Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Berliana Pradita Putri

Perkuliahan di Era New Normal dan Dampak Pandemi terhadap Mental Health Mahasiswa

Curhat | Sunday, 26 Dec 2021, 16:44 WIB

Hallo semuanya! Bagaimana kabarnya? Semoga semuanya selalu diberi kesehatan yaa!

Izin memperkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya Berliana Pradita Putri atau biasa dipanggil Berliana. Saya mahasiswi semester 3 program studi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Raden Intan Lampung. Saya juga merupakan salah satu mahasiswi dari banyaknya mahasiswa/i lainnya yang ikut merasakan perkuliahan di era new normal akibat pandemi Covid-19, dimana dengan adanya pandemi ini, mau tidak mau harus melaksanakan perkuliahan secara online. Nah disini saya akan sedikit sharing tentang apa yang saya rasakan selama melaksanakan perkuliahan secara online dan mungkin bisa mewakilkan perasaan teman-teman yang lain.

Kata “New Normal” mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita di masa pandemi Covid-19 ini, arti dari “New Normal” sendiri merupakan sebuah kebiasaan untuk menjalankan aktivitas seperti biasa namun dengan selalu menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19.

Di masa-masa seperti ini mungkin banyak sekali orang yang merasakan dampak dari Covid-19 terlebih pada bidang ekonomi. Tingkat pengangguran yang ada di Indonesia juga sangat membeludak akibat dari pengurangan karyawan secara besar-besaran.

Tak hanya itu saja, dampak ini juga dirasakan oleh para mahasiswa, akibatnya mereka tidak dapat kuliah secara tatap muka dan menurut saya dengan sistem pembelajaran online ini kurang memberikan kesan maksimal bagi pihak mahasiswa maupun dosen sendiri. Mengapa demikian? Karena materi yang disampaikan pasti tidak dapat diserap oleh mahasiswa secara penuh dan interaksi antara mahasiswa dengan dosen juga tidak semaksimal saat kuliah tatap muka.

Untuk saat ini kondisi sudah sangat membaik sehingga banyak sekolah maupun perguruan tinggi yang menerapkan sistem Hybrid, dimana 50% mahasiswa dapat belajar secara tatap muka dan 50% lainnya dapat melakukan pembelajaran secara daring. Walaupun untuk implementasinya belum maksimal dikarenakan fokus pembelajarannya terbagi dua, namun cara seperti ini sangat efektif sebelum menghadapi “New Normal” yang sesungguhnya.

Mungkin banyak sekali pihak yang pro dan kontra tentang “Kuliah New Normal” karena tidak sedikit dari mereka yang merasa sudah berada dalam zona nyaman dengan kuliah secara online, yang menurut mereka dengan kuliah online seperti ini mahasiswa dan dosen dapat memaksimalkan waktu dan tidak mengharuskan untuk perjalanan menuju kampus dan kembali lagi kerumah. Tetapi dilain sisi, banyak juga yang berpendapat bahwa mereka sudah rindu dengan dunia sebelum pandemi Covid-19, mereka juga merasa bahwa penyampaian materi oleh dosen dapat diterima dengan jelas saat pembelajaran tatap muka.

Kegiatan belajar mengajar yang dulu kita laksanakan di dalam kelas secara bertatap muka, namun kini digantikan dengan kegiatan pembelajaran melalui media online atau yang biasa kita sebut dengan (e-learning). Tahap pembelajaran dalam media online, pengajar dan mahasiswa beriteraksi pada waktu yang sama dalam aplikasi atau platform internet.

Tahap pembelajaran tidak hanya online namun ada yang menggunakan luring, yaitu pengajar memberikan atau melakukan pengunggahan materi kelas melalui platform atau website, bisa juga mengirimkan materi atau tugas melalui surat elektronik atau biasa kita sebut dengan email. Setelah itu para mahasiswa dapat mengunduh materi serta tugas pembelaaran yang diberikan oleh pengajar untuk dikerjakan.

Sebelum perkuliahan secara Hybrid dilaksanakan, hal ini membuat para mahasiswa harus melakukan pembelajaran full secara online di kampung halaman masing-masing dengan banyak sekali pertimbangan yang dilakukan oleh pihak perguruan tinggi. Namun, kehidupan di lingkungan tempat tinggal ketika kuliah dimulai tidak semudah yang dibayangkan. Karena tidak sedikit mahasiswa yang memiliki kendala jaringan saat diadakannya kegiatan pembelajaran secara online. Hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak diharapkan oleh mahasiswa. Pembelajaran online untuk mahasiswa ini dilakukan agar dapat mengurangi mobilitas dluar rumah, dengan melakukan pembelajaran online dirumah maka dapat mencegah penyebaran Covid-19.

Selain itu terdapat masalah komunikasi dan interaksi antar mahasiswa. Apalagi bagi mahasiswa baru, hal ini sangat sulit untuk dilakukan karena mereka tidak dapat bertemu secara langsung. Hal ini membuat mereka merasa malu ketika ingin bertanya, padahal pada saat itu mereka membutuhkan bantuan dari orang lain. Oleh karena itu, kondisi perkuliahan secara online inilah yang membuat mahasiswa merasakan stres berlebihan, sehingga timbulah gangguan kesehatan mental pada individu.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan gangguan kesehatan mental pada mahasiswa terutama pada masa pandemi. Pertama, Mental Health yang dikarenakan penyakit fisik. Penyakit fisik menjadi salah satu gejala yang dapat menimbulkan gangguan kecemasan pada mahasiswa. Penyebab Mental Health kebanyakan juga dikarenakan masalah studi, seperti deadline, tugas kuliah yang menumpuk menjadi tekanan yang lebih terhadap mahasiswa. Banyak dosen yang mengartikan kuliah online untuk memberikan tugas yang menumpuk. Kedua, masalah ekonomi. Faktor ini juga dapat menimbulkan gangguan kecemasan pada mahasiswa, karena di tengah pandemi ini banyak penghasilan dalam keluarga yang hilang, yang membuat berkurangnya uang saku.

Selain itu juga adanya pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sebagian wilayah yang mengharuskan untuk tetap tinggal di rumah. Fasilitas belajar tidak memadai salah satu hal yang membuat gejala kecemasan dan kesepian pada mahasiswa. Pandemi virus Corona membuat kegiatan kuliah beralih menjadi online. Tidak semua mahasiswa memiliki fasilitas yang memadai untuk melakukan pembelajaran secara online.

Kondisi kesehatan mental yang terganggu dapat menyebabkan dampak negatif pada kegiatan belajar mahasiswa. Dampak yang sangat terlihat adalah penurunan prestasi. Mental yang terganggu membuat mahasiswa menjadi tidak fokus dalam memahami materi yang diberikan oleh dosen. Hal ini berdampak buruk sehingga seseorang dapat kehilangan prestasi yang unggul.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Covid-19 akan tetap ada dalam jangka lama. Tidak ada yang bisa memperkirakan kapan pandemi akan berakhir. Yang bisa kita lakukan adalah mengontrol apa yang bisa kita kontrol. Setidaknya kita bisa terus disiplin menerapkan hidup sehat dan menaati protokol kesehatan yang dianjurkan Kementerian Kesehatan dalam menghadapi kenormalan baru.

Pada era new normal ini bukan berarti virus Covid-19 telah menghilang. Terima dan hadapilah kenyataan dengan fokus pada hal yang mungkin bisa dilakukan. Jangan sampai lengah dan tetap patuhi protokol kesehatan agar virus Covid-19 cepat menghilang sehingga kita bisa melakukan aktivitas seperti semula. Semangat berjuang bersama melawan virus Covid-19!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image