5 Toko Ritel yang Bangkrut Saat Pandemi
Bisnis | 2023-09-11 16:05:56Pandemi COVID-19 telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, termasuk cara kita berbelanja. Industri ritel adalah salah satu yang paling terkena dampak, dengan banyak toko mengalami penurunan penjualan yang signifikan dan beberapa bahkan terpaksa mengumumkan kebangkrutan. Artikel ini akan membahas lima toko ritel terkenal yang mengalami kebangkrutan selama pandemi, penyebab kebangkrutan mereka, serta beberapa strategi yang diterapkan untuk bertahan.
Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Industri Ritel
Sejak pandemi COVID-19 merebak pada awal tahun 2020, banyak negara menerapkan lockdown dan pembatasan sosial yang berdampak besar pada ritel fisik. Konsumen beralih ke belanja online, sementara toko-toko fisik harus menanggung biaya operasional yang tinggi tanpa pendapatan yang memadai. Hal ini mengakibatkan penurunan pendapatan yang signifikan bagi banyak Retail Giants di seluruh dunia.
5 Toko Ritel yang Bangkrut Saat Pandemi
1. J.C. Penney: Jaringan toko departemen J.C. Penney telah mengumumkan kebangkrutan pada Mei 2020. Mereka terpaksa menutup sejumlah besar toko fisik mereka.
2. Neiman Marcus: Salah satu toko barang mewah terkemuka di AS, Neiman Marcus, mengajukan kebangkrutan pada Mei 2020 karena utang yang tinggi.
3. Pier 1 Imports: Rantai toko furnitur dan dekorasi rumah ini telah terbebani oleh penurunan penjualan dan utang, yang menyebabkan pengumuman kebangkrutan pada Februari 2020.
4. Lord & Taylor: Toko departemen legendaris ini, yang telah beroperasi selama hampir 200 tahun, mengajukan kebangkrutan pada Agustus 2020.
5. Century 21: Toko ritel fashion Century 21, yang terkenal dengan penawaran diskon, juga tidak mampu bertahan. Mereka mengumumkan kebangkrutan pada September 2020.
Penyebab Toko Ritel Bangkrut
Penyebab kebangkrutan toko ritel selama pandemi beragam, tetapi beberapa faktor umum termasuk:
· Penurunan Pendapatan: Pembatasan perjalanan dan sosial mengurangi jumlah pelanggan yang datang ke toko fisik, mengurangi pendapatan.
· Biaya Operasional Tinggi: Biaya operasional, seperti sewa toko dan gaji karyawan, tetap tinggi meskipun pendapatan menurun.
· Utang yang Tinggi: Beberapa toko ritel sudah memiliki utang yang tinggi sebelum pandemi, dan penurunan pendapatan membuat mereka sulit untuk memenuhi kewajiban keuangan.
Strategi Bertahan Hidup Toko Ritel
Untuk bertahan hidup selama pandemi, beberapa toko ritel mengambil langkah-langkah seperti:
· Pemotongan Biaya: Memangkas biaya operasional, termasuk mengurangi jumlah karyawan dan menutup toko yang tidak menguntungkan.
· Ekspansi E-commerce: Beralih atau meningkatkan kehadiran online untuk menjangkau pelanggan yang lebih besar.
· Renegosiasi Kontrak Sewa: Mencoba untuk merundingkan ulang kontrak sewa toko fisik agar lebih sesuai dengan kondisi pasar yang berubah.
Pandemi COVID-19 telah mengguncang industri ritel, dengan banyak toko terkenal terpaksa mengajukan kebangkrutan akibat penurunan pendapatan yang signifikan. Mereka yang bertahan melakukan transformasi digital dan mengambil langkah-langkah keras untuk memotong biaya. Dalam masa ketidakpastian ini, adaptasi dan inovasi menjadi kunci bertahan bagi banyak toko ritel sebagaimana diulas di Paketmu.com.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.