Berpelukan dengan Sunnah: Mengatasi Ancaman Pemecahan Golongan dalam Islam
Agama | 2023-08-29 05:27:41Dalam sejarah peradaban manusia, kita melihat fenomena perpecahan yang kerap terjadi di kalangan umat manusia. Bahkan, perpecahan ini tidak hanya terbatas pada satu agama, melainkan juga mewarnai berbagai agama, termasuk di antara Ahlul Kitab.
Perpecahan telah menjadi bagian dari narasi sejarah yang kerap menghiasi perkembangan peradaban manusia. Agama-agama, termasuk Ahlul Kitab, tidak terhindar dari ancaman perpecahan yang dapat mengganggu kebersamaan dan kesatuan di kalangan umat.
Namun, dalam menghadapi realitas perpecahan ini, penting bagi kita untuk belajar dari sejarah dan mencari solusi untuk menjaga keutuhan umat. Meskipun tantangan perpecahan ada di mana-mana, kita dapat mengambil pelajaran berharga dari pengalaman sejarah untuk merangkul keberagaman dan membangun jembatan menuju pemahaman yang lebih mendalam di antara kita. Fenomena ini mendorong kita untuk merenung tentang urgensi menjaga keutuhan umat dan merenungi ajaran Ahlus Sunnah dalam menghadapi ancaman pemecahan golongan.
Dalam konteks Islam, kita diingatkan tentang kisah perpecahan di kalangan Ahlul Kitab yang terpecah menjadi 72 golongan. Dalam sabda Rasulullah, kita diberitahu bahwa umat Islam juga akan mengalami perpecahan, terdiri dari 73 golongan. Di antara golongan tersebut, hanya satu yang dijamin masuk Surga, yakni al-Jama'ah. Hal ini menggarisbawahi pentingnya menjaga kebersamaan dalam memahami dan menjalankan ajaran Islam yang benar.
Namun, ancaman perpecahan tidak hanya dari luar, tetapi juga dapat muncul dari dalam umat sendiri. Rasulullah mengingatkan bahwa akan muncul segolongan manusia yang terpengaruh oleh hawa nafsu dan bid'ah, sebagaimana penyakit anjing gila merasuki pengidapnya. Oleh karena itu, menjaga keaslian ajaran dan menghindari inovasi yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar agama merupakan hal yang penting.
Dalam menghadapi situasi ini, ajaran yang diajarkan oleh para Sahabat menjadi pedoman yang sangat berharga. Ubay bin Ka'ab menekankan perlunya berpegang teguh pada jalan yang lurus dan as sunnah. Dengan berada di atas jalan yang lurus dan sunnah, seorang hamba akan merasa takut kepada Allah dan mendapatkan perlindungan dari api Neraka. Meskipun terkadang mungkin tergoda untuk melakukan inovasi atau bid'ah, tetapi tindakan tersebut akan membawa dampak negatif pada keberlangsungan dan keutuhan umat.
Abul Aliyah juga menekankan pentingnya kembali kepada ajaran pertama yang dipegang oleh para Sahabat. Pesan ini diperkuat oleh pendapat al-Hasan, yang menyatakan bahwa nasihat Abul Aliyah adalah benar dan bermakna. Artinya, untuk mengatasi ancaman pemecahan golongan, umat harus berpegang pada ajaran yang telah ditetapkan oleh para Sahabat, sebagai teladan terbaik dalam menjalankan ajaran Islam.
Di samping itu, Sufyan mengingatkan akan sedikitnya jumlah Ahlus Sunnah. Ini mengingatkan kita bahwa menjaga dan menyebarkan ajaran Ahlus Sunnah menjadi suatu tanggung jawab yang harus diemban dengan sungguh-sungguh. Jika kita mendengar tentang seseorang yang berpegang teguh pada ajaran Ahlus Sunnah, kita seharusnya menyampaikan salam kepada mereka, meskipun mereka berada di berbagai belahan dunia. Dengan demikian, kita dapat membangun solidaritas dan kesatuan di antara para penganut ajaran Ahlus Sunnah.
Dalam konteks pendidikan, Ayyub menyoroti pentingnya belajar dari ulama Ahlus Sunnah. Hal ini juga berlaku untuk pemuda dan orang non-Arab. Menyerap pengetahuan dari ulama yang memiliki pemahaman mendalam tentang ajaran Islam adalah kunci untuk memahami dan menjalankan agama dengan benar. Dengan belajar dari ulama, kita dapat memahami prinsip-prinsip dasar agama dan menghindari jatuh ke dalam bid'ah yang merusak.
Dalam rangka menjaga keutuhan umat dan menghadapi ancaman perpecahan, kita perlu mengambil pelajaran dari sejarah dan ajaran yang telah diberikan oleh Rasulullah dan para Sahabat. Pentingnya menjaga ajaran Ahlus Sunnah, berpegang pada jalan yang lurus, dan belajar dari ulama adalah langkah-langkah kunci untuk menjaga kebersamaan dan memastikan bahwa umat Islam tetap bersatu dalam menjalankan ajaran agama dengan benar.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.