Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Naula Safira Mahtidan

Menolak Pemahaman Pendidikan Sebagai Suatu Tujuan Materialistik

Eduaksi | Thursday, 22 Jun 2023, 10:11 WIB

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang dinilai cukup penting meskipun masih diperdebatkan ke-primer-annya. Menurut Ki Hajar Dewantara, seorang bapak pendidikan Indonesia berkata “pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya”.

Manusia akan terluntang-lantung dalam mengarungi kehidupan tanpa adanya wadah keilmuan tersebut. Dalam proses pendidikan terjadi adanya proses pengembangan karakter dan keilmuan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul. Dengan begitu indah dan pentingnya pendidikan seperti yang dipaparkan sebelumnya apakah hal tersebut selaras dengan atmosfer pendidikan terkhususnya di Indonesia saat ini?

Kejahatan-kejahatan besar yang terjadi diladangi oleh orang-orang yang berpendidikan membuat penulis berpikir akan gagalnya tujuan pendidikan yang ada saat ini.

Apa yang sebenarnya terjadi dalam proses pendidikan? Penanaman moralisme atau materialisme?

Dalam kurikulum terbaru atau kurikulum merdeka didefinisikan bahwa kurikulum merdeka merupakan suatu kurikulum yang menciptakan ruang bagi setiap individu untuk tumbuh dan berkembang sesuai fitrah keunikannya masing-masing. Dari pengertian ini penulis beranggapan bahwa kurikulum merdeka mengandung sisi moralisme dan materialisme. Namun, apa yang sebenarnya terjadi dalam atmosfer pendidikan di Indonesia?

Penulis beranggapan penyimpangan moral di pendidikan Indonesia berawal dari luputnya kasus ini dari pemerintah. Satu contoh dalam kasus joki tugas dan ujian yang berlalu-lalang di sosial media yang dianggap bukan suatu tindak kejahatan meskipun hal ini pasti merusak karakter jujur pada diri anak bangsa. Tidak bermoral.

Betapa sering kita mendengar orang tua yang memasukkan anaknya ke sekolah favorit tapi dengan dibersamai bertemu dengan pemilik sekolah agar anaknya dapat diterima di sekolah tersebut pun nilai tesnya tidak menyanggupi atau biasa disebut "jalur dalam" dan kasus-kasus lainnya. Tidak sadarkah kita sebagai bangsa Indonesia bahwa ini adalah bibit-bibit awal amoralisme dengan tujuan besar materialisme dalam diri anak bangsa?

Penulis berharap bahwa pemerintah memandang kondisi atmosfer pendidikan ini sebagai kasus yang tidak sepele dikarenakan berkemungkinan besar akan mematikan karakter penerus bangsa Indonesia.

Sumber gambar https://pin.it/3jJ7XZ6

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image