Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Trimanto B. Ngaderi

Menjadi Senang Dengan Meninggalkan Kesenangan

Gaya Hidup | Monday, 31 Jul 2023, 12:53 WIB

MENJADI SENANG DENGAN MENINGGALKAN KESENANGAN

Sebagian besar dari kita tentu akan berpikir bahwa untuk menjadi senang, sudah barang tentu memperbanyak kesenangan. Semakin banyak aktivitas kesenangan yang kita lakukan, semakin senang hidup kita. Benarkah demikian?

Saat ini banyak sekali obyek kesenangan yang bisa kita nikmati. Mulai dari café, resto, mal, taman, tempat wisata, dll. Obyek kesenangan tidak hanya dijumpai di kota-kota besar saja, kini mulai bermunculan di kota kabupaten, bahkan hingga kota kecamatan, bak cendawan di musim penghujan.

Pada dasarnya tidak ada larangan untuk menikmati kesenangan. Akan tetapi, apabila hal itu dilakukan secara tidak tepat atau berlebihan, sudah barang tentu semua kesenangan itu akan berujung kepada penyesalan bahkan penderitaan, alih-alih mendapatkan rasa senang atau kebahagiaan.

sumber gambar: https://indramayunews.id

Jika Hanya Membuang-Buang Waktu

Idealnya, orang menikmati kesenangan dengan tujuan untuk menikmati waktu senggang di sela-sela kesibukan bekerja atau berbisnis, termasuk memanfaatkan waktu weekend bersama keluarga. Namun, akhir-akhir ini ada kecenderungan kaum muda menikmati kesenangan hanya sekedar untuk membuang-buang waktu.

Mereka menghabiskan waktu selama berjam-jam (bahkan seharian, semalaman) di tempat-tempat nongkrong. Bagi yang berduit, mereka nongkrong di café-café. Sedangkan yang berkantong tipis menghabiskan waktu di warung kopi, lesehan kaki lima, atau sekadar begadang di pos ronda. Aktivitas yang dilakukan biasanya ngobrol, ngopi plus merokok, bermain game, scroll media sosial, karaokean, dll.

Sehingga yang masih pelajar atau mahasiswa menjadi lupa belajar. Yang Muslim lupa melaksanakan shalat 5 waktu, terutama shalat Subuh. Atau sebagai anak, ia lupa untuk membantu pekerjaan orang tua di rumah. Bahkan, hingga ia melupakan kebutuhan pribadinya seperti lupa mandi, lupa tidur, atau yang lainnya.

Padahal, sebaiknya ia bisa memanfaatkan waktunya untuk kegiatan yang positif dan produktif. Seperti membaca buku, mengikuti seminar, berlatih keterampilan tertentu, atau bergabung di komunitas sosial. Mumpung masih muda, mumpung masih banyak kesempatan. Persiapkan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai menyesal di kemudian hari.

Jika Hanya Membuang-Buang Duit

Kita melihat banyak uang yang dibelanjakan untuk secara mubadzir dan tidak produktif. Sering makan enak dan mewah, tapi banyak yang tersisa. Sering belanja offline maupun online, tapi barang itu jarang digunakan atau belum dipakai sama sekali. Atau dipergunakan untuk hal-hal yang melanggar norma hukum maupun norma agama, seperti membeli miras, narkoba, atau melakukan prostitusi.

Masih mending kalau uang itu hasil dari keringat sendiri. Kasihan orang tua, jika mereka masih menengadahkan tangan meminta. Ya kalau orang tuanya kaya, kalau orang tuanya tidak mampu, tentu hal itu merupakan tindakan yang tercela. Parahnya lagi, sebagian dari mereka sampai tega berbohong kepada orang tua agar bisa diberi uang, termasuk menyalaghunakan uang sekolah atau kuliah untuk keperluan yang tidak bermanfaat.

Bahkan, ada yang sampai berbuat kriminal dengan cara menipu atau mencuri, demi mendapatkan uang karena sudah ketagihan miras atau narkoba.

Menurut saya, daripada uang itu dibelanjakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat atau bahkan bisa merusak kesehatan, akan lebih baik jika uang itu dipakai untuk kegiatan yang positif dan produktif. Seperti kegiatan yang bisa menambah pengetahuan dan keterampilan. Atau untuk kegiatan amal, seperti santunan yatim-piatu, kaum dhuafa, penyandang disabilitas, dan kegiatan sosial lainnya.

Akan lebih bagus lagi, mumpung masih muda, uang bisa digunakan untuk merintis sebuah usaha. Syukur-syukur usaha itu bisa berjalan dengan baik, sehingga bisa membantu meringankan beban orang tua. Bisa membantu biaya sekolah/kuliah, beli pulsa, beli BBM, atau untuk jajan sendiri. Belajar menjadi pemuda yang mandiri.

*****

Semua aktivitas kesenangan di atas dikira akan membawa kepada rasa senang atau kebahagiaan. Padahal, kita semua sudah tahu, kesudahan apa yang akan mereka alami nantinya. Rasa senang yang diharapkan, justeru penyesalan yang didapatkan. Kebahagiaan yang dinantikan, justeru penderitaan yang dirasakan.

Mari memanfaatkan waktu dan uang yang kita miliki untuk kebaikan masa depan kita, bukan malah sebaliknya. Jadilah kaum muda yang bisa menahan diri, bisa memanajemen diri, termasuk bisa menunda kesenangan.

Sebab, kesempatan tidak akan datang dua kali.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image