Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image andri gunawan

JELANG FINAL AFF 2020: Mungkin, (Indonesia) Merdeka dulu baru kemudian pertahankan keMerdekaan

Olahraga | Monday, 27 Dec 2021, 15:54 WIB

Sejarah memberikan gambaran. Bahwa selama ratusan tahun bangsa Indonesia berjuang habis-habisan melawan penjajah guna meraih kemerdekaan. Sampai suatu saat, sekelompok pemuda melihat momentum bagi bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan.

Tanpa pikir panjang para pemuda kemudian menculik Soekarno. Tujuannya, agar momentum yang ada dapat dimanfaatkan untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Mungkin, yang ada di pikiran para pemuda waktu itu adalah: yang penting Indonesia mendapatkan kemerdekaan dulu. Kalaupun nanti penjajah datang lagi menyerang, maka Indonesia tinggal mempertahankan kemerdekaan yang sudah didapat.

Para pemuda itu pun berhasil meyakinkan Bung Karno, Kemerdekaan pun akhirnya diproklamasikan. Dan pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 ternyata sekutu menyerang lagi dan terjadilah upaya mempertahankan kemerdekaan itu. Pertempuran pun kembali terjadi dari mulai pertempuran Medan Area, pertempuran Lima Hari di Semarang, pertempuran Ambarawa, pertempuran Surabaya, bahkan sampai berakhirnya rangkaian Agresi Militer Belanda. Hasilnya pun luar biasa, Indonesia mampu melewati semuanya, kemerdekaan yang sudah diproklamirkan akhirnya dapat dipertahankan.

Pikiran para pemuda yang menculik Bung Karno waktu itu tentang “yang penting merdeka dulu, baru kemudian mempertahankan kemerdekaan” seperti memberikan gambaran terhadap partai final piala AFF yang akan dilakukan dalam 2 leg nanti.

Gagasan pemikiran sekelompok muda saat menculik Bung Karno “yang penting merdeka dulu, baru kemudian mempertahankan kemerdekaan”. Nampaknya bisa dijadikan ide bagi Timnas Indonesia di partai Final piala AFF yang akan menyajikan 2 pertandingan. Idenya adalah “yang penting di leg 1 menang dulu, baru kemudian mempertahankan kemenangan di leg 2”.

Apabila kemenangan berhasil di raih di leg 1 sama artinya setengah gelar juara sudah berada di genggaman Timnas Indonesia. Tinggal di leg 2 Timnas Indonesia berusaha mempertahankannya sambil mencari beberapa peluang melalui serangan balik. Sosok Irfan Jaya, Egy Maulana Fikri dan Witan bisa jadi aktor utama untuk melakukan serangan balik. Karena ketiganya memiliki kecepatan dan kemampuan menggiring bola yang luar biasa.

Strategi menang dulu baru kemudian mempertahankan kemenangan tampaknya tergambar juga di Timnas Thailand saat di semi final melawan Vietnam. Di leg 1 Timnas Thailand seolah berprinsif harus menang dulu, baru habis-habisan mempertahankan kemenangan di leg 2. Dan itu berhasil, di leg 1 mereka menang 2-0 kemudian hasil imbang 0-0 diraih di leg 2.

Berbeda dengan Timnas Indonesia saat di semifinal melawan Singapura, di leg 2 kita bukan mempertahankan kemenangan namun berjuang mendapatkan kemenangan.

Mampu menang pada Leg 1 di partai final melawan Thailand dengan skor telak itu adalah impian kita. Selama Piala AFF, Timnas Indonesia telah berjuang dalam enam kali pertempuran. Empat di penyisihan grup dan dua di partai semi final. Pertempuran berdarah-darah pun tergambar di partai akhir semi final saat Timnas Indonesia beradu Timnas Singapura. Saat itu, kita disajikan tontonan pertempuran yang luar biasa. Bagaimana ketika semangat pantang menyerah beradu dengan semangat pantang menyerah. Kegigihan beradu dengan kegigihan. Dan terciptalah tontonan yang layak dan bermutu.

Sekarang ada momentum berharga bagi Timnas Indonesia untuk menjadi juara. Timnas Indonesia sudah berada di partai final. Momentum tersebut harus betul-betul dimanfaatkan oleh Timnas Indonesia dengan sebaik-baiknya. Tentunya, ada banyak pelajaran berharga yang dapat di ambil dari pertandingan-pertandingan Timnas Indonesia selama gelaran Piala AFF ini.

Semangat pantang menyerah dan kegigihan saat melawan Timnas Singapura di semifinal adalah salah satu pelajaran berharga bagi Timnas Indonesia. Selayaknya semangat dan kegigihan itu ditingkatkan oleh para pemain di partai final nanti. Untuk pelatih sekelas Shin menumbuhkan semangat pantang menyerah dan kegigihan kepada pemain semestinya bukanlah hal yang sulit, dia sudah membuktikannya bersama Timnas Korea Selatan saat di piala dunia 2018.

Dalam setiap pertandingan, waktu begitu berharga. Seperti terlihat dalam beberapa gol yang tercipta saat Timnas Indonesia melawan Timnas Singapura di leg 2 semifinal. Gol tersebut tercipta di menit-menit akhir. Gol Pratama Arhan (menit 87’), Shawal Anuar/bunuh diri (menit 91’), Egy Maulana Fikri (menit 105+2’). Maka, pantang bagi Timnas Indonesia untuk menyerah sebelum pluit akhir berbunyi. Dan itu terbukti menghasilkan sesuatu yang seolah di luar ekspetasi. Hal ini harus tetap tertanam dalam setiap pemain Timnas Indonesia dalam partai final AFF nanti. Dan untuk menanamkan semangat tentang begitu berharganya setiap menit dalam sebuah pertandingan nampaknya bukan hal yang sulit juga bagi Shin sang pelatih. Saat menggawangi Timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018 dia sudah membuktikannya. Dua gol Korea ke gawang Jerman waktu itu tercipta di menit-menit akhir, Kim Young G (menit 90+2) dan Son Heung Min (menit 90+6).

Sehebat apapun manusia pasti ada titik lemahnya. Semua tentu menyaksikan bagaimana hebatnya Sunny penjaga gawang Singapura saat banyak sekali melakukan aksi penyelamatan di depan gawang tatkala bertemu dengan Timnas Indonesia di semifinal Leg 2. Namun, tidak di sangka dia pun membuat beberapa kesalahan dalam mengantisipasi bola. Gol bunuh diri Shawal Anuar tidak lepas dari kesalahan Sunny dalam mengantisipasi bola yang berakibat blunder lalu kemudian Shawal pun salah mengantisipasinya.

Kalau melihat statistik Timnas Thailand selama gelaran piala AFF. Mereka baru kebobolan 1 gol saja yaitu saat mereka menang 2-1 atas Filifina. Ini menunjukan bahwa pertahanan Timnas Thailand yang dikomandani Bihr si bek yang tinggi besar begitu Solid dalam menjaga pertahanan. Namun, Sekuat apapun nanti pertahanan Thailand di partai final. Timnas Indonesia harus yakin kalau pertahanan Thailand pun pasti ada titik lemahnya. Jadi tidak usah membuat nyali menjadi ciut. Dan yakin juga, pelatih Shin sudah mampu mencari titik lemah tersebut. Karena hal ini sudah dia buktikan saat Korea Selatan mengalahkan Jerman 2-0 di Piala Dunia 2018. Pertahanan Jerman yang digawangi Hummels yang berpostur tinggi besar yang tidak sebanding dengan postur pemain Korea ternyata mampu di cari titik lemahnya.

Selain beberapa hal di atas, tentunya masih banyak lagi pelajaran berharga yang dapat dipetik dari pertandingan-pertandingan selama di ajang Piala AFF. Jalannya pertandingan partai final nanti tentunya akan sangat menarik apalagi jika kedua tim berprinsif sama, yakni “harus menang dulu di Leg 1, kemudian mempertahankan kemenangan di Leg 2”. Merdeka dulu, kemudian mempertahankan kemerdekaan.

Sekali lagi, menang di Leg 1 artinya setengah gelar juara sudah didapatkan dan di leg 2 tinggal mempertahankannya dengan sekuat tenaga. Dapat dibayangkan bagaimana atmosfer, drama, intrik, dan aktor-aktor baru dilapangan akan hadir nanti.

Selalu optimis dan tetap semangat Timnas Indonesia. Di sini di tanah air tercinta, para pecinta sepakbola dari seluruh penjuru Indonesia senantiasa selalu mendukungmu, sebagian pun akan datang langsung memberikan dukungan di stadion. Di kota dan bahkan di rumah-rumah di setiap sudut kampung pun bergemuruh, bersorak dan akan dengan penuh harap Tropi Piala AFF 2020 dibawa pulang ke Indonesia. Dukungan mereka adalah ril tanpa pamrih dan akan jadi salah satu motivasi besar buat team. Dibandingkan dengan dukungan dari aktor-aktor politik yang mungkin bisa jadi sebaliknya.

#berjuanglahgarudaindonesia.

#jangankendorkandukungansebelumsemuaselesai

#denganmodalbamburuncingpenjajahpunberhasilkitakalahkan

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image