Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image ahmad muttaqillah Muttaqillah

Merajut Persatuan di Hari Kemerdekaan

Info Terkini | Sunday, 13 Aug 2023, 09:35 WIB
Hari kemerdekaan Indonesia

Kata persatuan sering kita dengar dalam berbagai subjek pembicaraan. Namun kata itu hanya sebagai slogan belaka. Bagaimana agar kata itu dapat membumi dalam jiwa bangsa Indonesia.

Kali ini saya akan mengupas nilai-nilai kata persatuan agar bisa direalisasikan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat dalam berbangsa dan bernegara. Kata itu tersurat dalam Pancasila pada sila ketiga, yaitu persatuan Indonesia.

Dalam Islam kata persatuan itu lebih bersifat perintah, seperti yang difirmankan oleh Allah di dalam Al-Qur’an dalam surat Ali-Imran ayat 103:

وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٠٣

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

Ada tiga perintah merajut persatuan dalam ayat di atas yaitu 1) “Berpegang teguhlah pada tali Allah” 2) larangan untuk bercerai berai 3) perintah untuk mengingat nikmat-nikmat Allah.

Pertama, Berpegang Teguh pada Tali Allah

Menurut Ibnu Katsir adalah janji Allah dan tali perjanjian dengan manusia, serta Al-Qur”an. Seperti disebutkan dalam Al-Quran surat Ali-Imran ayat 112 yang artinya “Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.”

Dan disebutkan dalam hadis, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis Al-Haris Al-A'war, dari sahabat Ali secara marfu' mengenai sifat Al-Qur'an, yaitu:

"هُوَ حَبْلُ اللهِ الْمتِينُ، وَصِرَاطُهُ الْمُسْتَقِيمُ".

A”l-Qur'an adalah tali Allah yang kuat dan jalan-Nya yang lurus”

Al-Qur’an adalah tali Allah dan penjabarannya adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW. di dalam surat Ali Imran ayat 112 djelaskan, yang dimaksud dengan tali Allah di antaranya perjanjian.

ضُرِبَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلذِّلَّةُ أَيۡنَ مَا ثُقِفُوٓاْ إِلَّا بِحَبۡلٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَحَبۡلٖ مِّنَ ٱلنَّاسِ وَبَآءُو بِغَضَبٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَضُرِبَتۡ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَسۡكَنَةُۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ كَانُواْ يَكۡفُرُونَ بِ َٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَيَقۡتُلُونَ ٱلۡأَنۢبِيَآءَ بِغَيۡرِ حَقّٖۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعۡتَدُونَ ١١٢

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.”

Kedua, Larangan untuk Bercerai-Berai

Sebab bercerai-berai adalah membuyarkan persatuan. Indikator yang berpotensi terjadinya cerai-berai adalah (1) banyak omong atau banyak berdebat, (2) banyak bertanya, dan (3) menyia-nyiakan harta.

Seperti yang dinyatakan di dalam kitab Sahih Muslim melalui hadis Suhail ibnu Abu Saleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا، يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا، وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ»

“Sesungguhnya Allah rida kepada kalian dalam tiga perkara dan murka kepada kalian dalam tiga perkara. Allah rida kepada kalian bila kalian menyembah-Nya dan kalian tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, bila kamu sekalian berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak bercerai-berai, dan bila kalian saling menasihati dengan orang yang dikuasakan oleh Allah untuk mengurus perkara kalian. Dan Allah murka kepada kalian dalam tiga perkara, yaitu qil dan qal (banyak bicara atau berdebat), banyak bertanya dan menyia-nyiakan (menghambur-hamburkan) harta.”

Banyak berbicara akan menimbulkan banyak persepsi dan penafsiran dari masyarakat. Apalagi ketika pembicaraan itu mengandung makna ambiguitas tentu akan menimbulkan banyak masalah dan meresahkan masyarakat.

Banyak bertanya pun membuat orang menjadi bosan apabila pertanyaan yang dilontarkan berulang-ulang, apalagi pertanyaan yang diajukan di luar pengetahuan lawan bicara, dan bertanya dengan cara yang bermaksud memojokkan seseorang. Hal itu akan menimbulkan ketersinggungan dari lawan bicara dan para pendukungnya.

Menghambur-hamburkan harta adalah ciri orang yang boros. Jelas mereka tidak peduli terhadap kaum papa, fakir-miskin, kerabat, tetangga, dll.

Ketiga, Perintah Untuk Mensyukuri Nikmat Allah

Kemerdekaan adalah nikmat yang diberikan Allah kepada manusia, maka sejatinya kita harus mensykuri anugerah kemerdekaan itu. Karena kemerdekaan adalah berkat rahmat Allah SWT.

Mensyukuri nikmat Allah yang berupa kemerdekaan itu adalah senantiasa kita mengingat jerih payah para pejuang untuk memperjuangkan kemerdekaan ini. Mensyukuri kemerdekaan itu adalah mendoakan para pejuang bangsa dan mengisinya dengan hal-hal yang bermakna dan berguna bagi bangsa sendiri.

Dan banyak lagi nikmat Allah yang mesti kita syukuri, di antaranya adalah beragam suku bangsa, beragamnya kekayaan budaya, kekayaan alam yang banyak, negeri yang luas, dan jumlah penduduk yang banyak, serta para calon pemimpin yang banyak pula.

Implementasi mensyukuri nikmat Allah adalah (1) merawat negeri, dan mengelola kekayaan alam dengan baik dan amanah. (2) saling menghargai satu sama lain dan saling mencintai, namun (3) tidak berlebihan dalam kecintaan kita kepada benda atau manusia. Seperti yang diterangkan dalam hadis.(4) saling mendamaikan bila ada masalah antara sesama muslim.

عن ابى هريرة: احبب حبيبك هوناما، عسى ان يكون بغيضك يوماما، وابغض بغيضك هونا ما، عسى ان يكون حبيبك يوماما

Dari Abu Hurairah secara marfu': "Cintailah orang yang kau cinta dengan sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah kepada orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia yang kau benci menjadi orang yang kau cinta" (HR Tirmidzi)

Difirmankan pula dalam surat Al-Baqarah ayat 216 yaitu,

وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡ ٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡ ٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ ٢١٦

“ Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Di dalam Hadis Rasulullah Muhammad SAW., bersabda

عَنِ الزُّهْرِيِّ ، قَالَ : حَدَّثَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ : لاَ تَبَاغَضُوا ، وَلاَ تَحَاسَدُوا ، وَلاَ تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا ، .. الخ

Artinya:

Dari az-Zuhri berkata, menceritakan kepadaku Anas bin Malik radhiyallaahuanhu, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kalian saling membenci, saling mendengki, dan saling membelakangi, dan jadilah kalian semua sebagai hamba Allah yang saling bersaudara .. (HR. Bukhari)

Allah SWT berfirman:

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٌ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ١٠

Artinya:

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat” (al-Hujuraat (49): 10)

Nabi Saw bersabda:

اَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Orang mukmin dengan orang mukmin bagaikan satu bangunan, yang saling menguatkan satu sama lain.” (HR Bukhari dan Muslim)

Penutup

Dapat disimpulkan bahwa dalam merajut persatuan adalah (1) berpegang teguh pada tali Allah (Al-Qur”an dan Sunnah). (2) menjaga perastuaan dan kesatuan (3) mensyukuri nikmat Allah.

Implementasi syukur di antaranya adalah (1) tidak berlebihan dalam cinta dan benci; (2) tidak mencaci-maki antarsesama (jadilah semua bersaudara); (3) mendamaikan bila ada suatu pertikaian di antara sesama; (4) saling menguatkan satu sama lain seperti satu bangunan yang kokoh.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image