Menilik Sejarah: Dampak Perang Salib Terhadap Ekonomi di Eropa
Sejarah | 2023-06-22 11:18:06Dampak Perang Salib Terhadap Ekonomi di Eropa
Bangsa Eropa yang ingin mendapatkan kekayaan, sumber-sumber bahan mentah dan kebudayaan dari Timur bangun kembali selama dua abad dan menciptakan Perang Salib untuk menanamkan kembali kekuasaannya di Laut Tengah. Walaupun bermacam-macam usaha dalam abad ke XII dan XIII untuk membangun kerajaan Kristen yang permanen gagal, kontak antara Kristen Barat dan Muslim Timur menciptakan perubahan-perubahan yang sangat berarti di dalam kehidupan di Eropa pada abad Pertengahan.
Perang Salib membuat sadar orang-orang Eropa bahwa Timur Tengah memiliki kekayaan dan kekomplekan kebudayaan Muslim. “Mereka di dalam Perang Salib membawa kembali hal-hal yang baru dan membawa barang-barang mewah yang diperlukan di dalam kehidupan di Eropa” (Peretz, 1963:68). Seletah gagalnya ekspansi kaum Kristen terhadap kaum Muslim, kaum Kristen atau Eropa mengadakan hubungan perdagangan dengan bekas musuhnya.
Perang Salib memberikan dampak yang berarti kepada kedua belah pihak. Timur Tengah sebagai tempat peperangan, dan juga Eropa. Setelah perang berakhir, kedua belah pihak terjadi kontak kebudayaan. Eropa menjadi tidak meremehkan Asia, mulai terbuka dengan Asia, dan mengakui ketinggian kebudayaan Timur Tengah dan Asia (Djaja, 2015:47). Mereka menyaksikan kemewahan-kemewahan yang tidak dijumpai di Eropa. Bangsa Eropa juga mengenal komoditas-komoditas baru seperti rempah-rempah, lada, cengkeh, dan lain sebagainya. Mereka akhirnya juga mengakui bahwa dalam bidang kerajinan, kesenian, teknologi, bangsa Timur Tengah dan Asia ternyata tidak kalah maju dibandingkan bangsa-bangsa Eropa.
Dampak dalam bidang Ekonomi di Eropa yang paling menonjol terjadinya kontak perdagangan-perdagangan antara Eropa dan Timur. Hal ini sangat membantu perekonomian di Eropa yang waktu itu mengalami kerugian besar akibat Perang Salib. Menurut Noor (2014:261) bangsa Eropa dapat menemukan jalan ke Timur, dan menambah ramainya kota dagang Genoa dan Venesia. Hal tersebut menjadikan majunya bangsa barat dalam bidang ekonomi, dan semakin banyak pula berdiri kota-kota di Eropa. Terutama yang menjadi pusat perniagaan dan semakin kuat kedudukan raja-raja disana, sehingga menjadi sebab bertambah meluasnya sistem pembagian tanah.
Kontak perdagangan dunia Barat dengan Timur semakin ramai dan pesat. Kota-kota yang paling maju dalam ekonomi waktu itu adalah Italia. Italia berfungsi sebagai penghubung antara Timur dan Barat, dimana dari kota-kota ini barang-barang dan hasil bumi dari Timur bisa dikirim ke Eropa. “Seperti pohon rumput sesan, pohon korob (sebangsa sukun), sekoi, padi, semangka, obrikos atau yang biasa dipanggil krem dari Damaskus” (Noor, 2014:262). Dengan tersedianya bahan-bahan yang tidak dimiliki di Eropa, perkembangan penemuan semakin maju pada waktu itu.
Penemuan dari Perang Salib yang menonjol ialah gula, mengingat orang-orang Eropa sebelumnya hanya menggunakan madu sebagai santapan mereka. Dari penemuan gula, lalu dikembangkanlah berbagai jenis minuman dari berbagai jenis buah-buahan. Dalam bidang industri, mereka menemukan kain tenunan dan peralatan tenunnya serta berbagai jenis kain seperti masselin, setti dan damast dari Timur. Selain itu, kemenyan dan getah Arab yang harum untuk mengharumkan ruangan dan penggunaan berbagai jenis parfum, yang merupakan keahlian orang-orang Damaskus. Kesemuaan jenis barang tersebut meramaikan pasar-pasar di Eropa dan bahkan mengantar pulaukan keberbagai daerah lain atau mengimpor.
Mesir dan Syria juga membawa peranan penting dalam hal perdagangan. Mesir dan Syria disebut sebagai lintas perdagangan yang membuat kerajaan dan rakyat Eropa kekayaannya melimpah. Keadaan ini semakin tahun semakin bertambah cepat, sehingga membuka jalan perdagangan sampai ke Tanjung Pengharapan dan lama kelamaan perdagangan dan kemajuan dunia Timur berpindah ke Barat.
Pedagang-pedagang dari kota Florence, Pisa, Genoa dan Venesia mulai berdatangan. Mereka setelah dari dunia Timur membawa barang-barang perdagangan ke seluruh Eropa dengan melalui jalur darat. Sewaktu sejumlah besar pedagang-pedagang Italia telah memasuki Timur Tengah, mereka mulai membentuk kolonisasi semi permanen dan dari situlah mereka dapat menjalankan perusahaannya (Peretz, 1963:69). Semenjak banyak pedagang yang hidup di kolonisasi ini tinggal di pos depan mereka untuk beberapa tahun pada suatu waktu, mereka menyampaikan surat permohonannya terhadap penguasa-penguasa setempat untuk mengadakan pemerintahan sendiri yang terbatas atau ekstraterritorialitet yang legal. Dengan suatu pembayaran, banyak penguasa-penguasa di Timur Tengah memberikan suatu hak untuk membentuk kolonisasi yang semi otonomi kepada bangsa Italia. Dengan persetujuan timbal balik, bangsa-bangsa Eropa membawa diri mereka ke dalam hidup yang bebas dari hukum dan pajak di Timur.
Terjadinya monopoli perdagangan yang dilakukan Italia di Timur Tengah membuat Portugis tidak diam. Pangeran Henry (1394-1460) melihat jalan ke Mediterania dengan mengirimkan ekspedisi ke seluruh pantai Afrika untuk mencari jalan lain ke Timur. Perjalanan pertama berhasil menuju Tanjung Harapan, Afrika Selatan yang dilakukan oleh Bartholomeus Diaz pada 1488. Namun menjelang akhir abad ke-16 dimana Portugis ingin menggagalkan monopoli perdagangan yang dilakukan Venesia, pusat pedagangan Timur dan Barat berpindah ke Libanon. Dapat dikatakan di Eropa sedang terjadi persaingan dagang setelah Perang Salib.
Penulis: Dimas Setyawan
Daftar Rujukan
Cahyo, A. N. 2012. Perang-Perang Paling Fenomenal dari Klasik sampai Modern. Yogyakarta: BUKUBIRU.
Djaja, W. 2015. Sejarah Eropa : Dari Eropa Kuno Hingga Eropa Modern. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Fuller, G. E. 2010. Apa Jadinya Dunia Tanpa Islam? (A World Without Islam). Terjemahan T. Hermaya. 2014. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Noor, Y. 2014. Sejarah Timur Tengah (Asia Barat Daya). Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Peretz, D. 1963. Sejarah Timur Tengah Modern (The Middle East Today).Terjemahan Warsito Soeparyo. 1977. Malang: Sub Proyek Penulisan Buku Pelajaran IKIP Malang.
Wells, H. G. 1922. Sejarah Dunia Singkat (A Short History of The World). Terjemahan Saut Pasaribu. 2015. Yogyakarta: Indoliterasi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.