Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suryana Ependi

Memulihkan Manusia dari kecemasan Kecerdasan Buatan

Lomba | Wednesday, 16 Aug 2023, 22:46 WIB
Sebuah gambar robor AI. Sumber: Pixabay.Alexandra.Koch

“keberhasilan dalam menciptakan Artificial Intellegence (Kecerdasan Buatan) yang efektif bisa menjadi peristiwa terbesar dalam sejarah peradaban kita; atau yang terburuk. Kita tidak tahu apakah kita akan sangat terbantu oleh AI atau diabaikan olehnya dan dikesampingkan, atau bahkan dihancurkan olehnya.” (Stephen Hawking).

Teknologi terus mengalami perkembangan, kita menyadari perkembangan itu karena terlihat sangat jelas bagaimana teknologi semakin berkembang menuju kemajuan yang sangat baik. Sebetulnya, ketika kita mempelejari sejarah kehidupan manusia teknologi tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan. Dari pola kehidupan manusia yang amat sederhana ketika masa berburu, manusia sangat membutuhkan teknologi seperti kapak genggam atau senjata yang terbuat dari tulang belulang.

Dari teknologi yang amat sederhana sampai pada manusia mampu menciptakan teknologi yang amat berpengerauh terhadap peradaban. Pemikiran manusia yang terus melaju berkat dorongan dari kebutuhan akan lingkungan menjadikan manusia harus mengembangkan teknologinya. Terjadinya Revolusi Industri I ketika kehidupan manusia terbantu oleh diketemukannya hal-hal yang bersifat mekanik pada abad-18. Kemajuan pada hal-hal yang sifatnya mekanik merupakan awal peralihan dari teknologi yang sederhana atau tradisional sampai kita mengenal istilah modernisasi pada dunia industri. Ternyata perkembangan ilmu pengetahuan tidak bersifat statis melainkan dinamis terus melaju tumbuh mengikuti perkembangan manusia dengan ruang hidupnya. Kemajuan pada bidang teknologi ke hal yang begitu kompleks terlihat hanya butuh waktu tiga abad setelah adanya revolusi industri I.

Sekarang pada abad-21 ini kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dengan teknologi, bahkan manusia mengalami ketergantungan pada teknologi. Abad ini sering disebut kebangkita teknologi yang memasuki revolusi industri ke-4 sebuah masa digitalisasi kehidupan manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Hawking seorang ilmuwan fisika yang menggambarkan kecerdasan buatan sebagai sebuah keberhasilan yang terjadi dalam sejarah peradaban manusia. Kecerdasan buatan bisa membantu kehidupan tapi tidak bisa dipungkiri juga bisa membuat manusia mengalami keterpurukan olehnya.

Mengenal Kecerdasan Buatan

Kecerdasan buatan merupakan tekonologi terbarukan dari kemajuan teknologi yang memiliki fungsi seperti manusia. Sebuah mesin cerdas semacam mereplikasi dari kecerdasan manusia dalam mesin, bahkan mesin cerdas tersebut mampu melakukan sebuah tugas dan mengambil keputusan. Segala tindakan yang dilakukan kecerdasan buatan ini memperlihatkan tingkat rasionalitas yang setara dengan manusia.

Dengan perkembangan teknologi yang terjadi saat ini, teknologi yang digambarkan seperti mesin cerdas dengan tingkat kecerdasan bisa melebihi manusia ternyata bukan hanya suatu imajinasi tetapi itu nyata. Kita melihat semacam adanya mobil tanpa sopir, robotic yang sudah mengganti aktivitas manusia.

Meskipun kecerdasan buatan itu sifatnya masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya menyimpan data dengan kemampuan menganalisis data yang ada padanya. Dibagian yang lain kecerdasan buatan ini sudah masuk pada ranah yang sifatnya emosional, bahkan memiliki kemampuan dalam memahami emosi yang dirasakan oleh manusia.

Kecerdasan buatan yang memiliki karakteristik cerdas seperti manusia ini melahirkan kecemeasan. Kecemasan itu lahir ketika kecerdasan buatan ini sudah secara total dipergunakan, seperti yang diramalkan oleh Stephen Hawking suatu dampak terburuk bahkan sampai pada kehancuran manusia oleh mesin tersebut bisa saja terjadi.

Melihat manfaat kecerdasan buatan

Sebagaimana teknologi itu tercipta untuk mempermudah aktivitas manusia begitupun dengan mesin cerdas. Mesin cerdas memiliki beragam manfaat seperti pada tingkat efisiensi dan akurasi lebih baik daripada yang dilakukan oleh manusia. Selain itu pengkajian dan analisis data yang dilakukan oleh mesin cerdas memiliki tingkat ketepatan yang lebih baik. secara biaya juga mesin cerdas lebih hemat, bukan hanya hemat dari segi biaya melainkan mesin cerdas juga hemat pada tenaga dan waktu. Mesin cerdas dalam bekerja lebih efisien daripada yang digunakan oleh manusia.

Beberapa dampak yang ada pada kecerdasan buatan telah kita rasakan, semacam kemudahan akses yang lebih efektif. Kepercayaan kita pada kecerdasan buatan juga sangat tinggi, karena dirasakan kecerdasan buatan ini sangat kecil mengalami kesalahan atau kekeliruan dalam melakukan pengkajian data dan analisis data. Manusia yang memiliki keterbatasan seperti memiliki rasa bosan, lelah, dan juga rasa malas kerap mengalami kesalahan dalam menganalisis. Sehingga dengan diciptakannya kecerdasan buatan ini merupakan sebuah penciptaan yang amat berharga dalam sejarah peradaban manusia.

Pemanfaat teknologi dengan segala kelebihannya mengajarkan kepada kita untuk bisa memanfaatkan sebaik-baiknya atas kemajuan teknologi tersebut. Kepercayaan kepada teknologi dengan segala ketepatan yang diberikan oleh teknologi, kita perlu melihat apa masalah yang dihasilkan dari adanya mesin cerdas ini.

Masalah adanya kecerdasan buatan

Dari sekian banyak manfaat yang dihasilkan dari kecerdasan buatan ternyata juga memiliki segudang masalah yang dihasilkan. Bahkan kecerdasan buatan ini bisa mengancam eksistensi manusia yang sudah lama diagung-agungkan. Manusia yang begitu terbiasa atas segala tindakan yang dilakukan dengan memanfaatkan segala potensi yang hadir pada dirinya, menggambarkan manusia memiliki peran penting atas eksistensinya. Hadirnya mesin cerdas yang merampas atas eksistensi manusia terhadap ruang hidup menjadikan manusia kehilangan ruang untuk melihat eksistensi dirinya. Kehidupan selalu terbiasa dengan adanya ruang sosial, ruang sosial itu juga akan hilang dengan hadirnya kecerdasan buatan. manusia lebih asik bermain di dunia virtual. Selain itu, terlihat dengan hadirnya kecerdasan buatan ini menjadikan lahan kerja berkurang karena ada ruang yang dirampas atas dasar efisiensi dan akurasi.

Kemudahan dengan tingkat efisiensi yang sangat baik menjadikan kita terbiasa menggunakan mesin cerdas sehingga membuat kita mengalami ketergantungan. Ketergantungan itu sangat berbahaya ketika semuanya bergantung pada mesin cerdas terlihat manusia diperbudak. Manusia yang berawal menciptakan mesin cerdas untuk memudahkan segala aktivitas, malah terjerat dengan teknologi itu sendiri.

Manusia kerap kali melakukan kesalahan atas kekeliruan terhadap memanfaatkan teknologi cerdas pada hal-hal yang merugikan sekitar. Pemanfaatan yang keliru dari adanya kecerdasan buatan ini dengan tujuan hal-hal yang tidak baik misalnya pembuatan informasi bohong, melakukan hacker sampai pada tingkat pemanfaatan untuk terorisme. Seharunya teknologi digunakan untuk tatanan ruang sosial menjadi harmonis malah menjadikan masalah baru dengan lahirnya beragam masalah. Kecerdasan buatan juga menjadikan manusia kehilangan kreatifitas karena sering dibiasakan pada hal yang instan. Masalah yang disebutkan hanya sebagian kecil yang terlihat pada permukaan saja, begitu kompleks masalah yang tidak terlihat pada permukaan dibalik megahnya kecerdasan buatan.

Kecerdasan buatan menggugat antroposentrisme

Teknologi suatu hal yang biasa dalam kehidupan manusia, setiap perkembangan kehidupan manusia selalu ada dorongan secara bersamaan dari teknologi berdasarkan kebutuhan manusia itu sendiri. Manusia pada istilah lain juga disebut sebagai Homotechnicus, yaitu manusia digambarkan sebagai makhluk teknologi. Dalam kajian para arkeologi manusia kuno juga memiliki teknologi sebagai alat yang dibutuhkan pada masa-nya. Kecanggihan teknologi itu menggambarkan pada setiap masa, dari teknologi yang sederhana sampai pada teknologi yang begitu kompleks.

Manusia sering menganggap dirinya sebagai makhluk yang superior daripada makhluk yang lain dimuka bumi. Kesombongan itu lahir karena manusia merasa memiliki akal yang mampu berpikir secara rasional, dengan begitu manusia mampu mengembangkan kebudayaannya. Tidak pernah terbayangkan bahwa manusia akan menghadapi suatu masa digugat superioritasnya atas apa yang mereka ciptakan sendiri.

Kesakralan yang ada pada manusia lambat laun akan mengalami penuruan sampai pada saat manusia merasa hilang akan makna yang ada pada dirinya sendiri. Teknologi telah menjadikan manusia merasa teralienasi dengan dirinya sendiri. Dapat kita lihat pada kehidupan kita sehari-hari bagaimana manusia menghabiskan waktunya pada dunia virtual daripada melihat kondisi ruang sosial. Teknologi semacam itu malah melahirkan dehumanisasi dan menghilangkan humanisasi.

Teknologi sebagai puncak peradaban hasil ciptaan akal manusia malah harus bersebrangan dengan tujuan yang dicita-citakan oleh manusia. Teknologi kecerdasan buatan juga memiliki resiko yang sangat fundamental atas eksistensi peradaban manusia yang dulu diagung-agungkan. Sebagai cita-cita menciptakan sebuah algoritma sebagai desain untuk mempermudah kehidupan manusia, malah desain itu terbalik menjadi algoritma yang mendesain manusia.

Menghilangkan kecemasan mengembalikan kemanusiaan

Meskipun kecerdasan buatan ini sudah mulai pada tingkat cukup mengkhawatirkan, manusia harus melihat perkembangan teknologi kecerdasan buatan ini dengan kacamata kebijaksanaan. Manusia yang sudah lama menganggap sebagai makhluk superior di bumi malah menjadikan bumi menjadi tempat yang tidak nyaman sebagai ekosistem makhluk hidup. Melihat kembali antroposontrisme sebagai makhluk yang memiliki akal dan budi dibanding dengan makhluk yang lain. Paham superior itu telah melahirkan beragam kerusakan khususnya yang berkaitan dengan lingkungan, karena menganggap alam sebagai makhluk yang bisa dieksploitasi.

Mengembalikan kebijaksanaan akan kemanusiaan sebagai yang mampu mengelola rasa dan emosional. Manusia memiliki kemampuan mengelola rasa empati, sedih dan sensitivitas emosional. Kelebihan yang dimiliki manusia bukan hanya persoalan akal saja melainkan persoalan emosional juga harus bisa dikelola dengan baik termasuk dalam menghadapi masa kecerdasan buatan.

Teknologi telah menjadikan manusia terpisah dengan ruang sosialnya harus dilihat kembali sebagai sarana untuk menumbuhkan kehidupan dalam ruang sosial. Ketergantungan yang dibuat oleh teknologi menjadikan manusia seperti tersandera tak bisa berkehendak bebas. Melihat kembali kehidupan yang begitu kompleks ini tidak harus menjadikan manusia menganggap sebagai makhluk superior dan juga tidak boleh merendahkan sebagai makhluk yang inferior.

Kecemasan kita terhadap kemajuan kecerdasan buatan yang telah kita buat harus dilihat pada asas pemanfaatan yang kita butuhkan. Ketika pemanfaatan kecerdasan buatan sejalan dengan tujuan dan kemaslahatan bersama maka kecerdasan buatan ini bukan sebagai sebuah ancaman tapi hal yang sangat dibutuhkan. Manusia harus mulai banyak mengembangkan sebuah rasa yang berkaitan dengan emosional, ketika emosi pada diri manusia tumbuh dengan baik akan dimungkinkan kemajuan teknologi sekalipun akan memberikan manfaat yang sangat baik buat kehidupan.

Saatnya melihat kecerdasan buatan bukan monster yang menakutkan ketika manusia mampu menyesuaikan dengan segala perkembangan. Kemajuan teknologi juga harus dilihat sebagai sarana untuk pengembangan ekonomi dan peningkatan sumber daya manusia. Melihat mesin cerdas sebagai sarana untuk perbaikan pola hidup dan juga meningkatkan peran seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Demi terciptanya keharmonisan makhluk hidup dan lingkungannya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image