Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image SARAH DINA

Reformasi Pendidikan Islam Unggul melalui Jembatan Transformasi Digital AI (Artificial Intelligence

Eduaksi | 2023-08-30 11:33:17

Reformasi Pendidikan Islam Unggul melalui

Jembatan Transformasi Digital AI (Artificial Intelligence): Peluang atau Tantangan?

Irhas Sabililhaq1, Sarah Dina2

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia

billyirhas220800@gmail.com1, sarahdina925@gmail.com2

Abstrak. Era digitalisasi ditandai dengan hadirnya suatu dimensi teknologi yang semakin canggih. Kehebatan teknologi era 5.0 dapat menjadikan pendidikan Islam semakin unggul dengan memberdayakan sebuah transformasi digital buatan atau Artifical Intelligence (AI). AI dimaknai sebagai teknologi revolusioner yang berupaya mengintegrasikan hubungan antara manusia dan mesin, teknologi AI di satu sisi memungkinkan dapat membantu guru dan siswa dalam menunjang perwujudan cita-cita pendidikan Islam namun di sisi lain dapat menjadi senjata berbahaya jika tidak dioperasionalkan secara bijak dan terorganisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi terkait kompatibilitas transformasi digital AI yang dijadikan sebagai jembatan alternatif bagi reformasi pendidikan Islam unggul dan meninjau dua sudut pandang yang berbeda; tantangan atau peluang. Penelitian ini merupakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan retrospektif-analisis, yakni pengumpulan beberapa data yang diperoleh dari penelitian di EBSCO, Sinta, Google Scholar dan Scopus. Hasil penelitian menemukan bahwa eksistensi AI telah memberikan peluang yang signifikan terhadap pengembangan metode belajar keagamaan berbasis teknologi, AI dapat menyokong guru untuk menganalisis serta menginterprestasikan data siswa yang lebih efesien dengan bantuan algoritma komputer yang canggih, AI begitu prospektif akan personalisasi dalam pendidikan Islam. Selanjutnya, AI selaras dengan spirit pengembangan konsep pendidikan Islam yang adaptif dan akomodatif. Fitur AI dapat memicu kreativitas-inovasi berpikir peserta didik, diantara web cerdas AI; Intelligent Tutoring System (ITS), Personalized Learning, Smart Content hal ini merupakan wujud respon hadirnya fenomena transformasi digital. Selain itu, esksistensi AI dalam sektor pendidikan Islam mempunyai tantangan yang berdampak negatif seperti tergesernya peran sentral pendidikan “Guru” sebagai pemberi layanan pendidikan, ketergantungan terhadap penggunaan AI yang berlebih mengakibatkan penurunan kemampuan analitis-kritis siswa, lunturnya moralitas akademik, AI beresiko mengalami pencurian data privasi oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Dengan demikian, diharapkan kepada praktisi maupun akademisi pendidikan Islam dapat memformulasikan kebijakan khusus dan menaruh perhatian besar terhadap transformasi digital saat ini agar eksistensi AI dapat diinternalisasikan sebagai jembatan reformasi pendidikan Islam yang unggul secara konsisten.

Kata Kunci: AI, Peluang, Pendidikan Islam, Tantangan

Pendahuluan

Dunia digital saat ini mengalami perkembangan yang sangat drastis, terlihat dari kecanggihan-kecanggihan teknologi yang diciptakan manusia. Jepang sebagai salah satu negara berteknologi maju menjadi trendmaker alias penggagas konsep society 5.0, yang pada dasarnya dihadirkan dalam situasi hebat atas fenomena transformasi digital. Era sebelumnya, yakni 4.0 mengancam eksistensi manusia akibat komputer dan mesin. Wacana society 5.0 diprakarsai Jepang di tengah-tengah era masyarakat 4.0 yang berpotensi mendegradasi eksistensi manusia. Society 5.0 merupakan alternatif bijak yang mencoba mempertemukan keserasian antara teknologi dan peran manusia dalam kehidupan (techonology-based and human-centered) (Anggraheni & Dwi Astuti, 2020: 31).

Dalam bidang pendidikan, kemunculan fenomena transformasi digital menyebabkan tolak ukur baru dalam menilai kemajuan pendidikan. Pendidikan dinilai maju dan berkembang, tidak hanya berdasar input atau output-nya semata, melainkan seberapa jauh teknologi dimanfaatkan sebagai fasilitas pendidikan. Hanifah Salsabila et al., (2020: 110-111) mengemukakan setidaknya 4 sebab mengapa teknologi menjadi penentu kualitas pendidikan, yaitu: 1) teknologi mampu menyajikan fasilitas belajar mulai dari perencanaan, pengelolaan hingga penilaian sumber-sumber belajar, 2) teknologi menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien, 3) teknologi dapat mengatasi problematika pembelajaran yang kompleks secara terpadu dan komprehensif melalui berbagai disiplin ilmu, dan 4) teknologi memacu inovasi dan gagasan baru dalam dunia Pendidikan.

Salah satu teknologi yang kini diterapkan dalam dunia pendidikan yaitu AI (Artificial Intellegence). Artificial Intellegence, bersama-sama dengan Big Data dan Internet on Things muncul pada era 4.0. AI memiliki arti kecerdasan buatan dan bersumber dari algoritma komputer. Dalam hal ini, komputer dirancang sedemikian rupa agar memiliki mekanisme berfikir seperti manusia. Kelebihan-kelebihan AI atas kecerdasan alami adalah sifatnya yang lebih permanen dan konsisten, teliti, lebih mudah disebarluaskan dan diduplikasi, dan efektif serta efisien dalam menyelesaikan masalah dan membuat keputusan (Jaya et al., 2018: 5-6). Sedangkan kekurangan AI yaitu segala sesuatunya dapat beresiko terkena pembobolan dan pencurian data privasi. Selain itu, sebagai mesin komputer, AI dapat dimungkinkan mengalami kesalahan atau error, sebab sangat bergantung pada kekuatan sinyal internet.

Pendidikan Islam di era digital memiliki peran mendasar dalam perbaikan kualitas generasi bangsa. Sesuai dengan nama ‘Islam’ yang tersemat di balik kata ‘pendidikan’, maka tujuan pendidikan Islam adalah sesuai dengan syariat itu sendiri, yang secara esensial, memiliki visi-misi untuk meningkatkan potensi fitrah emosional dan spiritual manusia, supaya terbentuk generasi beriman dan berakhlak mulia terhadap sesama, berbudi pekerti luhur, aktif dan disiplin, serta siap membangun peradaban Islam dan peradaban negeri yang tangguh dan damai dalam arus perubahan zaman (Munir & Syar’i, 2021: 488). Sebagai respon sekaligus upaya dalam memajukan pendidikan Islam, maka hadirnya AI dapat menjadi peluang sekaligus tantangan dalam spirit reformasi pendidikan yang unggul.

Spirit yang dihadirkan dalam mereformasi pendidikan Islam direaliasikan melalui rekonstruksi konsepsi pendidikan Islam yang lebih adaptif dan akomodatif dengan perkembangan zaman. Sedangkan ‘reformasi’ itu sendiri mencakup bagaimana setiap elemen pendidikan, dimulai dari sistem, aspek-aspek pembelajaran, dan segala sesuatu terkait dengannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat global. Global citizenship (masyarakat global) diwacanakan oleh sebagian kalangan sebagai sebuah generasi pasca globalisasi, generasi serba-instan, dan generasi yang lebih mengutamakan hasil daripada proses. Indikasi-indikasi semcam ini dapat saja menimbulkan problematika selanjutnya, yaitu degradasi moral atau krisis-multidimensional, bahkan krisis etika-akademik (Setyawati et al., 2021: 309). Berada di tengah-tengah problematika dan isu-isu aktual, pendidikan Islam harus berkolaborasi dan berintegrasi dengan teknologi, salah satunya dengan memanfaatkan AI.

Sebagai teknologi digital, AI memberikan peluang bagi pendidikan Islam dalam hal memperluas aksesbilitas, mengembangkan strategi dan metode pembelajaran yang interaktif dan inovatif, serta memperkuat pemahaman agama. Teknologi memudahkan warga seluruh dunia untuk dapat mengakses ilmu-ilmu terkait agama Islam seperti Al-Qur’an, Hadis, dan kitab-kitab tafsir dengan sangat mudah melalui gadget atau internet. Selain itu, pengembangan media pembelajaran berbasis multimedia, baik berbentuk visual maupun audiovisual, seperti animasi dan gambar, menjadikan materi-materi kegamaan dapat direpresentasikan dengan cara lebih menarik. Platform digital dan media sosial turut serta memafasilitasi pendidik dan peserta didik untuk berinteraksi dan berdiskusi serta bertukar gagasan secara langsung meskipun terbatas ruang dan waktu (Hajri, 2023: 34).

Sebagai wujud tantangan, berikutnya AI berdampak dalam dunia pendidikan Islam, salah satunya mengenai keotentikan konten yang bertebaran di media sosial dan internet. Hal ini berkaitan dengan etika akademik yang semakin tergerus akibat adanya AI. Etika akademik perspektif Islam mencakup beberapa nilai, diantaranya kejujuran, integritas, dan tanggung jawab yang harus dijunjung tinggi oleh akademisi, seperti peserta didik, pendidik, dosen, mahasiswa, dan lenbaga pendidikan secara keseluruhan. Dalam konteks demikian, teknologi digital semisal AI menimbulkan potensi untuk melakukan kecurangan seperti plagiasi dan ketidakjujuran yang sejatinya merusak citra pendidikan Islam itu sendiri. Oleh karenanya, dibutuhkan pengawasan dari seluruh lini agar tantangan ini dapat ditekan semaksimal mungkin, yaitu dengan cara peningkatan kemampuan pendidik dalam hal literasi digital dan edukasi terkait. Pendidikan Islam juga penting sifatnya untuk menyempurnakan moral generasi digital dan mencegah mereka ke arah yang salah (Pratiwi et al., 2023: 428-429).

Berdasarkan penelusuran referensi oleh peneliti, didapati judul penelitian terdahulu yang serupa, diantaranya: Pertama, berjudul, “Reformasi Pendidikan Agama Islam di Madrasah” karya Abdul Aziz, dkk. Pada artikel ini dibahas mengenai sistem reformasi pendidikan Agama Islam di Madrasah Indonesia dan menghasilkan temuan bahwa pendidikan Islam di Indonesia memberikan dampak signifikan terhadap pendidikan Indonesia, baik secara ideologis dan praktis (Aziz et al., 2022). Kedua, artikel berjudul, “Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia Abad ke-20 dan Abad ke-21” karya Misnatun. Dalam artikel Misnatun, disimpulkan bahwa abad ke-20 terjadi reformasi dalam pendidikan Islam ditandai oleh munculnya pemikiran-pemikiran tokoh pembaharu perihal metode dan materi pendidikan. Kemudian, pada abad ke-21 pembaharuan atau reformasi yang digaungkan adalah seputar penyelesaian problematika kehidupan abad-21, khususnya dalam pembentukan sumber daya manusia unggul (Misnatun, 2022). Ketiga, artikel berjudul, “Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia” karya Putra Pratama dan Zulhijra. Hasil penelitian artikel tersebut menyebutkan bahwa pendidikan Islam memerlukan inovasi, reformasi, maupun pembaharuan model pendidikan yang harus diwujudkan dengan penuh tanggung jawab dan berkesinambungan. Beberapa aspek yang menjadi perhatian upaya pembaharuan adalah profesionalisme pendidik, kurikulum, dan metodologi pengetahuan yang digunakan dalam pendidikan Islam (Pratama & Zulhijra, 2019).

Pemaparan penelitian-penelitian pendahuluan di atas belum terdapat pembahasan khusus mengenai reformasi (upaya pembaharuan) pendidikan Islam unggul dengan memanfaatkan AI atau kecerdasan buatan. Karenanya, peneliti tertarik untuk mengambil judul: “Reformasi Pendidikan Islam Unggul Melalui Jembatan Transformasi Digital (AI): Peluang atau Tantangan?”. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi terkait kompatibilitas transformasi digital AI yang dijadikan sebagai jembatan alternatif bagi reformasi pendidikan Islam unggul dan meninjau dua sudut pandang yang berbeda; tantangan atau peluang.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang bermula dari data dan teori yang ada sebagai bahan pendukung hingga berakhir menjadi sebuah teori (Nasution, 2023: 34). Selanjutnya, jenis yang diterapkan yakni studi literatur. Dikarenakan berjenis studi liteatur, maka terdapat sumber primer dan sekunder sebagai referensi utama dan tambahan untuk memenuhi kebutuhan data-data penelitian. Adapun sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku berjudul, “Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence)” karya Jamaaluddin dan Indah Sulistyowati. Sedangkan sumber sekunder yang digunakan adalah beberapa artikel jurnal terkait. Teknik pengumpulan dan analisis data menggunakan pendekatan retrospektif-analisis, yakni pengumpulan beberapa data yang diperoleh dari penelitian di EBSCO, Sinta, Google Scholar dan Scopus.

Pembahasan

Artificial Intelligence (AI): Fasilitas Pendidikan Mutakhir di Era Digital

Era transformasi digital pada mulanya dipahami melalui sudut pandang ekonomi dan binis, dimana secara definitif mengarah kepada sebuah transformasi mendalam dalam kegiatan bisnis dan organisasi. Transformasi digital adalah sebuah transformasi yang dimaknai sebagai model, kemampuan, dan proses untuk memaksimalkan peluang dan perubahan dengan pemanfaatan teknologi. Royyana dalam Latifah dan Ngalimun mengartikan transformasi digital sebagai transformasi multifaset dari organisasi atau bisnis, mulai dari strategi, proses, struktur, sumber daya manusia hingga adopsi teknologi dalam peningkatan kinerja (Latifah & Ngalimun, 2023: 45). Secara esktensif, transformasi digital diyakini sebagai faktor pendorong perubahan dalam semua aspek kehidupan manusia berdasarkan pemanfaatan digitalisasi dan teknologi. Berangkat dari penjelasan ini, maka perjalanan transformasi digital dapat memungkinkan penggunaan teknologi AI sebagai kebiasaan dan landasan dalam pengelolaan organisasi (Tulungen et al., 2022: 1117).

Artificial Intellegence (AI) atau yang kerap disebut kecerdasan buatan berakar kata dari Bahasa Latin ‘intelligo’, berarti ‘intellegence’ atau ‘saya paham’. Intelligence memiliki arti suatu kemampuan dalam mengerti dan melaksanakan aksi (Jamaaluddin & Sulistyowati, 2021: 2). Bambang dalam Muarif mengemukakan bahwa AI adalah sebagian dari ranah ilmu komputer yang berhubungan dengan cara menjadikan komputer untuk memiliki kecerdasan seperti manusia, seperti kemampuan belajar, mengenali pola, dan kemampuan dalam mengambil keputusan (Muarif et al., 2023: 4). Konsep tentang AI (Atificial Intellegence) sendiri telah masyhur dan banyak dipraktikkan di beberapa perusahaan besar dunia, seperti UNESCO, Amazon, dan Microsoft. Mengutip pernyataan Bill Gates dalam Ary Sri Tjahyanti bahwa AI akan sangat berguna bagi bidang pendidikan. Terlebih pada sekitar dua tahun lalu, saat dunia sedang dilanda pandemi, bahwa peran AI sangatlah besar, dimana mampu mentrasnformasikan pendidikan yang semula berada di gedung atau sekolah-sekolah dengan wujud fisik ke dalam dunia maya (Tjahyanti et al., 2022: 17).

UNESCO mengatakan, bahwa dengan adanya teknologi pendidikan dapat memiliki aksesbilitas dan kualitas yang lebih tinggi. Dengan kecanggihan teknologi, peserta didik dapat mengakses segala macam pengetahuan yang ada di dunia dengan lebih ringkas dan pendidik juga dapat memberikan metode, strategi, dan media pembelajaran yang lebih aktif-interaktif (Zakaria et al., 2023: 14144). Kemunculan istilah AI sendiri berbarengan dengan era industry 4.0, sebagaimana pernyataan Batubara dalam Liza Zahara bahwa AI merupakan produk era 4.0 yang oleh banyak industri dimanfaatkan dalam usaha pengembangan atau fasilitas-fasilitas kehidupan. AI merupakan kecerdasan buatan yang berwujud perangkat keras dan lunak, program komputer, dan pembelajaran mesin (Liza Zahara et al., 2023: 16).

Berdasarkan pendapat para ahli, AI (Artificial Intellegence) mempunyai definisi sebagai berikut.

1. Norvig dan Russel: Kecerdasan buatan dikategorikan dalam dua dimensi utama, yaitu berpikir dan bertindak.

2. Knight dan Rich: AI adalah sebagian dari ilmu komputer (computer science) yang berusaha mengupayakan agar komputer dapat bertindak seperti manusia atau bahkan lebih daripadanya.

3. H. A Simon: Kecerdasan buatan adalah pelajaran mengenai komputer supaya dapat melakukan hal yang lebih baik dari manusia (Jamaaluddin & Sulistyowati, 2021: 4).

Dari berbagai definisi dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa AI merupakan suatu produk teknologi era industry 4.0 yang bersumber dari algoritma komputer dan diciptakan dengan tujuan agar sistem komputer dapat meniru mekanisme berpikir manusia atau bahkan lebih baik darinya. Sebagai teknologi canggih, kecerdasan buatan memiliki kelebihan atas kecerdasan alami. Rakhmat (2020) menggolongkan beberapa diantaranya, yaitu lebih mudah disebarluaskan dan diduplikasikan, keterampilan multitasking yang lebih cepat dan akurat dibanding manusia, lebih teliti dan konsisten, lebih efisien biaya, dan dapat didokumentasikan (Kurniawan, 2020: 1-2). Lebih lanjut, Jamaaluddin & Sulistyowati, (2021: 10) menyebutkan kelebihan-kelebihan AI antara lain AI dapat digunakan secara berulang-ulang dan tak bisa dirubah kembali (permanen), AI juga menerapkan prinsip netralitas, tidak memandang siapapun pemakainya sehingga dapat memutuskan perkara tanpa pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Mengutip perspektif Mambu, dkk. (2023), di era sekarang AI mengandung banyak manfaat dalam berbagai bidang khususnya pendidikan. Setidaknya terdapat lima peran AI:

1. Personalisasi pembelajaran. AI dapat membantu pendidik dalam mengidentifikasi potensi dan kelemahan peserta didik, sehingga dapat menyediakan konten sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu peserta didik. Dengan adanya personalisasi, peserta didik dapat meningkat peran dan motivasinya dalam pembelajaran, serta mencapai hasil belajar yang lebih baik.

2. Pengelolaan data dan efisiensi. Penerapan AI dalam pembelajaran dapat meringankan pendidik dalam mengelompokkan, menyaring, dan menganalisis data peserta didik dengan lebih efektif dan efisien. AI memberikan wawasan mendalam tentang kemajuan dan kebutuhan peserta didik secara individual dan membantu pendidik membuat keputusan yang lebih akurat dan akuntabel.

3. Peningkatan efektivitas pembelajaran. Fitur AI yang dapat menganalisis data secara canggih sangat berperan dalam identifikasi pola pembelajaran dan mengenali kebutuhan individu peserta didik sehingga metode pembelajaran dapat diseusaikan secara efisien. Selain itu, AI dapat memberikan masukan kepada pendidik dalam meningkatkan strategi pembelajaran agar tercapai hasil belajar yang lebih baik.

4. Umpan balik yang efektif. AI dapat mempermudah pendidik dalam memberikan umpan balik secara cepat saat pembelajaran, sehingga dapat meminimalisir adanya kelemahan pemahaman peserta didik.

5. Mempersiapkan generasi era digital. Pemanfaatan AI oleh pendidik secara tidak langsung dapat memperkenalkan dan membiasakan peserta didik dalam berinteraksi dengan teknologi. Dengan hal itu, pendidik dan peserta didik akan siap dalam menghadapi tantangan dan peluang di era digital (Mambu et al., 2023: 2691-2692).

Penerapan AI (kecerdasan buatan) dalam dunia pendidikan dapat dikelompokkan menjadi tiga paradigma, yaitu 1) AI-directed, kedudukan peserta didik sebagai penerima, 2) AI-suppoerted, kedudukan peserta didik sebagai kolaborator, dan 3) AI-empowered, kedudukan peserta didik sebagai pemimpinnya. Prasetyo & Rosyid, (2022: 269) menegaskan bahwa perkembangan AI saat ini sedang menuju paradigma ketiga, yaitu dimana peserta didik dapat berefleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dan mengarahkan AI agar menyesuaikan dengan dirinya. Dengan demikian, penerapan AI dalam pendidikan di era digital dapat menjadikan aktivitas belajar-mengajar antara pendidik dan peserta didik menjadi lebih efektif dan efisien.

Artificial Intelligence (AI) Jembatan Reformasi Pendidikan Islam Unggul: Keterkaitan Fitur yang Mendukung

Istilah reformasi erat kaitannya dengan modernisasi, pembaharuan, tajdid, dan tajaddud. Modernisasi adalah suatu cara berpikir dan bekerja berdasarkan sunnatullah (fitrah) yang benar. Sedangkan tajdid adalah respon berbentuk gerakan pemurnian terhadap keadaan yang memburuk yang berfokus pada masa lalu. Kemudian tajaddud adalah respon berbentuk gerakan pemurnian yang berfokus pada masa depan. Kedua istilah (tajdid dan tajaddud) memiliki kesamaan dalam hal anti-stagnasi tradisi Islam dan perbedaan fokus atau paradigmanya. Tajdid memandang bahwa Nabi dan generasi terdekatnya adalah generasi terbaik sehingga patut dijadikan teladan dan standar kehdiupan. Sedangkan gerakan tajaddud lebih berparadigma agar umat Islam harus modern dan kontekstual dengan tanpa menghilangkan ruh dan nilai-nilai religiusitas (Hidayati, 2020: 206-207).

Reformasi juga berkaitan erat dengan istilah pembaharuan, yang dalam bahasa Arab dimaknai sebagai tajaddud sebagaimana disebutkan sebelumnya, yaitu gerakan dan pikiran untuk menyesuaikan paham-paham Islam dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Hidayati, 2020: 207). Lebih lanjut, Wahib, (2021: 84) mengatakan bahwa terma ‘reformasi’ dalam dunia Islam merujuk pada gerakan pembaharuan beberapa abad terakhir. Wahib mengemukakan bahwa Islam pada dasarnya telah memiliki budaya tersebut, dimana dalam bahasa Al-Qur’an dimaknai dengan istilah ‘islah’ yang bermakna melawan penyimpangan (rekonsiliasi).

Berkaitan dengan era globalisasi yang tengah dihadapi, timbul problematika kompleks dalam kehidupan manusia. Sebagai suatu keniscayaan, pendidikan membutuhkan inovasi dan terobosan terbaru dalam setiap sisi agar tetap konsisten dalam meraih kemajuan. Reformasi pendidikan selazimnya dilakukan secara komprehensif, dimulai dari aspek kurikulum, sarana-prasarana, dan penerapan atau pemanfaatan teknologi dalam kegiatan pembelajaran (Ningsih et al., 2022: 180). Reformasi dalam dunia pendidikan pada dasarnya mengikuti jejak perkembangan revolusi industri, yaitu suatu dinamika dalam tatanan ekonomi dunia yang secara tidak langsung merubah tatanan pendidikan. Kini, revolusi industri mencapai era 5.0 yang kemunculannya ditandai dengan masyarakat yang berprinsip technology-based and human-centered. Selain itu, era 5.0 ditandai dengan pemanfaatan teknologi Internet of Things, Artificial Intelligence, dan Big Data. Maka dari itu, dalam konteks pendidikan hadirnya teknologi ini akan berdampak pada perkembangan kreativitas pendidik dan peserta didik serta para akademisi. Salah satu contohnya adalah Ujian Nasional yang diselenggarakan berbasis komputer dan PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) yang dilakukan secara online (daring) (Kusuma, 2021: 1130-1132).

Dalam memberikan sudut pandang terkait kondisi pendidikan Islam di era digital, setidaknya terdapat dua paradigma. Pertama, pendidikan Islam dipandang dari segi karakteristik memiliki perbedaan mendasar dengan pendidikan umum, yaitu bahwa pendidikan Islam mengenal prinsip pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang dalam hal ilmu, pengalaman, dan kepribadian sebagai bentuk responsibilitas terhadap Tuhan dan masyarakat. Pendidikan Islam berdiri atas pijakan Al-Qur’an dan Hadis beserta seperangkat kebudayaannya. Pendidikan Islam juga menyimpan tujuan supaya dapat membentuk manusia sempurna (kaffah) yang bertakwa kepada Allah dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Menimbang hakikat pendidikan Islam tersebut, realita yang terjadi sekarang justru masih jauh dari kata ‘pendidikan yang unggul’. Pendidikan Islam dianggap belum mampu menciptakan sumber daya yang seimbang antara intelektual, emosional, dan spiritual, bahkan output pendidikan Islam sendiri terkadang tak dapat menjadi ahli sosial atau ahli agama karena sistem pembelajaran masing-masing bidang tidak berjalan fokus dan maksimal (Aziz et al., 2022: 468-470).

Kedua, seiring dengan kebutuhan akan revitalisasi identitas dan moralitas generasi bangsa, urgensi pendidikan Islam di era digital semakin meningkat. Konsep pendidikan berbasis agama banyak diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan dan sukses menjadi branding yang diminati sejumlah kalangan. Hal ini menandakan bahwa eksistensi pendidikan Islam cukup kuat di mata masyarakat. Sebagai upaya memanusiakan manusia yang berbasis ajaran Al-Qur’an dan Hadis, pendidikan Islam berprinsip supaya karakter manusia terbentuk dengan sempurna sesuai dengan fitrah atau potensi yang dititipkan Allah kepadanya.

Dari kedua sudut pandang di atas, peneliti menganalisis bahwa pendidikan Islam di era digital memiliki sisi-sisi tertentu yang perlu untuk diperhatikan lebih serius, terlebih setelah banyaknya teori yang mengatakan perihal kemunduran umat Islam. Djamali dalam Wahib, fenomena kemunduran umat Islam sejatinya terjadi karena beberapa faktor: 1) kemunduran bidang agama, 2) kemunduran akhlak, 3) ketertinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan 4) keterbelakangan sosial, ekonomi, politik, dan kesehatan serta manajemen bidang pendidikan secara global. Menyikapi hal ini, maka pendidikan Islam di era transformasi digital menghadapi tantangan dan dituntut agar dapat mencari jalan keluar, yaitu dengan usaha reformasi pendidikan, sebab hal ini berhubungan secara signifikan dengan rekayasa suatu bangsa di masa mendatang (Wahib, 2021). Reformasi pendidikan merupakan suatu keniscayaan sebab zaman dan teknologi senantiasa berkembang, sehingga dibutuhkan modernisasi agar tidak tertinggal oleh peradaban (Romli, 2021: 118).

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, reformasi pendidikan memiliki cakupan yang luas, dimulai dari kurikulum, sistem pembelajaran, manajemen pendidikan, bahkan kualitas seorang pendidik. Juanidi Zaelani & Muhsinin, (2023: 73-75) memberikan tiga kompetensi utama yang harus dimiliki oleh seorang pendidik di era sekarang, yaitu melek teknologi, prinsip belajar sepanjang hayat, dan pemberian pembelajaran yang penuh makna dan menyenangkan. Ketiga hal ini harus menjadi celah yang patut diisi oleh para penidik dalam mentransfer ilmu dan nilai kepada peserta didik, agar peserta didik akan tergerus oleh nilai-nilai negatif ketika berselancar di dunia internet dan sosial media. Dalam hal ini, peran seorang pendidik adalah untuk mengarahkan, membimbing, dan memberikan edukasi agar peserta didik dapat terhindar dari hal-hal tersebut.

Salah satu terma terpenting dalam usaha pembaharuan pendidikan antara lain adalah penyandingan kata ‘pembelajaran’ dengan ‘basis teknologi’, secara faktual teknologi informasi dan komunikasi menjadi kunci utama yang menentukan kesuksesan dan kecepatan perkembangan ilmu pengetahuan. Anggraini juga meneybutkan, teknologi informasi dan komunikasi menjadi salah satu penyebab utama lahirnya paradigma pendidikan baru di abad ke-21 (Anggraini & Hubaidah, 2021: 209). Pembelajaran berbasis teknologi di masa kini telah menjadi fenomena yang banyak dijumpai di banyak lembaga pendidikan, yang salah satunya ialah penerapan aplikasi AI/kecerdasan buatan dalam pembelajaran.

Pada beberapa referensi yang ditemukan peneliti, aplikasi berbasis AI dalam pembelajaran memiliki jenis yang bermacam-macam, yaitu ChatGPT, Pictroy AI, Chatbot, Voice Assistant, Machine Learning, Smart Content, Automatic Assessment, Personalized Learning, Adobe Illustrator, Quizizz, Kahoot!, dan Presentation Translator. Berbagai jenis aplikasi tersebut secara fungsional dapat mendampingi peserta didik dalam mencari ilmu pengetahuan atau wawasan sebanyak dan seluas mungkin melalui gadget dan internet serta membantu pendidik dalam melakukan pengembangan media pembelajaran yang menyenangkan, efektif, dan efisien. Selain itu, aplikasi berbasis AI sangat memudahkan pendidik dalam memberikan evaluasi pembelajaran dengan cara yang sangat bervariasi. Melalui AI, sistem pembelajaran dapat mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi. Berikut daftar fitur cerdas AI yang dapat mempermudah pelaksanaan proses pembelajaran.

Tabel 1. Aplikasi AI dalam Pembelajaran

Aplikasi Pembelajaran Berbasis AI

Pictory AI

Salah satu jenis chatbot yang dikembangkan oleh OpenAI dan berfungsi sebagai asisten pribadi yang dapat memberikan rekomendasi, jawaban, informasi, dan instruksi serta analisis atas permasalahan yang rumit. ChatGPT memberikan jawaban berbentuk dialog seperti obrolan dengan pengguna dan juga mampu menerjemahkan bahasa asing dengan akurasi berbeda-beda tiap bahasa. Sedangkan Pictory AI adalah aplikasi AI yang berguna untuk membuat video, khususnya video pembelajaran (Tamsir et al., 2023: 4367).

Chatbot

Sebuah sistem yang dapat memberikan jawaban atas pertanyaan apapun, khusunya dalam bidang Pendidikan. Chatbot menerapkan metode Artificial Intelligence Markup Language (AIML) yang memiliki fungsi untuk membuat sistem input pertanyaan belasan berbasis pengetahuan. Dengan chatbot, komputer dapat berkemampuan memahami percakapan dengan bahasa alamiah (Guntoro et al., 2020: 292).

Voice Assistant

Sebuah perangkat yang berbasis Internet on Things (IoT), memiliki fitur sebagai suara pengganti dalam menyebutkan informasi tanpa harus membacanya terlebih dahulu. Dalam bidang pendidikan, perangkat ini sangat membantu para penyandang disabilitas, yang mungkin terbatas dalam hal tertentu (Rheinata Rhamadani Putri Supriadi et al., 2022: 195).

Machine Learning

Jenis AI yang dioperasikan oleh komputer melalui algoritma tertentu tanpa campur tangan manusia. Cara kerja machine-learning yaitu dengan merubah data menjadi pola dan diinputkan ke dalam sistem kemudian mendeteksi permasalahan inti. Setelah itu, data yang telah terkumpul dianalisis dan akan menghasilkan keputusan, prediksi, ataupun saran. Contoh penerapan dalam bidang pendidikan yaitu plagiarism-checker (detektor plagiasi akurat), e-rater (penilai esai). (Raup et al., 2022: 3262).

Smart Content

Bagian dari aplikasi berbasis IoT yang dalam bidang pendidikan difungsikan untuk menyediakan konten bahan bacaan dari buku-buku baru, materi terbaru, dan sebagai mesin pencari informasi yang relevan dengan pembelajaran (Rhamadani Putri Supriadi et al., 2022: 195).

Automatic Assesment

Salah satu fitur dalam AI, yaitu dapat lebih memudahkan pendidik dalam mengevaluasi hasil pembelajaran. Aplikasi ini dapat mendeteksi struktur kalimat dan kata per kata dengan baik dan benar. Contoh penerapan: Grammarly (Rheinata Rhamadani Putri Supriadi et al., 2022: 196). Selain itu, aplikasi ini dapat membuat soal dan mengoreksi soal secara otomatis sebagaimana terdapat pada platform kejarcita. Fitur ini hanya mengharuskan pendidik untuk memilih jenis mata pelajaran, kelas, jenjang, tingkat kesulitan, jumlah soal untuk langsung dapat membagikan soal tersebut kepada peserta didik serta menerima hasil koreksi. (Ratnaningrum et al., 2023: 1208).

Personalized Learning

Fitur AI yang canggih memungkinkan agar peserta didik secara personal mendapatkan pelayanan seperti asisten pribadi. AI mengelola data aktivitas belajar yang kemudian diolah untuk memberikan solusi alternatif dalam pembelajaran sesuai kebutuhan (Rheinata Rhamadani Putri Supriadi et al., 2022: 196).

Quizizz dan Kahoot!

Pada dasanya, aplikasi-aplikasi tersebut merupakan bentuk evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik, mempunyai fitur untuk menyediakan games (permainan) berbentuk pertanyaan-pertanyaan singkat dengan durasi waktu tertentu yang dapat ditayangkan secara langsung melalui layar proyektor oleh pendidik di kelas. Pembelajaran dengan games seperti demikian tentunya dapat memacu motivasi belajar yang tinggi bagi peserta didik.

Presentation Translator

Mirip dengan voice-assistant, aplikasi ini juga mengutamakan suara dalam fiturnya dan memiliki spesifikasi mempresentasikan sebuah tulisan dari bahasa berbeda menuju bahasa yang dikehendaki, sehingga pengguna dapat memanfaatkan untuk mendengarkan buku atau referensi berbahasa asing dengan mudah tanpa harus membaca secara langsung (Ratnaningrum et al., 2023: 1208).

Artificial Intelligence (AI) & Pendidikan Islam: Tantangan atau Peluang?

Bedasar uraian di atas, maka teknologi berbasis AI sejalan dengan upaya mereformasi pendidikan Islam yang unggul pada era transformasi digital. Dalam pembahasan ini, akan lebih spesifik dalam memaparkan salah beberapa fitur AI, yaitu dapat menjawab segala pertanyaan umum dan menerjemahkan bahasa. Fitur ini dapat ditemukan pada platform Chatbot seperti ChatGPT. Fitur ini dapat memudahkan dalam menyelesaikan suatu tugas dalam waktu sangat singkat, misalnya membuat suatu karya dengan hanya menginputkan data-data yang dibutuhkan seperti latar belakang, alur, dan instruksi-instruksi lain yang rinci.

Fitur ChatGPT menjadi sarana penting ketika pendidik merasa kesulitan dalam merangkai pertanyaan yang efektif bagi peserta didik. Karena itu, kreativitas dan inovasi akan terlahir dengan terinspirasi oleh jawaban Chatbot tersebut. Dengan demikian, pendidik juga akan terus belajar dan berbenah terhadap kemampuannya dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran (Hadian & Rahmi, 2023: 35). Literasi digital merupakan tolak ukur dalam kesuksesan pembelajaran di era saat ini. Fitur-fitur bermanfaat sebagaimana disebutkan demikian, akan mendukung proses pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran Islam. Kelebihan AI yang mudah diakses kapanpun dan dimanapun memberikan realitas bahwa persoalan-persoalan tentang materi keislaman dapat terjawab melalui AI, tanpa harus bertemu pendidik terlebih dahulu.

ChatGPT dioperasikan berdasarkan algoritma GPT yang telah dilatih sedemikian rupa melalui miliaran kata dalam berbagai dokumen dari banyak sumber. Proses kerja ini menghasilkan semantik, sintaksis, dan konteks dari bahasa yang digunakan. Sebagai informasi, ChatGPT kini tidak hanya tersedia dalam Bahasa Inggris, melainkan hingga banyak bahasa dunia, termasuk Bahasa Indonesia. Untuk menyelesaikan tugas tertentu atau menjawab suatu pertanyaan, ChatGPT berproses menggunakan teknik “autoregressive language modelling”. Metode ini memungkinkan ChatGPT menemukan konteks input yang diberikan, sehingga hasil dimaksud sesuai dengan permintaan pengguna. Selain itu, metode ini menjadikan ChatGPT mampu memprediksi kata selanjutnya dalam rangkaian teks berdasarkan kata-kata sebelumnya, dan melakukannya secara berulang sehingga membentuk paragraf yang koheren (Rachbini et al., 2023: 7).

Setidaknya terdapat beberapa tugas yang dapat dilakukan oleh ChatGpt, diantaranya sebagai berikut (Rachbini et al., 2023: 8):

Tabel 2. Fitur-fitur ChatGPT

Fitur-Fitur ChatGPT

Penerapan

Menjawab pertanyaan-pertanyaan umum. ChatGPT mampu memberikan jawaban terkait ilmu pengetahuan, sejarah, fakta, dan topik umum lainnya.

Pertanyaan:

Sebutkan maqashid syar’iyyah dalam pandangan Islam!

Jawaban ChatGPT:

Maqashid al-Syari'ah adalah konsep penting dalam Islam yang merujuk pada tujuan-tujuan atau maksud-maksud dari hukum Islam (Syari'ah). Tujuan-tujuan ini dirancang untuk mencapai kemaslahatan dan kebaikan umat manusia. Ada lima maqashid al-Syari'ah yang diakui oleh para ulama dan cendekiawan Islam sebagai tujuan-tujuan utama dari hukum Islam. Berikut adalah lima maqashid al-Syari'ah:

Hifz al-Din (حفظ الدين), Hifz al-Nafs (حفظ النفس), Hifz al-'Aql (حفظ العقل), Hifz al-Nasl (حفظ النسل), Hifz al-Mal (حفظ المال).

Konsep maqashid al-Syari'ah bertujuan untuk mengarahkan implementasi hukum Islam secara lebih holistik dan kontekstual, dengan memprioritaskan kemaslahatan dan kesejahteraan manusia. Prinsip-prinsip ini juga membantu dalam mengatasi perkembangan sosial dan situasi baru yang mungkin tidak secara langsung diatasi oleh hukum Islam yang sudah ada.

Menterjemahkan bahasa. ChatGPT cukup memiliki akurasi yang baik dalam hal menerjemahkan bahasa satu ke bahasa lainnya, meskipun bukan spesialisasi yang dimiliki olehnya.

Pertanyaan:

Apa arti dari teks hadis berikut: تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ صَدَقَةٌ

Jawaban ChatGPT:

Hadis ini berasal dari Nabi Muhammad dan berbunyi:

تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ صَدَقَة

Artinya: “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah

Dalam hadis ini, Nabi Muhammad saw. mengajarkan pentingnya senyuman dalam Islam. Dia menggambarkan bahwa ketika seseorang tersenyum kepada saudaranya atau orang lain, itu dianggap sebagai tindakan sedekah. Dengan kata lain, memberikan senyuman kepada orang lain adalah bentuk amal kebajikan yang mendatangkan pahala di mata Allah. Hadis ini menekankan nilai-nilai sosial dan etika dalam agama Islam. Senyuman dianggap sebagai cara yang sederhana namun berharga untuk memberikan kebahagiaan kepada orang lain, membangun hubungan yang baik, dan menjalin kerjasama yang harmonis dalam masyarakat.

Dalam konteks reformasi pendidikan Islam, AI memerankan dua kedudukan sekaligus, yakni sebagai peluang dan tantangan. Adapun peluang yang dimaksud ialah bahwa AI dapat berperan sebagai media, alat evaluasi, maupun asisten pribadi yang canggih dan akurat dalam tugasnya sehingga membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran sebagaimana disebutkan pada tabel fitur-fitur AI di atas. Dalam Islam, sejatinya manusia dituntut untuk menjadi orang yang ulul albab (cerdas dan berilmu pengetahuan) dan terbuka akan ilmu pengetahuan. Tentunya, spirit demikian ini sesuai dengan pemanfaatan teknologi AI dalam dunia pendidikan Islam. Firman Allah QS. Ali Imran ayat 190-191 dan QS. Al-Baqarah: 269:

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَاٰيٰتٍ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۙ الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.”

Wahbah al-Zuhaili menafsirkan bahwa penciptaan langit dan bumi, tinggi dan luasnya langit, bumi dengan batasan-batasannya, kelayakannya sebagai tempat berkehidupan dan ketetapan unsur-unsurnya, serta keajaiban-keajaiban lainnya yang ada di seluruh alam semesta merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang memiliki kecerdasan otak yang baik. Orang-orang yang berpikir adalah orang yang dapat memahami, mempertimbangkan, dan menelaah segala misteri langit dan bumi serta mengambil berbagai macam hikmah yang mengandung kekuasaan ilmu, keagungan, dan kebaikan-Nya. Demikianlah, bahwa ayat di atas menegaskan bahwa orang yang berakal dikehendaki agar senantiasa memperhatikan dan menghayati tanda-tanda alam sebagai bentuk kekuasaan Allah (Zuhriyandi & Alfannaja, 2023: 619).

يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ

Artinya: “Dia (Allah) menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Siapa yang dianugerahi hikmah, sungguh dia telah dianugerahi kebaikan yang banyak. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran (darinya), kecuali ululalbab.”

Hasbi Ash-Shidqqiey dalam tafsirnya, menjelaskan kata hikmah sebagai sesuatu yang mengacu pada kecerdasan otonom yang mampu mempelajari segala sesuatu dan sebab-sebabnya serta memahami keseluruhan masalah sesuai dengan sifatnya. Pada ayat ini, konteks ulul albab mengarah kepada seseorang terpelajar yang dapat membaca kitab suci Tuhan, bermula dari potongan-potongan pengetahuan yang diterimanya, untuk memperoleh kebijaksanaan (hikmah/ilmu yang bermanfaat) yang terkandung di dalamnya. Selain itu, terdapat keterangan bahwa hikmah ini hanya diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, oleh karena itu hanya golongan orang-orang terpilih/orang-orang cerdas yang dapat terbuka wawasannya dan terus-menerus belajar yang akan memperolehnya (Zuhriyandi & Alfannaja, 2023).

Pendidikan Islam dalam upaya reformasi di era digital kemudian menghadapi tantangan dalam hal penerapan AI dalam konteks pembelajaran. Menyadur pendapat dari Yulita (2023), teknologi AI menyimpan tantangan sekaligus peluang dalam dunia pendidikan. Peluang AI adalah terletak pada kemandirian belajar, efektivitas, dan efisiensi waktu dan sarana-prasarana. Sedangkan tantangan yang dihadapi adalah kompetensi pendidik yang harus senantiasa ditingkatkan, mulai dari mengajar, membimbing, mendidik, menilai, dan mengevaluasi secara professional serta mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui tradisi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Selain itu, penggunaan AI yang berlebihan dan terlalu dominan dapat berdampak pada penurunan perkembangan kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotorik peserta didik. Oleh karena itu, penting kiranya edukasi bagi masyarakat, khususnya kalangan akademisi agar konsisten berjiwa utama sebagai ‘manusia’ dan ‘pembelajar’ tanpa menghilangkan unsur modernitas (Sirinti Pongtambing et al., 2023: 26-27).

Unsur lain yang menjadi tantangan AI dalam penerapannya di dunia pendidikan Islam adalah perihal keamanan dan privasi data, pasalnya akhir-akhir ini dikonfirmasi bahwa sejumlah besar akun ChatGPT lebih dari 101.000 telah diretas oleh ognum dan diperjualbelikan kredensialnya melalui dark web. Dari sekian banyak jumlah akun tersebut, akun pengguna ChatGPT Indonesia termasuk menjadi korbannya. Karena itu, disarankan kepada pihak-pihak terkait dalam pengamanan AI untuk meningkatkan kualitas ketahanan dan keamanan akun para pengguna. Selain itu, salah satu fitur AI juga dapat menghapus percakapan setelah selesai digunakan, sehingga hal ini dapat menjadi langkah preventif agar kejadian serupa tidak terulang kembali (Hadian & Rahmi, 2023: 44).

Kesimpulan

AI (Artificial Intelligence) merupakan rekayasa sistem komputer yang menjadikannya sebagai sebuah mesin berdaya pikir seperti manusia, atau bahkan lebih. Pendidikan Islam merespon adanya situasi transformasi era, membutuhkan reformasi atau pembaharuan dalam tiap elemen. Penerapan teknologi AI dalam pendidikan Islam adalah salah satu upaya untuk mengusahakan terwujudnya reformasi tersebut. Dalam hal ini, AI sebagai sarana atau fasilitas hadir sebagai peluang sekaligus tantangan. AI membawa peluang untuk memajukan sistem pembelajaran Islam dengan lebih canggih dan modern, dengan bermacam-macam fitur dan aplikasi yang semakin meningkatkan efektivitas serta efisiensi pembelajaran. Selain itu, AI juga mambawa tantangan kepada para pendidik Islam untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya di bidang pendidikan dan teknologi, dimana sentral peran pendidik semakin kompleks, tidak hanya sebatas pembimbing, pengarah ataupun teladan di dunia nyata, melainkan dunia digital. Tantangan yang diperoleh melalui hadirnya AI juga meliputi stagnasi kompetensi afektif, kognitif, dan psikomotrik peserta didik sebab penggunaannya yang terlalu dominan. Secara tidak langsung, AI juga menjadi faktor lemahnya spirit untuk belajar dan turunnya kualitas pendidikan. Oleh karena itu, perlu diadakan edukasi terkait AI dan penerapannya dalam pendidikan Islam supaya unsur modernitas tetap mewarnai sisi pendidikan Islam dengan tidak meninggalkan ruh ‘manusia’ dan ‘pembelajar’ sejati. Tantangan lain yakni perihal privasi dan keamanan publik AI yang rawan dengan pencurian dan kejahatan siber, maka diperlukan ketahanan aplikasi yang lebih canggih dan kuat agar mengantisipasi adanya hal demikian.

Referensi

Anggraheni, R., & Dwi Astuti, R. (2020). Revitalisasi Nilai-Nilai Islami dalam Edukasi guna Mempersiapkan Generasi Menuju Era Society 5.0 sebagai Bagian dari Strategi Rekonstruksi Kejayaan Peradaban Islam. PROSIDING SEMINAR KONFERENSI INTEGRASI INTERKONEKSI ISLAM DAN SAINS, 2, 31–34.

Anggraini, W., & Hubaidah, H. (2021). Reformasi Pendidikan Menghadapi Tantangan Abad 21. Journal on Education, 03(03), 208–215.

Aziz, A., Iswantir, & Dzulmuqim. (2022). Reformasi Pendidikan Agama Islam di Madrasah. JOURNAL ON TEACHER EDUCATION, 3(3), 466–473.

Guntoro, G., Costaner, L., & Lisnawita, L. (2020). Aplikasi Chatbot untuk Layanan Informasi dan Akademik Kampus Berbasis Artificial Intelligence Markup Language (AIML). Digital Zone: Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi, 11(2), 291–300.

Hadian, T., & Rahmi, E. (2023). Berteman dengan ChatGPT: Sebuah Transformasi dalam Pendidikan. EDU Publisher.

Hajri, M. F. (2023). Pendidikan Islam di Era Digital: Tantangan dan Peluang pada Abad 21. MIKRAJ Jurnal Studi Islam Dan Humaniora, 4(1), 33–41. https://doi.org/10.37680/almikraj.v4i1.3006

Hanifah Salsabila, U., Ulil Ilmi, M., Aisyah, S., & Saputra, R. (2020). Peran Teknologi Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Era Disrupsi. Journal on Education, 03(01), 104–112.

Hidayati, N. (2020). REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE-20. Jurnal Ar-Risalah, 16(2), 203–236.

Jamaaluddin, & Sulistyowati. (2021). BUKU AJAR KECERDASAN BUATAN (ARTIFICIAL INTELLIGENCE). UMSIDA Press.

Jaya, H., Sabran, M. I., Muh., A. D., Ilham, Y., & Ahmar, S. (2018). KECERDASAN BUATAN. Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar.

Juanidi Zaelani, M., & Muhsinin. (2023). Transformasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Perkembangan Terkini dan Tantangan di Era Digital). Schemata: Jurnal Pascasarjana UIN Mataram, 12(1), 67–80.

Kurniawan, R. (2020). KECERDASAN BUATAN (ARTIFICIAL INTELLIGENCE). FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUMATERA UTARA MEDAN.

Kusuma, Y. (2021). PROBLEMATIKA REFORMASI PENDIDIKAN INDONESIA MEMASUKI ERA SOCIETY 5.0. PROSIDING Seminar Nasional “Bimbingan Dan Konseling Islami,” 1127–1137.

Latifah, L., & Ngalimun, N. (2023). PEMULIHAN PENDIDIKAN PASCA PANDEMI MELALUI TRANSFORMASI DIGITAL DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA SOCIETY 5.0. Jurnal Terapung : Ilmu - Ilmu Sosial, 5(1), 41. https://doi.org/https://doi.org/10.31602/jt.v5i1.10576

Liza Zahara, S., Ula Azkia, Z., & Minan Chusni, M. (2023). Implementasi Teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam Bidang Pendidikan. Jurnal Penelitian Sains Dan Pendidikan (JPSP), 3(1), 15–20. https://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/mipa/

Lubis, B. S., Sari, S. P., Siregar, E. F. S., & Batubara, I. H. (2022). Pemanfaatan Adobe Illustrator (AI) Sebagai Aplikasi Desain Bahan Ajar Berbasis Komik. Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 6(4), 624. https://doi.org/10.30651/aks.v6i4.9851

Mambu, J. G. Z., Pitra, D. H., Rizki, A., Ilmi, M., Nugroho, W., Leuwol, N. V, Muh, A., & Saputra, A. (2023). Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence (AI) Dalam Menghadapi Tantangan Mengajar Guru di Era Digital. Journal on Education, 06(01), 2689–2698.

Misnatun, M. (2022). Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia Abad Ke-20 dan Abad Ke-21. Ta’dib, 1(1), 63–69.

Muarif, J. A., Jihad, F. A., Alfadli, M. I., & Indra, D. (2023). HUBUNGAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI AI TERHADAP PEMBELAJARAN MAHASISWA. Jurnal Pendidikan : SEROJA, 2(2).

Munir, M., & Syar’i, A. (2021). Tantangan dan Peluang Pendidikan Islam di Tengah Arus Perkembangan Teknologi Digital. PINCIS: Palangkaraya International and National Conference Islamic Studies, 1(1), 487–504.

Nasution, A. F. (2023). Metode Penelitian Kualitatif. CV. Harfa Creative.

Ningsih, I. W., Saefullah Anwar, A., Supiana, & Zakiah, Y. (2022). Penggunaan Teknologi Informasi Sebagai Jembatan Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia. Islamic Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 5(2), 179–194. https://doi.org/10.30868/im.v4i02.2608

Prasetyo, A. A., & Rosyid, H. A. (2022). Tinjauan Pengaruh Kecerdasan Buatan terhadap Pembelajaran untuk Menghadapi Masa Society 5.0. Jurnal Inovasi Teknik Dan Edukasi Teknologi, 2(6), 261–271. https://doi.org/10.17977/um068v1i62022p267-271

Pratiwi, E., Suryani, I., & Amanda Fadilla, P. (2023). PENTINGNYA ETIKA AKADEMIK DALAM KONTEKS TRADISI ISLAM. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 10(2), 427–439.

Putra Pratama, I., & Zulhijra. (2019). REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA. Jurnal PAI Raden Fatah, 1(2), 117–127.

Rachbini, W., Evi, T., & Suyanto. (2023). Pengenalan ChatGPT Tips dan Trik bagi Pemula. CV. AA. Rizky.

Raup, A., Ridwan, W., Khoeriyah, Y., & Yuliati Zaqiah, Q. (2022). Deep Learning dan Penerapannya dalam Pembelajaran. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(9), 3258–3267. http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id

Rheinata Rhamadani Putri Supriadi, S., Sulistiyani, & Minan Chusni, M. (2022). Inovasi pembelajaran berbasis teknologi Artificial Intelligence dalam Pendidikan di era industry 4.0 dan society 5.0. JPSP: Jurnal Penelitian Sains Dan Pendidikan, 2(2), 192–198. https://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/mipa/

Romli, A. (2021). Sejarah Sosial Reformasi Pendidikan Islam. Darajat: Jurnal Pendidikan Agama Islam. Darajat: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 4(2), 80–87.

Semarang, U. N., Ratnaningrum, I., Jazuli, M., Raharjo, T. J., & Widodo, W. (2023). Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Inovasi Media Pembelajaran Seni Berbasis Artificial Intelligency di Era Globalisasi. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana UNNES, 1204–1209. http://pps.unnes.ac.id/pps2/prodi/prosiding-pascasarjana-unnes

Setyawati, Y., Septiani, Q., Aulia Ningrum, R., & Hidayah, R. (2021). IMBAS NEGATIF GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN DI INDONESIA. Jurnal Kewarganegaraan, 5(2), 306–315.

Sirinti Pongtambing, Y., Ekalaya Appa, F., Muh Amil Siddik, A., M Sampetoding, E. A., Admawati, H., Anestesia Purba, A., Sau, A., & Manapa, E. S. (2023). http://journal.sekawan-org.id | Sekawan Institut | https://sekawan-org.id. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(1), 23–28. https://doi.org/10.35746/bakwan

Tamsir, N., Rauf, A., Syahlan Natsir, M., & Syam, A. (2023). LITERASI DIGITAL DALAM PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN GURU SMKN 1 GOWA BERBASIS AI. Community Development Journal, 4(2), 4636–4643.

Tjahyanti, A. S., Saputra, S., & Gitakarna, S. (2022). ERAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE (AI) UNTUK MENDUKUNG PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI COVID-19. Jurnal Komputer Dan Teknologi Sains (KOMTEKS), 1(1), 15–21.

Tulungen, E., Maramis, J., Saerang, D., Tulungen, E. E., Saerang, D. P., Maramis, J. B., Studi Doktor Ilmu Manajemen, P., Ekonomi dan Bisnis, F., & Kunci, K. (2022). DIGITAL TRANSFORMATION: ROLE OF DIGITAL LEADERSHIP. 1116 Jurnal EMBA, 10(2), 1116–1123.

Wahib, A. (2021). REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI. Jurnal PARADIGMA, 11(1), 81–93.

Zakaria, S., T., S., Razali, G., & Iskandar. (2023). Menyiapkan Siswa untuk Karir Masa Depan Melalui Pendidikan Berbasis Teknologi: Meninjau Peran Penting Kecerdasan Buatan. Journal on Education, 05(04), 14141–14155.

Zuhriyandi, & Alfannaja, M. (2023). Penafsiran Ayat-Ayat Tentang Teknologi dan Inovasi Dalam Al-Qur’an: Implikasi Untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan di Era Modern. Jurnal Cendekia Ilmiah, 2(6), 616–626.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image