Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Azizah Nur Awaliyah

Ikhlas Sebagai Kunci Amal

Agama | Sunday, 02 Jul 2023, 10:07 WIB

Mungkin sebagian dari sekian banyak orang tidak tahu betapa penting peran ikhlas dalam sebuah amalan. Perlu di garis bawahi seluruh amalan yang telah kita lakukan tidak akan diterima di hadapan Allah kalo kita tidak melibatkan rasa ikhlas di dalam amalan kita. Ilmu ikhlas dianggap sebagai sebuah kunci amalan demi mendapatkan ridho dari Allah SWT. mewujudkan perkara ikhlas tidaklah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, di setiap pekerjaan yang kita jalani akan menjadi berkah bagi kita jika dibarengi dengan perkara ikhlas. Oleh karena itu pada artikel kali ini saya akan membahas bagaimana konsep ikhlas, cara meningkatkan ikhlas dan kira-kira apa saja sih yang menjadi hambatan dan bagaimana sih cara kita mengatasi hambatan dalam menerapkan rasa ikhlas kita dalam kehidupan sehari-hari.

Konsep ikhlas dalam agama islam memiliki keterkaitan dengan niat dan tujuan seorang hamba dalam melaksanakan sebuah ibadah. Pengertian ikhlas disini adalah suatu bentuk amal perbuatan yang dilaksanakan semata-semata hanya karena Allah SWT. Suatu amal perbuatan tidak akan diterima disisi Allah dan tidak akan bernilai jika tidak dibarengi oleh rasa ikhlas, mungkin amal perbuatan itu bernilai besar dimata manusia, akan tetapi jika tidak dibarengi oleh rasa ikhlas maka tidak akan bernilai apapun dimata Allah SWT. dalam Q.S Al Bayyinah ayat 5 menegaskan bahwa umat-umat terdahulu juga diajarkan untuk berbuat ikhlas dalam buku mereka. Kemudian apa yang mendasari hal ini terjadi. Karena keikhlasan dalam melakukan suatu perbuatan adalah inti dari pelaksanaan agama yang baik dan benar.

Ada beberapa hambatan yang menghalangi seorang hamba kesulitan melakukan suatu perbuatan dengan dibarengi rasa ikhlas, apalagi di zaman modern saat ini diantaranya tantangan tersulit dalam menerapkan rasa ikhlas adalah keinginan untuk menghindari riya’. Riya ini bisa disebut dengan memperlihatkan amal perbuatan kepada seseorang dengan mengharapkan pujian maupun pengakuan dari orang lain, kemudian selain itu juga nafsu terhadap duniawi. Menjadikan motivasi mereka dalam melakukan sesuatu contohnya demi mendapatkan kekayaan, status sosial, dan popularitas hal ini dapat mengganggu niat ikhlas yang disertakan. Hal ini juga dipengaruhi oleh gangguan dari sosial media. Penggunaan sosial media yang terlalu berlebihan juga menimbulkan dampak atau pengaruh terhadap penyertaan ikhlas dalam perbuatan amal ibadah yang kita lakukan sehari-hari. Penggunaan sosial media yang berlebihan juga memicu kita untuk melakukan suatu perbandingan terhadap kedudukan sosial. Dengan menjadikan jumlah like dan comment yang positif sebagai tolak ukur kedudukan sosial sehingga hal ini menjadikan seseorang termotivasi melakukan sesuatu demi mendapatkan jumlah pujian sesuai dengan kuantitas yang diinginkan hal ini membuat rasa ikhlas terganggu. Padahal Allah sudah menjelaskan dalam firmannya dalam QS. Al Hadid ayat 20 yakni kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya. Hal ini jelas bahwa dunia hanyalah kesenangan sesaat apa yang ada di dunia hanyalah sebuah fantasi dan bersifat fana. Karena pada akhirnya kita akan kembali kepada Allah SWT, kembali pada alam yang telah dijanjikan yakni akhirat yang memiliki 2 tempat, tempat bagi orang-orang yang bertakwa yakni surga, dan tempat bagi orang-orang yang lalai yakni neraka.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas ikhlas dalam melakukan suatu perbuatan di kehidupan sehari-hari, diantarnya adalah dengan meningkatkan pendidikan mengenai konsep ikhas dalam islam, dengan cara melakukan studi agama dan tidak merasa puas terhadap apa yang sudah dipelajari dengan mempelajari Al-Qur’an dan hadist bukan hanya itu diera digital saat ini mencari pengetahuan dan wawasan juga dapat dilakukan dengan mendengarkan poadcast atau platfrom digital yang disenangi, bukan hanya mencari akan tetapi juga merefleksikan hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian selalu berintrospeksi diri secara rutin, mengevaluasi diri dipenghujung hari mengenai bagaimana makna dan niat yang telah kita lakukan dalam melakukan perbuatan di setiap harinya, apakah yang kita sudah menjaga dan menghindarkan diri dari riya, apakah niat kita sudah benar-benar lurus mengharapkan ridho Allah atau hanya mengharapkan pujian dan kedudukan sosial di mata manusia. Karena manusia ini bersifat dinamis dengan beberapa pengaruh yang ada di lingkungnya serta manusia tidak terlepas dari godaan iblis dan syaiton. Maka manusia perlu terus berusaha mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dengan perbuatan dzikir, do’a, membaca Al-qur’an dan beribadah secara konsisten demi membangun dan menjaga kualitas iman yang lebih baik, dikarenakan setiap hamba mengalami kualitas imam yang kadang naik kadang turun.

Dan yang terakhir selalu mengingat bahwasanya kehidupan di dunia ini hanya sementara, kita berasal dari Allah SWT dan di penghujung hari kita akan kembali kepada Allah SWT dengan membawa amal perbuatan yang kita kumpulkan semasa kita ada di dunia. Oleh karenanya percuma saja ketika kita sudah melakukan banyak amal ibadah seperti sedekah, sholat, dzikir dll bukan demi mendapatkan ridho dari Allah SWT. melainkan demi mendapatkan pujian dari makhluk hidup yang lain. Maka amal perbuatan yang telah kita lakukan semasa di dunia tidak bernilai apapun di mata Allah SWT sehingga yang semulanya kita merasa sudah mengumpulkan amal ibadah yang cukup, karena amal itu tidak dibarengi dengan rasa ikhlas dan niat mendapatkan ridho dari Allah SWT maka amal tersebut tidak berarti apapun dan tidak masuk dalam perhitungan amal disisi Allah SWT. oleh karena itu mengapa amal ibadah yang dibarengi dengan ikhlas merupakan sebuah kunci dan inti dari pelaksanaan agama yang baik dan benar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image