Meningkatkan Angka Pengangguran dalam Era Bonus Demografi Akibat Minimnya Lapangan Pekerjaan
Eduaksi | 2023-08-21 20:37:09Meningkatnya angka pengangguran dalam era bonus demografi akibat minimnya lapangan pekerjaan merupakan isu kompleks yang membutuhkan pemahaman mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi dan tenaga kerja Bonus demografi merujuk pada fenomena ketika sebagian besar penduduk suatu negara berada dalam rentang usia produktif, yang pada teorinya dapat memberikan dorongan ekonomi yang kuat jika dikelola dengan baik. Namun, dalam konteks tertentu, bonus demografi juga dapat membawa dampak negatif, terutama dalam hal peningkatan angka pengangguran akibat minimnya lapangan pekerjaan yang tersedia.
Tema ini menjadi relevan karena menggambarkan sebuah paradoks dimana sumber daya manusia yang seharusnya menjadi aset produktif justru dapat menjadi beban bagi perekonomian negara. Berikut ini adalah beberapa alasan kontra mengenai dampak bonus demografi dan minimnya lapangan pekerjaan:
1. Pertumbuhan Ekonomi Tidak Sebanding Peningkatan jumlah penduduk usia produktif tidak selalu diikuti oleh pertumbuhan sektor ekonomi yang sepadan. Keterbatasan investasi dan infrastruktur yang diperlukan untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang tidak seimbang dengan jumlah tenaga kerja yang ada.
2. Kompetisi yang ketat dalam situasi minimnya lapangan pekerjaan, persaingan di pasar tenaga kerja menjadi lebih ketat. Hal ini bisa mengarah pada rendahnya tingkat upah, penurunan kualitas pekerjaan, serta terbatasnya peluang bagi lulusan baru yang ingin memasuki pasar kerja.
3. Penurunan Produktivitas Minimnya lapangan pekerjaan berarti bahwa banyak tenaga kerja berpotensi terbuang atau bekerja di sektor-sektor yang tidak sesuai dengan keterampilan mereka. Akibatnya, produktivitas nasional dapat menurun karena sumber daya manusia tidak dimanfaatkan secara efisien.
4. Penurunan Daya Beli Angka pengangguran yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat. Konsumsi berkurang, menghambat pertumbuhan sektor ritel dan jasa, serta berpotensi mengakibatkan krisis ekonomi lebih lanjut.
5. Beban Sosial dan Kesejahteraan Peningkatan pengangguran dapat memberikan tekanan pada sistem kesejahteraan sosial, seperti tunjangan pengangguran dan bantuan makanan. Hal ini dapat mengakibatkan beban finansial pada pemerintah dan mengurangi kemampuan untuk mengalokasikan dana untuk pengembangan ekonomi.
Dalam kesimpulan, bonus demografi dapat menjadi tantangan serius jika tidak diimbangi dengan pembangunan ekonomi yang tepat. Minimnya lapangan pekerjaan di era bonus demografi dapat mengakibatkan peningkatan angka pengangguran, yang pada akhirnya dapat merugikan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Karena itu, perlu upaya yang terkoordinasi dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mengatasi tantangan ini dan memaksimalkan potensi positif dari bonus demografi. Penting untuk melihat isu ini secara holistik dan mempertimbangkan berbagai faktor yang saling terkait dalam konteks masing-masing negara. Tindakan yang tepat perlu diambil oleh pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk memanfaatkan bonus demografi dengan sebaik-baiknya sambil mengatasi potensi masalah pengangguran.
Daftar Pustaka:
Bloom, D. E., Canning, D., & Sevilla, J. (2003). The demographic dividend: A new perspective on the economic consequences of population change. Population Matters, 59(2-3), 155-166.
Mason, A. (2012). Population aging and the extended family in Taiwan. Population and Development Review, 38(S1), 81-94.
World Bank. (2018). World Development Indicators 2018. World Bank Publications.
Islam, R., & Khan, H. T. A. (2017). Demographic Transition and Demographic Dividend in Bangladesh: A Critical Review. Journal of Economics and Sustainable Development, 8(10), 51-60.
Palacios, R., & Rofman, R. (2013). Labor Markets in Aging Latin America: The Supply Side. In Lessons from Pension Reform in the Americas (pp. 61-104). Oxford University Press.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.