Literasi Tak Pernah Mati
Edukasi | 2023-08-21 19:15:00Sabtu pagi itu (12/8), ada sesuatu yang berbeda di halaman Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Ilmi. Tampak puluhan siswa asyik membaca komik dan majalah. Sebagian siswa lain ada yang sibuk menyusun puzzle dan tebak flashcard. Sebagian lagi sedang fokus menyimak kisah yang dibacakan dari buku cerita.
Penyebab situasi berbeda itu adalah karena hadirnya beberapa mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Rakeyan Santang Karawang. Para mahasiswa itu sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di wilayah Desa Muktijaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang. Adapun salah satu wujud program kerja mereka adalah membuka lapak baca gratis di MI Miftahul Ilmi setiap hari Sabtu.
Kedatangan para mahasiswa langsung disambut hangat oleh kepala sekolah, seluruh guru, dan juga para siswa. Bagi warga yang tinggal di pedesaan, kedatangan mahasiswa KKN merupakan suatu hal yang menggembirakan sebab hampir dapat dipastikan, para mahasiswa itu akan membawa agenda dan program yang bermanfaat bagi masyarakat.
Isi program lapak baca gratis ini adalah menggelar lapak lesehan, yang mana di lapak itu disediakan bahan bacaan berupa majalah, novel, cerita nabi, komik, dongeng, dan lain sebagainya. Sebelum jam KBM dimulai dan selama jam istirahat, siswa boleh membaca semua buku yang disediakan secara cuma-cuma. Selain anak-anak membaca mandiri, para mahasiswa juga membacakan buku cerita secara nyaring (read aloud) di hadapan anak-anak tersebut. Tidak hanya itu, siswa juga diajak bermain games edukatif semisal menebak kata tersembunyi di balik kartu bergambar, merangkai kepingan puzzle, mendongeng, dan beraneka kegiatan menarik lainnya.
Mulyadi, salah satu mahasiswa peserta KKN, menjelaskan alasan mengapa ia bersama kelompoknya membuat program lapak baca ini. Alasan pertama, UNESCO sebagai badan PBB yang menangani bidang pendidikan, sains, dan kebudayaan, menyebutkan Indonesia berada di urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia amat memprihatinkan, hanya 0,001%. Hal ini bermakna, dari seribu orang Indonesia, cuma satu orang yang rajin membaca. Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada tahun 2016, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).
Alasan kedua, buku-buku yang tersedia di perpustakaan sekolah biasanya kebanyakan didominasi buku pelajaran yang kaku dan membosankan. Hal ini tentu saja membuat para siswa jenuh dan kehilangan selera membaca. Maka di sinilah perlunya terobosan dan dan stimulasi khusus supaya siswa menjadi merasa tertarik dan akhirnya jatuh cinta terhadap buku.
Tujuan utama kegiatan lapak baca ini ialah untuk membudayakan gemar baca buku di kalangan siswa usia sekolah dasar. Bisa jadi, salah satu penyebab rendahnya minat baca di kalangan masyarakat Indonesia adalah lantaran keterbatasan akses terhadap bahan bacaan. Hal ini terbukti ketika para mahasiswa KKN baru saja menjejerkan buku-buku di lapak, anak-anak sudah langsung antusias memilih buku yang hendak mereka baca. Mereka seakan-akan menemukan harta karun tak ternilai. Sesuai dengan tahap usia perkembangan, anak-anak SD atau MI lebih menyukai jenis buku bacaan yang bergambar semacam cergam, komik, dan majalah.
H. Urip Nurdin, selaku kepala sekolah MI Miftahul Ilmi, sangat menyambut baik program kerja para mahasiswa STIT Rakeyan Santang ini. Beliau berharap, dengan adanya kegiatan lapak baca ini, wawasan dan tingkat literasi siswa dapat meningkat signifikan.
***
Kontributor: Mulyadi (A23220B1021), Siti Mardiana (B23620B1043), Yayu Hazanah (B23620B1027), Nurhanipah (B23620B1037)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.