentang perasaan, harapan, dan kewajiban Anda. Jika ada masalah atau konflik, cobalah untuk menyelesaikannya melalui komunikasi yang baik daripada memilih satu pihak di atas yang lain.
2. Waktu yang Difokuskan
Alokasikan waktu yang cukup untuk kedua belah pihak. Cobalah untuk memiliki waktu berkualitas dengan istri Anda, tetapi juga luangkan waktu untuk mengunjungi atau merawat orang tua Anda. Ini bisa termasuk berkunjung secara teratur atau membantu mereka dalam kebutuhan sehari-hari.
3. Menghargai Pandangan Istri
Terkadang, istri dapat merasa cemburu atau tidak nyaman jika merasa diabaikan demi orang tua. Jelaskan dengan baik bahwa Anda akan selalu berusaha menjaga keseimbangan dan memenuhi kewajiban kepada keduanya.
4. Bantu Orang Tua dengan Kehidupan Mereka
Jika kedua orang tua sudah renta dan membutuhkan perawatan khusus, berikan dukungan maksimal kepada mereka. Anda dapat mencari bantuan profesional atau merencanakan cara untuk menjaga kesejahteraan mereka.
5. Doa dan Pohonkan Kesabaran
Berusaha menjaga keseimbangan antara berbakti kepada orang tua dan menjalankan peran sebagai suami yang baik bisa menantang. Oleh karena itu, berdoa kepada Allah SWT untuk mendapatkan panduan, kebijaksanaan, dan kesabaran dalam menjalani peran ini.
Kesimpulan
Sebuah kesalahan yang sering terjadi setelah menikah adalah kurangnya perhatian terhadap kedua orang tua. Hal ini tidak hanya bertentangan dengan nilai-nilai agama, tetapi juga dapat merusak hubungan keluarga dan mempengaruhi kualitas pernikahan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara berbakti kepada orang tua dan memenuhi kewajiban terhadap istri dan keluarga. Dengan komunikasi yang baik, penghargaan terhadap kedua belah pihak, dan upaya sungguh-sungguh, seorang suami dapat menjalani peran ini dengan bijak dan mencapai kebahagiaan dalam pernikahannya serta mendapatkan pahala dari Allah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.