Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muninggar Setiyo Rini

Menimbang Peluang dan Resiko AI: Mahasiswa di Persimpangan Jalan

Teknologi | 2023-08-30 19:37:50

REPUBLIKA - Gonjang-ganjing AI (Artificial Intellegence) nampaknya semakin marak di kalangan masyarakat indonesia. Semakin majunya peradaban, membuat sumber daya manusia harus menimbang tentang peluang dan resiko AI.

Tidak terkecuali dengan mahasiswa, sebagai agen perubahan muda mahasiswa dituntut untuk tahu mengenai peluang dan resiko AI. Hal ini agar generasi bangsa tidak tertinggal oleh lajunya peradaban.

Hiruk-piruk AI mejadi momok yang menarik untuk diperbincangkan. Tak butuh waktu lama, kecerdasan buatan ini bertransformasi menjadi hal yang baru setiap harinya.

Jika berbicara tentang AI atau kecerdasan buatan pasti tidak lepas dari peradaban dan pengetahuan. Pasalnya kini AI merambat ke berbagai lini, salah satunya adalah pendidikan.

AI mulai mengambil peran dalam kegiatan pembelajaran di sekolah maupun perguruan tinggi. Sehingga kecerdasan buatan menjadi bagian primer dalam tumbuh kembang teknologi pendidikan.

Mahasiswa Menuju Pengangguran atau Berperan dalam Peradaban

Artificial Intellegence sendiri merupakan sebuah algoritma berpola yang dibuat oleh manusia. Simpelnya, teknologi ini dibuat berdasarkan logika penciptanya.

Pada dasarnya Artificial Intellegence merupakan shifting dari teknologi yang lama. Artinya, jika hal yang lama hilang maka akan tercipta hal yang baru untuk menggantikan.

Melihat sebelum tahun 1971, fitur video call menjadi perbincangan hangat. Hal tersebut dinilai bahwa teknologi tersebut sangat luar biasa karena bisa mempersempit ruang dan waktu.

Namun setelah Ericsson mendemontrasikan video call pertama pada tahun 1971, kini di tahun 2023, video call menjadi hal yang biasa saja. Tidak berbeda dengan AI, ini bisa menjadi tantangan bagi yang mengikuti laju peradaban atau ancaman yang takut akan kemajuan.

Namun masih menjadi pertanyaan, apakah kecerdasan buatan akan menggantikan manusia atau menciptakan peluang yang baru untuk manusia? Jika melihat dari canggihnya teknologi buatan ini, tidak dapat dipungkiri semakin banyak pula pekerjaan yang tergantikan sehingga semakin sempitnya lapangan pekerjaan.

Lalu bagaimana dengan nasib mahasiswa setelah menjadi sarjana. Mengutip dari Badan Pusat Statistik (BPS), hingga februari 2023 terdapat sekitar 958,800 sarjana yang menjadi pengangguran.

Tentunya hal ini bisa saja menjadi ancaman atau kesempatan. Sehingga perlunya mengimbangi laju peradaban dengan mengambil peluang untuk tidak menambah angka pengangguran di masa depan.

Mahasiswa dapat mengambil peluang dari pendidikan yang diberikan oleh AI. Hal tersebut untuk mengembangkan keterampilan yang relevan dengan pasar kerja masa depan diimbangi pula dengan mempelajari etika AI.

Ini menjadi PR bagi mahasiswa yang saat ini berada di persimpangan jalan yang menantang. Karenanya harus memutuskan apakah AI akan menjadi tiket menuju pengangguran ataukah peluang untuk berperan dalam kemajuan peradaban.

Sebagai mahasiswa yang 2045 menjadi generasi emas bangsa, perlunya menimbang peluang dan resiko menjadi hal yang mutlak. Hal tersebut untuk tetap mengendalikan kecerdasan buatan agar tidak terus berkolaborasi hingga melampaui kecerdasan manusia.***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image