Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image sari tika

Sawan pada Bayi, Fakta atau Mitos? Ini Penjelasan Lengkapnya!

Gaya Hidup | Monday, 14 Aug 2023, 16:54 WIB
Sumber gambar: Freepik

Bayi menangis dan rewel terus menerus apakah terkena sawan? Mitos atau Medis?

Moms, sering mendengar mitos mengenai sawan yang terjadi pada bayi khususnya jika bayi diajak datang melayat? Yups, mitos ini umum terdengar dan dipercaya khususnya di daerah Jawa. Bayi akan mendapatkan sawan jika orang tua melanggar pantangan ini. Namun, benarkah sawan adalah fakta?

Menurut SehatQ yang disadur dari Standford's Children Health sawan dapat dijelaskan sebagai kejang epilepsy. Kejang ini terjadi saat satu atau lebih bagian otak mengalami ledakan sinyal listrik yang mengganggu sinyal normal otak. Keadaan ini akan menganggu koneksi antar sel saraf otak dan menghasilkan kejang pada bayi.

Lalu mengapa sawan sering diidentikkan dengan kesan mistis dan bukannya kondisi medis? Yuk kita simak penjelasan lengkap mengenai sawan yang sering dialami oleh bayi berikut ini Moms!

Apa Itu Sawan Bayi?

Sawan merupakan mitos yang berkembang di tanah Jawa dimana bayi mengalami kondisi mistis dimana bayi tiba-tiba mengalami demam dan terus menerus menangis rewel.

Dalam Islam sendiri, Sawanen ini masuk dalam kategori penyakit ‘ain. Yaitu penyakit yang timbul akibat pandangan mata yang terselip kedengkian atau kekaguman walau tanpa niat jahat.

Namun, secara medis kondisi bayi yang terus menangis khususnya di sore menjelang malam ini dapat disebabkan karena kejang dan atau kolik. Walaupun tidak ada istilah sawan dalam dunia medis namun kondisi ini sering dialami oleh bayi berusia 12-18 bulan.

Gejala Sawan Pada Bayi

Pada umumnya sawan ditandai dengan beberapa gejala yaitu:

· Menangis secara berlebihan dan keras terutama di sore atau malam hari.

· Merasa kesakitan dan tidak nyaman

· Gumoh

· Mengepalkan jari-jari

· Wajah memerah

· Kejang tiba tiba disertai demam

Sawan atau dalam dunia medis disebut dengan kejang dapat terjadi karena dua kondisi yaitu demam dan kolik. Yuk kenali penyebab sawan bayi dalam dunia medis berikut ini Moms!

1. Demam kejang

Demam kejang umumya bisa terjadi pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun. Namun, lebih sering dialami oleh balita usia 12-18 bulan. Demam kejang biasanya terjadi beberapa menit dan berhenti dengan sendiri.

Lain halnya dengan kolik demam kejang disertai dengan tubuh yang kaku, mata melotot, lidah tergigit, atau hingga mulut berbusa. Namun, Moms tidak perlu terlalu khawatir, umumnya demam kejang tidak menyebabkan masalah kesehatan lain.

2. Kolik

Kolik merupakan kondisi yang terjadi pada bayi, dimana bayi tiba-tiba terus menerus menangis tanpa alasan yang jelas. Kondisi ini sering terjadi pada bayi usia awal yaitu 3-4 bulan. Kolik dapat terjadi pada bayi siapapun, kondisi ini tidak bisa diprediksi.

Akan tetapi, terdapat beberapa ciri dan penyebab yang bisa Moms Dad ketahui yaitu gangguan pencernaan pada tubuh bayi, kondisi suhu ruangan yang dingin/panas, maupun bayi prematur.

Cara Mengatasi Sawan pada Bayi

Cara menghilangkan sawan pada bayi dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya.

Jika disebabkan oleh kolik, ada beberapa hal yang dapat Moms lakukan untuk menghindari kondisi ini. Berikut ini hal-hal yang bisa Moms lakukan guna mengobati sawan karena kolik.

1. Konsumsi makanan dengan gizi baik, konsumsi makanan berserat seperti buah dan kurangi makanan siap saji.

2. Kurangi penggunaan susu formula pada bayi karena bayi mungkin memiliki sensitivitas terhadap protein tertentu dalam susu formula.

3. Lakukan pijatan lembut pada bayi menggunakan minyak telon Habbie untuk memberikan sensasi hangat dan rileks pada tubuh bayi.

4. Menggendong bayi untuk membuat perasaannya lebih tenang dan rileks.

Jika disebabkan oleh demam, ada beberapa hal yang dapat Moms lakukan untuk menghindari kondisi ini. IDAI merekomendasikan langkah-langkah berikut sebagai strategi menghadapi kejang akibat demam pada anak.

1. Letakkan bayi dengan aman di atas permukaan datar. Pastikan area sekitarnya bebas dari benda keras atau tajam.

2. Hindari memasukkan benda apapun kedalam mulut anak, seperti sendok atau jari tangan, karena dapat menghambat pernapasan.

3. Longgarkan pakaian atau benda yang ketat, seperti membuka kancing baju berkerah tinggi, untuk menghindari risiko tercekik.

4. Tempatkan tubuh bayi dalam posisi miring untuk mencegah penumpukan air liur yang dapat mengganggu pasokan oksigen.

5. Tidak perlu memberikan makanan atau minuman sampai anak kembali sadar.

6. Jangan mencoba menghentikan kejang secara paksa atau membatasi gerakan, karena ini dapat mengakibatkan cedera tulang.

7. Segera cari bantuan medis darurat agar anak mendapatkan perawatan yang tepat waktu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image