Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image yan dikara

AI: Sahabat, Musuh, dan Perjalanan Masa Lalu Cerita Dibalik Kecerdasan Mesin

Teknologi | Saturday, 05 Aug 2023, 18:39 WIB

Ada satu kekuatan yang terus bergerak, mengubah kehidupan kita dari hari ke hari—kecerdasan buatan atau yang kita kenal dengan AI. Kini, AI seperti teman yang selalu ada, membantu kita di berbagai aspek kehidupan. Namun, seperti halnya setiap teman, AI memiliki dua sisi—sisi yang membantu dan sisi yang bisa jadi menakutkan. Yuk, kita ulas perjalanan AI dari masa lalu hingga menjadi 'teman' kita di masa kini.

photo: iStock

Pada tahun 1956, ilmuwan John McCarthy mencetuskan ide tentang "kecerdasan buatan" dalam Konferensi Dartmouth. Di masa itu, ide bahwa mesin dapat 'berpikir' layaknya manusia masih seperti mimpi. Namun, seiring berjalannya waktu, mimpi itu perlahan menjadi kenyataan.

AI bekerja dengan cara yang luar biasa. Ia belajar dan memahami pola dalam data, kemudian menggunakan pola tersebut untuk membuat prediksi atau keputusan. Misalnya, sistem AI dalam asisten virtual Anda, seperti Siri atau Alexa, belajar dari berbagai sampel suara manusia. Kemudian, ketika Anda berbicara, AI mengenali suara Anda dan apa yang Anda katakan berdasarkan pola yang telah dipelajari.

Hal inilah yang membuat AI bisa menjadi sangat 'pintar'. AI mampu belajar dari data yang sangat besar dan kompleks, jauh lebih besar dan lebih cepat daripada manusia. Semakin banyak data yang dipelajari, AI semakin cerdas dan akurat dalam membuat prediksi atau keputusan.

Tapi, kemampuan AI ini juga membuat beberapa orang merasa khawatir. Mereka khawatir bahwa AI yang terlalu cerdas dapat mengambil alih pekerjaan manusia atau bahkan menguasai masyarakat kita, seperti yang sering digambarkan dalam film-film fiksi ilmiah.

Namun, seiring perkembangan AI, kita juga melihat banyak hal positif dari AI. Banyak sektor yang telah merasakan manfaat dari AI, mulai dari medis hingga pendidikan. Di dunia medis, misalnya, AI telah membantu penelitian obat-obatan baru dan menjadi alat pendukung diagnosa penyakit.

Saat ini, AI bukan lagi bagian dari dunia ilmiah, melainkan sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita. Misalnya, AI di ponsel Anda yang membantu menjawab pertanyaan, mengatur jadwal, hingga memutar musik kesukaan Anda.

Ada banyak aplikasi AI lainnya yang mungkin belum kita sadari. Misalnya, AI digunakan dalam sistem rekomendasi di situs belanja online atau platform streaming musik dan film. AI juga digunakan dalam teknologi pengenalan wajah di ponsel atau sistem keamanan.

AI juga memiliki peran penting dalam bidang lingkungan. Misalnya, AI digunakan untuk memantau perubahan iklim dan membantu merencanakan strategi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

Jadi, apakah AI ini teman atau musuh? Ternyata, jawabannya kembali kepada kita. AI adalah alat, dan seperti alat lainnya, bagaimana kita memanfaatkannya menentukan apakah AI akan menjadi teman atau musuh.

AI, dengan segala kemampuannya, dapat membantu kita menciptakan masa depan yang lebih baik jika digunakan dengan bijaksana. Di sisi lain, jika tidak dikendalikan dengan baik, AI juga bisa menjadi ancaman.

Kini, tantangan kita adalah bagaimana cara memanfaatkan AI sebaik mungkin, sambil tetap waspada terhadap risikonya. Dengan cara ini, kita bisa memastikan bahwa AI adalah teman, bukan musuh, dan kita bisa bersama-sama menuju masa depan yang lebih baik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image