Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image nur laili mardliyah

Jalur Perdagangan Laut Nusantara

Sejarah | Wednesday, 14 Jun 2023, 18:12 WIB

Tentang Jalur Sutera

Jalur ini terbentuk kira-kira pada 200 tahun sebelum Masehi. Pada abad ke-2 SM mulai terbentuk jalur perdagangan darat melewati Asia Tengah, ini menurut Philip D. Curtin (1998) dalam Cross-Cultural Trade in World History. Terbentuknya jalur darat ini diikuti dengan berkembangnya jalur laut yang menghubungkan Tiongkok, Laut Tengah, dan Jepang. Rute tersebut akan dikembangkan lebih lanjut mulai dari Laut Merah, Teluk Persia dan India. Ada juga rute yang mengikuti angin muson dari India, Asia Tenggara, Cina, dan Jepang.

ReOrient oleh André Gander Frank (1998): Ekonomi Dunia Era Asia menulis bahwa bahan baku utama Jalur Sutra (darat) adalah sutra, emas, tekstil, besi dan perak. Berbeda dengan jalur darat, komoditas utama jalur laut adalah rempah-rempah, bukan sutra. Rempah-rempah menjadi komoditas utama di jalur perdagangan maritim antara India, Mesir dan Eropa yang berlangsung berabad-abad sebelum Masehi.

Bahan-bahan rempah-rempah ini antara lain lada dan kayu manis dari Sri Lanka. . Di sisi lain, jalur laut dari India timur ke Nusantara dan China belum berkembang dengan baik saat itu. Menurut DGA dalam Hall (1988) History of Southeast Asia, garis keturunan rempah-rempah Nusantara mulai berkembang ketika terjadi konflik antara kerajaan-kerajaan Asia Tengah pra-Kristen yang mengganggu perdagangan emas India. Hal ini mendorong India untuk membeli koin emas dari Kekaisaran Romawi.

Perdagangan koin emas kemudian dilarang oleh Kaisar Vespasianus, yang memerintah dari 69-79 M, karena dapat mengganggu stabilitas ekonomi Kekaisaran Romawi. Hal ini memaksa India untuk mencari sumber emas baru di negara-negara timur. Sastra India memberikan banyak informasi bahwa ada emas di Timur. Emas ternyata menjadi rempah-rempah yang diburu oleh orang Eropa. Pada akhirnya, perdagangan India mengambil arah baru ke arah timur. Hendrik E. Niemeijer (2015), dalam artikel berjudul “The World of Juragan and Master in the Java Sea Region 1684-1726” menyebutkan bahwa rempah-rempah Nusantara lebih lengkap kualitas dan variasinya dibandingkan rempah-rempah Malabar India.

Selain itu, harga rempah-rempah Nusantara lebih terjangkau dari rempah-rempah Malabar. Bumbu-bumbu Nusantara akhirnya mampu menyingkirkan bumbu-bumbu Sri Lanka di kawasan perdagangan Mediterania di persawahan abad ke-1 Masehi. Ekonomi barter menjadi salah satu ciri dari era ini. Beras India juga merupakan alat tukar untuk mendapatkan bumbu. Mata rantai perdagangan yang terjalin antara nusantara dan India semakin membuka jalur rempah-rempah Nusantara dan semakin dikenal bangsa lebih luas. Hendrik E. Niemeijer (2015), dalam artikelnya yang berjudul “The World of Juragan and Master in the Java Sea Region 1684-1726” menyebutkan bahwa rempah-rempah Nusantara lebih lengkap kualitas dan variasinya dibandingkan rempah-rempah Malabar India.

Selain itu, harga rempah-rempah Nusantara lebih murah daripada rempah-rempah Malabar. Bumbu-bumbu Nusantara akhirnya mampu menggantikan bumbu-bumbu Sri Lanka di kawasan perdagangan Mediterania di persawahan abad ke-1 Masehi. Ekonomi barter menjadi salah satu ciri dari era ini. Beras India juga merupakan alat tukar untuk mendapatkan bumbu. Mata rantai perdagangan yang terjalin antara nusantara dan India semakin membuka jalur rempah-rempah Nusantara dan semakin dikenal bangsa lebih luas lagi.

André Gander Frank (1998) menyatakan bahwa produk rempah-rempah merupakan komoditas utama yang diburu oleh para pedagang dari China. Rempah-rempah ini sering ditukar dengan sutra dalam pertukaran komoditas antara kedua belah pihak. Oleh karena itu, keberadaan kain sutera di nusantara bukanlah komoditas yang diincar oleh para saudagar nusantara. Tujuan utama pedagang Nusantara adalah menjual rempah-rempah kepada pedagang Cina, bukan membeli sutra. Hingga abad ke-12, hubungan dagang antara Cina dan Nusantara diwarnai dengan bahan baku rempah-rempah. Hal ini pula yang menyebabkan Anthony Reid (2002) menyatakan bahwa jalur pelayaran dan perdagangan Nusantara dapat dijelaskan lebih seperti jalur rempah-rempah daripada Jalur Sutra.

Jalur rempah rempah merubah kondisivsosial budaya..muncul kerajaan, agama hindu buda danbtatanan masyarakat hindu buda.

Tapi jika dilanjut tentang jalur perdagangnya. Lihat kondisi adia barat. eropa mendapatkan rempah rempah dari pedagang asia . Pisat perdagandangam di sekitar laut tengah.

Perubahan perdagangan antara eropa dan asia setelah jatuhnya konstantinopel ke tangan turki usmani.

Orang eropa tidak boleh berdagang membeli rempah di laut tengah.

Eropa kekurangan rempah. Mendorong mencari rempah ke sumber/produsennya tanpa lewat laut tengah , atau tidak lewat daerah kekuasaan turki. Inilah awal penjelajahan samodra. Dengan semangat 3 G.

Yang dimaksud dengan semangat 3G (Gold, Glory, Gospel) adalah semboyan atau motto yang menjadi tujuan bangsa-bangsa Eropa melakukan petualangan dalam penjelajahan Samudera hingga sampai ke negeri timur seperti Indonesia.

Arti dan Tujuan Gold, Glory dan Gospel

Selain memperoleh Gold kekayaan (uang) dan menyebarkan agama Gospel (injil), memperoleh kemuliaan Glory (ketenaran) juga merupakan tujuan penting. Kemenangan ini dapat berupa kekuasaan atas daerah jajahan maupun pengaruh kerajaan-kerajaan Katolik di Eropa, artinya memperkuat posisi kerajaan Portugis atau Spanyol di dunia. mempengaruhi tidak hanya eksplorasi bulan tetapi juga orang-orang di bumi. Setelah penjelajahan yang sukses, kekuatan dan kehebatan mereka diakui oleh orang Eropa lainnya. Semakin kuat koloni mereka, semakin kokoh posisi Kerajaan Katolik di Eropa. Mereka yang terkait dengan kerajaan juga cenderung dianugerahi gelar kebangsawanan dan dihormati oleh saingan mereka.

Cerita Negara Sambil menunggu pemerintah mengusulkan ke UNESCO untuk menyetujui jalur budaya ini, sudah menjadi tugas semua pihak untuk berupaya membuka jalur rempah-rempah bagi masyarakat Indonesia. Dalam hal ini, dunia pendidikan dapat menjadi pintu gerbang pengetahuan tentang jejak rempah bagi generasi muda Indonesia dengan membaca peran bangsa Indonesia dalam sejarah dunia. Menginternalisasikan Jejak Rempah melalui pendidikan diharapkan menjadi perbincangan sehari-hari, jauh dari bersulang. Proses ini tidak perlu diartikan sebagai perubahan kurikulum atau buku teks. Guru dapat membaca buku tentang Rute Rempah, yang dibagikan kepada siswa sesuai dengan mata pelajaran. Di berbagai lokasi, Kementerian Kebudayaan juga dapat menyebarluaskan pengetahuan tentang Jalur Rempah dengan memberikan buku-buku ke perpustakaan sekolah dan halaman bacaan. Semua ini bermuara pada keyakinan bahwa Indonesia akan menciptakan gerakan literasi di Jalur Rempah, jalur budaya yang berperan besar dalam mengubah dunia.

Oleh : Nur Laili Mardliyah

Refrensi :

· Romi Febriyanto Saputro. 2022 “Jalur Perdagangan Maritim Nusantara: Cerita dari Masa Lalu, Sebuah Upaya Bagi Masa Kini” https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/artikel/jalur-perdagangan-maritim-nusantara-cerita-dari-masa-lalu-sebuah-upaya-bagi-masa-kini diakses pada 21 Febuari 2022

· “Apa yang dimaksud dengan semangat 3G dan jelaskan tiga semangat tersebut?” https://jawabanapapun.com/apa-yang-dimaksud-dengan-semangat-3g-dan-jelaskan-tiga-semangat-tersebut/ diakes pada 25 Febuari 2021

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image