Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad rizky rajab

Interaksionisme Simbolik Ada Namun Tidak Disadari

Edukasi | Tuesday, 04 Jul 2023, 03:02 WIB

Penejelasan Terlebih Dahulu Mengenai

Interaksionisme simbolik adalah suatu perspektif teori sosiologi yang berfokus pada pemahaman dan interpretasi simbol-simbol dalam interaksi sosial. Teori ini menekankan bahwa manusia memberikan makna kepada simbol-simbol dalam konteks sosial dan berinteraksi berdasarkan pemahaman makna tersebut.

Menurut interaksionisme simbolik, manusia membangun realitas sosial melalui interaksi simbolik, di mana mereka saling berkomunikasi dan bertindak berdasarkan interpretasi simbol-simbol. Simbol-simbol ini bisa berupa kata-kata, gerakan tubuh, lambang, atau tanda-tanda lainnya yang memiliki makna yang diberikan oleh individu dalam interaksi sosial.

Teori interaksionisme simbolik juga menekankan pentingnya proses sosialisasi dalam membentuk pemahaman simbol-simbol. Individu belajar dan menginternalisasi simbol-simbol melalui interaksi dengan orang lain dan lingkungan sosial mereka. Mereka menggunakan simbol-simbol ini untuk memahami dunia sekitar, menginterpretasikan tindakan orang lain, dan membentuk persepsi tentang diri mereka sendiri.

Dalam interaksionisme simbolik, perhatian diberikan pada proses interaksi mikro antara individu dalam kelompok kecil. Fokusnya adalah pada bagaimana simbol-simbol dan interpretasi mereka mempengaruhi konstruksi makna, identitas sosial, dan pola-pola interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

Interaksionisme simbolik telah memberikan kontribusi besar dalam memahami bagaimana individu membangun dan memaknai realitas sosial melalui interaksi simbolik. Teori ini digunakan dalam berbagai bidang studi, termasuk sosiologi, psikologi sosial, dan antropologi, untuk menjelaskan proses interaksi sosial dan konstruksi sosial manusia.

Contohnya dalam Masyarakat

Contoh dari interaksionisme simbolik dalam masyarakat adalah bagaimana orang memberikan makna kepada simbol-simbol sosial seperti gelar akademik. Dalam konteks interaksionisme simbolik, gelar akademik seperti gelar sarjana, magister, atau doktor memiliki makna dan status tertentu dalam masyarakat. Individu yang memegang gelar akademik ini sering kali dianggap memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam bidang mereka.

Ketika seseorang menggunakan gelar akademik di hadapan orang lain, mereka dapat memperoleh penghargaan atau pengakuan sosial yang lebih tinggi. Misalnya, dalam konteks pekerjaan, gelar akademik dapat mempengaruhi persepsi orang lain terhadap kompetensi dan keahlian seseorang, yang pada gilirannya dapat memengaruhi kesempatan karir atau kredibilitas dalam lingkungan profesional.

Selain itu, individu yang memegang gelar akademik mungkin juga merasakan perubahan dalam identitas sosial mereka. Mereka mungkin merasa lebih percaya diri, dihormati, atau diakui dalam komunitas akademik atau profesional mereka karena memiliki gelar tersebut.

Namun, penting untuk diingat bahwa makna dan nilai gelar akademik juga dapat bervariasi tergantung pada konteks sosial dan budaya. Simbol-simbol sosial lainnya seperti atribut fisik, bahasa, atau lambang keanggotaan kelompok juga dapat diberikan makna dan diinterpretasikan oleh individu dalam interaksi sosial sehari-hari.

Contoh yang Lebih Jelas Melalui Cerita:

Di sebuah kota kecil, ada seorang pria bernama John yang baru saja mendapatkan gelar sarjana dalam bidang sastra. John sangat bangga dengan pencapaiannya dan memutuskan untuk menghadiri pertemuan alumni di universitasnya. Ketika dia tiba di acara tersebut, dia mengenakan jas, menunjukkan gelar sarjana di bawah namanya.

Ketika John berinteraksi dengan rekan-rekannya yang lain di acara tersebut, simbol gelar sarjana yang ia kenakan menjadi fokus perhatian. Orang-orang memandangnya dengan hormat dan mengajukan pertanyaan tentang bidang studi dan pengalaman kuliahnya. Mereka memberikan pengakuan sosial pada John karena memiliki gelar sarjana, menganggapnya sebagai orang yang berpengetahuan dan berkompeten dalam bidang sastra.

Selama acara tersebut, John merasa semakin percaya diri dan dihargai. Dia merasa bahwa gelar sarjana yang dia miliki memberikan identitas sosial baru baginya. John menjadi lebih aktif dalam berdiskusi dengan teman-teman sesama alumni dan mendapatkan apresiasi atas pemikirannya. Dia merasa bahwa gelar sarjana memberinya legitimasi dan status yang lebih tinggi dalam komunitas akademik.

Namun, suatu saat, John berinteraksi dengan seseorang yang tidak terlalu memperhatikan atau menghargai gelar sarjana. Orang tersebut lebih tertarik dengan pengalaman kerja dan prestasi nyata yang dimiliki John di dunia pekerjaan. John merasa sedikit terkejut karena biasanya gelar sarjana memberinya pengakuan sosial, tetapi di situasi ini simbol gelar tersebut tidak memiliki dampak yang signifikan.

Cerita ini menggambarkan bagaimana simbol gelar sarjana memberikan makna dan pengaruh dalam interaksi sosial. Gelar sarjana menjadi representasi simbolik pengetahuan dan kompetensi dalam bidang studi tertentu. Namun, makna dan pengaruh simbol ini dapat bervariasi tergantung pada konteks dan interpretasi individu dalam interaksi sehari-hari.

Dampak interaksionisme simbolik pada masyarakat dapat memiliki sisi positif dan negatif. Berikut adalah contoh dampak tersebut:

Dampak Positif:

· Pengakuan dan Penghargaan: Simbol-simbol sosial dalam interaksionisme simbolik, seperti gelar akademik atau tanda penghargaan, dapat memberikan pengakuan dan penghargaan sosial kepada individu. Ini dapat meningkatkan kepercayaan diri, motivasi, dan motivasi untuk mencapai lebih banyak prestasi.

· Identitas dan Jati Diri: Simbol-simbol sosial membantu membentuk identitas individu dalam masyarakat. Mereka dapat membangun rasa jati diri, kebanggaan, dan sense of belonging dalam kelompok atau komunitas tertentu. Misalnya, identitas pekerjaan atau afiliasi kelompok tertentu dapat memberikan individu rasa identitas dan keterikatan.

· Komunikasi dan Pemahaman: Interaksionisme simbolik memungkinkan individu untuk berkomunikasi melalui simbol-simbol yang dipahami bersama. Ini membantu dalam pemahaman dan interpretasi pesan, memfasilitasi komunikasi yang efektif antara individu dan memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat.

Dampak Negatif:

· Stigma dan Diskriminasi: Simbol-simbol sosial juga dapat menyebabkan stigmatisasi dan diskriminasi terhadap individu atau kelompok tertentu. Misalnya, stereotip yang melekat pada kelompok ras atau agama tertentu dapat memengaruhi perlakuan sosial dan peluang dalam masyarakat.

· Perubahan Identitas yang Membingungkan: Simbol-simbol sosial dapat memberikan tekanan pada individu untuk memenuhi harapan atau norma yang melekat pada simbol tersebut. Ini dapat menyebabkan perubahan identitas yang membingungkan dan bertentangan dengan jati diri individu.

· Ketidakadilan dan Ketimpangan Sosial: Simbol-simbol sosial juga dapat memperkuat ketidakadilan dan ketimpangan sosial dalam masyarakat. Mereka dapat menciptakan kesenjangan dan perbedaan dalam akses ke sumber daya dan kesempatan berdasarkan atribut atau simbol tertentu.

· Penting untuk diingat bahwa dampak positif dan negatif interaksionisme simbolik dapat berbeda dalam setiap konteks sosial dan kultural. Interpretasi dan pemahaman simbol-simbol sosial akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti budaya, nilai, dan struktur sosial dalam masyarakat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image