Bioremediasi pada Tanah Tercemar Pestisida
Eduaksi | 2023-06-17 19:02:58Peningkatan pertumbuhan penduduk membutuhkan peningkatan sektor pertanian yang cepatdan berkelanjutan. Peningkatan sektor pertanian memerlukan berbagai sarana yang mendukung yaitu alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia termasuk pestisida. Pestisida merupakan bahan kimia atau campuran dari beberapa bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan atau membasmi organisme pengganggu tanaman. Penggunaan pestisida dewasa ini sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pertanian.
Pestisida digunakan sebagai upaya preventif untuk pengendalian hama/penyakit. Permintaan pasar yang menginginkan produksi pertanian tanpa cacat menyebabkan penggunaan pestisida menjadi suatu keharusan untuk mencegah kerusakan tanaman akibat hama. Pestisida kimia merupakan input yang dianggap paling efektif dalam pengendalian hama penyakit.
Adanya persepsi petani tentang serangan hama penyakit merupakan penyebab utama kegagalan panen sehingga penggunaan pestisida tidak dapat dihindari. Petani menyebut pestisida sebagai obat sehingga terjadi pemakaian pestisida berlebih-lebihan. Manfaat pestisida yang tinggi sehingga petani memiliki ketergantungan yang tinggi pada pestisida, semakin banyak pestisida digunakan semakin baik karena produksi pertanian semakin meningkat.
Penggunaan pestisida secara ekstensif melalui aplikasi di lapangan, penggilingan tanaman, penanganan, pembilasan kontainer, tumpahan tak disengaja, dll memiliki potensi untuk mencemari tanah dengan parah (Briceno G. et al., 2012). Sebagian besar pestisida yang digunakan secara umum saat ini dikenal dapat merusak keragaman fungsional mikrobiota tanah yang menyebabkan hilangnya kesuburan tanah dan terhambatnya pertumbuhan tanaman, sehingga menyebabkan kelestarian tanah pertanian pada risiko serius.
Hal ini terjadi karena adanya kandungan insektisida yang kuat. Menurut Lu et al (2013), untuk menambah kompleksitas situasi, residu pestisida dan metabolitnya sering menyusup melalui permukaan tanah ke dalam air tanah dan menyebabkan kontaminasi luas pada ekosistem air. Selain itu, adanya pencemaran ini menyebabkan tanah pertanian kehilangan kesuburannya karena tidak stabilnya nilai pH yang merupakan parameter untuk memperkirakan mobilitas unsur-unsur kimia dalam tanah, sehingga pH dapat dipergunakan untuk mengukur ketersediaan nutrien dan logam berat berkaitan dengan tingkat toksisitas dan pencemaran tanah.
Hilangnya kesuburan tanah juga dapat diakibatkan karena miskinnya unsur hara, akumulasi unsur yang bersifat racun, dan aktivitas organisme yang rendah (Chalim, 2010; Widyatmoko 2011). Bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida kimia terutama pada tanah jika tidak segera ditangani dapat mengancam lingkungan dan ekosistem lainnya. Bahan pencemar dapat larut karena air hujan dan dapat mencemari daerah-daerah resapan air disekitarnya sehingga perlu upaya untuk menurunkan atau menghilangkan residu pestisida di lingkungan.
Salah satu upaya adalah dengan melakukan remediasi. Remediasi dapat diartikan sebagai proses pemulihan dari kondisi yang terkontaminasi oleh cemaran agar bersih kembali yang dapat dilakukan pada media air, udara dan tanah. Penggunaan mikroorganisme dalam proses pemulihan lingkungan tercemar merupakan alternatif pilihan yang ramah lingkungan. Lalu, apa yang bisa dilakukan kita sebagai mahasiswa, khususnya mahasiswa Universitas Airlangga?
Beberap ajamur seperti yang telah dimanfaatkan untuk bioremediasi yakni Trametes hirsutus, Phanerochaete chrysosporium, Phanerochaete sordia dan Cyathusbulleri untuk mendegradasi lindan dan pestisida yang lain Beberapa isolat bakteri murni telah digunakan pestisida spesifik sebagai sumber karbon, nitrogen atau fosfor telah diisolasi (Singh & Kuhad, 2000). Rosliana (2001), menemukan bahwa penurunan konsentrasi klorpirifos pada tanah terjadi akibat adanya adsorpsi dan degradasi oleh bakteri. Beberapa bakteri aerob genus Bacillus dapat melakukan bioremediasi terhadap tanah yang tercemar klorpirifos, dengan mengurai dan memanfaatkan sebagai sumber energi/nutrien bagi pertumbuhan dan perkembangbiakannya. beberapa bakteri seperti Flavobacterium sp..Pseudomonas sp., Agrobacterium sp. dan Arthrobacter sp. dapat menggunakan dasinon yang berbahan aktif organofosfat sebagai sumber karbon.
Bakteri dari genus Pseudomonas, diketahui sangat aktif dalam melakukan metabolisme pestisida, banyak organokimia yang mengkontaminasi tanah diketahui telah didegradasi dan digunakan sebagai sumber karbon, termasuk dasinon dan organofosfat lain seperti chlorpyrifos, parathion. Isolasi Enterobacter B-14, yang dapat mendegradasi Chlorpyrifos. Isolasi Stenotrophomonas species dan Sphingomonas species berturut-turut yang dapat menggunakan klorpirifos sebagai sumbe karbon, fosfor.
Mengisolasi bakteri Pseudomonas aeruginosa, Serretia marcescens and Klebsiella oxytoca dapat digunakan sebagai bioremediasi klorpirifos di tanah yang terkontaminasi. Bioremediasi dapat digunakan untuk menghilangkan polutan pestisida secara permanen di tanah menggunakan mikroorganisme. Mikroorganisme yang digunakan dapat dari golonganjamur ataupun bakteri. Faktor yang perlu diperhatikan ketika melakukan bioremediasi adalah jenis mikroorganisme yang akan digunakan, lokasi dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi proses bioderadasi. Hasil akhir dari proses remediasi adalah CO2, air, dan sel biomassa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.