Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image AIVRE 2021

Mitigasi Lamban, Rakyat Jadi Korban

Agama | 2023-07-15 22:31:55

Situasi negara ini sedang dihadapkan pada serangkaian bencana. Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per tanggal 9 Juni 2023, telah terjadi sebanyak 1.726 bencana alam. Banjir menjadi jenis bencana yang paling sering terjadi, diikuti oleh cuaca ekstrem, tanah longsor, kebakaran hutan, gempa bumi, dan lainnya.

Dalam seminggu terakhir, antara tanggal 3 hingga 9 Juli 2023, terjadi 37 bencana di beberapa wilayah seperti Aceh, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, dan Kalimantan. Terdapat enam korban jiwa akibat bencana tersebut.(tribratanews, 11-7-2023).

Terjadi banjir di Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa, NTB akibat luapan sungai. Ribuan rumah terendam banjir sejak hari Kamis, 6 Juli 2023. Di Desa Emang Lestari, tercatat ada 1.370 rumah warga yang terendam dengan ketinggian air mencapai 50 cm. Selain itu, banjir juga menyebabkan kerusakan pada 28 ton pupuk urea milik warga, stok sembako, bangunan sekolah, dan lainnya (CNN Indonesia, 8-7-2023)

Pada hari Jumat, 7 Juli 2023, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, juga mengalami bencana banjir lahar dingin akibat Gunung Semeru. Cuaca ekstrem dengan hujan yang intens selama beberapa hari mengakibatkan banjir dan tanah longsor. Dampak dari bencana tersebut adalah tiga orang meninggal karena tertimpa longsor, ribuan warga terpaksa mengungsi, lima jembatan antardesa ambruk.

Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara paling rentan terhadap bencana di dunia. Menurut laporan World Risk Report 2022, Jumlah bencana alam di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 81% dalam kurun waktu 12 tahun. (CNBC Indonesia, 2-3-2023). Penyebab negara ini rawan terkena bencana alam adalah karena letaknya yang berada di pertemuan tiga lempeng. Keberadaan lempeng-lempeng ini membuat Indonesia sangat rentan terhadap bencana alam, terutama dalam hal gempa bumi tektonik, tsunami, dan erupsi gunung berapi. Meski demikian, keadaan negara yang rawan gempa ini tidak didukung dengan upaya mitigasi bencana yang memadai. Hal ini terbukti dengan adanya korban manusia dan kerugian material yang selalu terjadi akibat bencana alam. Berdasarkan data BNPB per tanggal 9 Juni 2023, bencana alam telah menyebabkan 154 orang meninggal dunia, 8 orang hilang, 5.490 orang terluka atau terdampak, serta 2.858.121 orang terpaksa mengungsi.(Sindo News, 10-6-2023).

Banyak pengamat yang menyatakan bahwa upaya mitigasi bencana di negara ini belum optimal. Ini dapat dilihat dari langkah-langkah yang diambil sebelum bencana, seperti pembuatan peta wilayah rawan bencana, konstruksi bangunan yang tahan gempa, penanaman pohon bakau, penghijauan hutan, dan penyuluhan kepada masyarakat sekitar, dianggap kurang optimal.

Saat terjadi bencana, upaya penanggulangan seharusnya fokus pada pertolongan korban bencana dan antisipasi kerusakan yang terjadi. Namun, evakuasi korban sering kali dianggap lamban. Banyak korban yang tidak ditemukan atau terlambat diselamatkan akibat masalah teknis, seperti akses komunikasi dan kondisi jalan yang buruk. Juga dapat dilihat pemulihan pascabencana, langkah-langkah yang diambil juga dianggap kurang optimal. Kebutuhan utama, seperti makanan, air bersih, pakaian, dan obat-obatan, sering kali tidak tersedia secara memadai di tempat pengungsian. Pemerintah sering mengandalkan swasta atau sumbangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Ini bukti kepengurusan sistem kapitalis terhadap rakyat. Sangat berbeda Islam, semua akan dapat dilakukan secara optimal karena peran negara sebagai pihak yang memiliki tanggung jawab utama dalam semua urusan umat. Penguasa akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah Swt. atas apa yang menimpa rakyatnya. Oleh karena itu, mitigasi bencana akan menjadi prioritas yang sangat penting bagi penguasa untuk memenuhi kewajibannya sebagai pengurus dan pelindung umat.

Juga kekuatan keuangan negara yang memadai. Sumber daya keuangan dari baitul mal (kas negara) akan melimpah sehingga negara mampu membiayai upaya mitigasi bencana dan memastikan bahwa mitigasi bencana dilakukan secara optimal dan diperlakukan sebagai prioritas utama dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan umat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image