Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ummu Zidan

Baby Blues Hanya Terjadi di Suasana Sekuler

Gaya Hidup | Saturday, 17 Jun 2023, 16:57 WIB

Angka kasus depresi melonjak di negeri ini. Ibu hamil dan menyusui merupakan kelompok masyarakat yang rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Banyak wanita Indonesia yang mengalami depresi setelah melahirkan. Bahkan data terbaru tergolong tinggi. Sejumlah 32 persen ibu hamil mengalami depresi dan 27 persen depresi pasca melahirkan. Sedangkan penelitian skala nasional menunjukkan 50-70 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues.

Baby blues adalah suatu keadaan yang biasa terjadi pada wanita atau ibu pasca melahirkan. Penyebabnya kebanyakan masalah hormonal. Peran menjadi seorang ibu memang tidak mudah. Semua butuh persiapan khsus dan tidak bisa instan. Di samping itu seorang calon ibu membutuhkan banyak bantuan dan dukungan dari orang-orang terdekat dan masyarakat di sekitarnya.

Banyak juga kondisi lebih parah dialami oleh wanita dengan kondisi kehamilan yang belum dikehendaki akibat dari pergaulan bebas. Sehingga banyak terjadi konflik rumah tangga karena pasangan yang belum mampu bersikap dewasa dan tidak siap menjalani kehidupan rumah tangga. Bahkan angka kasus KDRT mengalami lonjakan, baby blus tak bisa dihindari.

Sebenarnya banyaknya kasus baby blus bisa diatasi ketika calon ibu sudah siap secara psikis dan keilmuan untuk berperan menjadi menjadi ibu. Maka butuh bimbingan dan asuhan dari orang tua dan keluarga, juga edukasi dari negara. Hendaknya kurikulum pendidikan bisa diprogram untuk menyiapkan perempuan agar mampu dan siap menjadi ibu.

Sebab keberadaan perempuan dan ibu sangat penting bagi tumbuhnya generasi bangsa. Ibu yang terdidik dengan baik akan mempengaruhi kualitas generasi. Bayangkan jika banyak ibu yang mengalami gangguan kesehatan mental, lantas bagaimana kondisi anak yang berada dalam pengasuhannya?

Saat ini kesiapan mental dan ilmu sebagai bekal menjadi orang tua tidak menjadi program pendidikan pemerintah. Ditambah narasi dari feminisme yang menyeret perempuan agar banyak berkiprah di luar rumah. Mereka mengatakan bahwa perempuan yang berdaya adalah perempuan yang mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah. Para perempuan bahkan dijauhkan dari aktivitas dan peran mulia, yakni menjadi istri dan ibu yang baik bagi suami dan anak-anaknya.

Suasana kehidupan materialis sekuleris pun mendukung kondisi masyarakat yang jauh dari nilai-nilai Islam. Sudahlah secara individu mereka kurang iman dan ilmu, ditambah mental individualis dari sistem kapitalisme membuat seorang ibu mengalami banyak masalah rumah tangga. Suami dan keluarga besar yang seharusnya bisa menjadi suport system namun justru menjadi faktor yang menyebabkan seorang ibu mengalami depresi. Biasanya keberadaannya tidak disayang sepenuh hati karena ada masalah yang melingkupi, misalnya masalah ekonomi dan ketidaksiapan orang tua sendiri untuk menerima kehadiran anggota keluarga baru yang memang jauh dari kriteria orang tua.

Suaminya yang seharusnya menjadi pemimpin dan siap menafkahi serta melindungi justru memilih lari dari tanggung jawab dan membebankan amanahnya kepada orang tua. Masyarakat juga tidak peduli karena mereka telah terjangkiti egoisme dan individualis. Mereka merasa tidak memiliki kewajiban untuk membantu saudara sesama muslim.

Solusi dari permasalahan baby blues ini tiada lain adalah dengan kembali menerapkan syariat Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Kaum perempuan diberikan pendidikan terbaik agar siap menjadi ibu. Mulai dari kurikulum akidah, syariat himgga kewajiban berdakwah. Syariat Islam sudah lengkap sempurna mengatur tatanan kehidupan. Mulai dari fiqh yang berhubungan dengan kewanitaan, rumah tangga, tarbiyatul aulad hingga peran sebagai anggota masyarakat, yakni menjadi ibu generasi. Masyarakat pun disuasanakan agar punya rasa empati dan pesuli yang pada kaum ibu.

Negara berkewajiban memastikan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat agar tidak terjadi konflik rumah tangga yang disebabkan karena faktor ekonomi. Sehingga masing-masing anggota masyarakat bisa berperan sesuai amanahnya. Baik menjadi ibu, ayah, anak, anggota masyarakat, termasuk seorang pemimpin yang memiliki tanggung jawab besar terhadap rakyatnya. Sebagaimana hadits Rasulullah Saw. Beliau bersabda, "Imam itu laksana penggembala, dan dialah penanggung jawab rakyat yang digembalakannya." Wallahu’alam bish-shawwab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image