Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Sudaryat

Belajar Bahasa itu Bagian dari Upaya Pemahaman terhadap Agama Islam

Agama | 2021-12-26 06:20:50

SELURUH manusia di muka bumi ini berasal dari nenek-moyang yang sama yakni, Nabi Adam a.s dan Siti Hawa a.s. Seiring berjalannya waktu, keturunan keduanya tersebar di muka bumi. Semakin bertambahnya keturunan Nabi Nabi Adam a.s dan Siti Hawa a.s. pada akhirnya membentuk kehidupan bermasyarakat.

Aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat melahirkan berbagai adat dan budaya. Selain itu, karena berbagai faktor, warna kulit dan postur tubuh mewarnai penyebaran manusia di setiap pelosok permukaan bumi. Perbedaan-perbedaan tersebut pada akhirnya bermuara kepada lahirnya berbagai suku bangsa dengan beragam bahasa sebagai alat berinteraksi antar anggota masyarakat.

Semua keragaman tersebut pada hakikatnya merupakan sunatullah (ketetapan Allah) yang sengaja Ia ciptakan dengan tujuan selain memberi ragam tersendiri terhadap kehidupan manusia, juga agar manusia dapat saling mengenal dan saling menghargai satu sama lainnya. Hal inilah yang telah Allah gariskan dalam Q. S. Al-Hujurat : 13.

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu sekalian terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan Kami telah menjadikan kalian terdiri dari berbagai suku bangsa, supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di hadapan Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui nan Mahateliti”.

Firman Allah tersebut, secara tersirat memerintahkan pula kepada hamba-Nya untuk mempelajari budaya dan bahasa yang ada di dunia ini. Logikanya, mana mungkin kita akan saling mengenal antar suku bangsa, apabila kita tidak memahami bahasa mereka. Kita tak akan mengenal adat budayanya, manakala kita tak memahami bahasa yang mereka gunakan.

Dalam melaksanakan tugas kenabiannya, para Nabi dan Rasul diberi kemampuan bahasa sesuai dengan bahasa kaumnya, sehingga ia lebih mudah dalam menyampaikan risalah kenabiannya. Demikian pula, umatnya akan lebih mudah memahami risalah yang disampaikan mereka.

Dalam hal mempelajari bahasa, Rasulullah saw memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mempelajari bahasa Suryani/Ibrani agar mudah memahami dan membalas surat-surat yang dikirimkan orang Yahudi yang menggunakan bahasa tersebut.

“Rasulullah saw memberi perintah kepadaku untuk mempelajari bahasa Suryani/Ibrani guna menerjemahkan surat-surat dari orang-orang Yahudi. ‘Demi Allah, sesungguhnya akan kubuktikan kepada mereka bahwa aku mampu menguasai bahasa mereka.’ “

Kemudian Zaid berkata, “Setengah bulan berikutnya (menurut riwayat 16 hari) aku mempelajari bahasa tersebut dengan tekun. Setelah aku menguasainya, aku diangkat menjadi sekretaris Rasulullah saw. Apabila ia berkirim surat kepada mereka/orang Yahudi, akulah yang menuliskannya; dan apabila ia menerima surat dari mereka, akulah yang membacakan dan yang menerjemahkannya’ “ (At-Tirmidzy, al-Mu’jamul Kabir, Juz IV : 439, hadits nomor 2715; Syaikh al Mubarakfurry, Tuhfat al Ahwadzy, Juz VII : 497, hadits nomor 2858).

Terdapat beberapa pelajaran dari perintah Rasulullah saw kepada Zaid bin Tsabit untuk mempelajari bahasa Suryani/Ibrani. Pertama, Rasulullah saw memahami potensi dan kecerdasan Zaid bin Tsabit dalam bidang bahasa. Ia piawai menempatkan posisi seseorang sesuai dengan kemampuan, kompetensi, dan kecerdasannya.

Howard Gardner seperti dikutip Thomas Amstrong dalam bukunya Sekolah Para Juara ( 2003 : 2) menyebutkan berbagai macam jenis kecerdasan. Salah satunya adalah kecerdasan berbahasa. Kecerdasan ini merupakan keterampilan menggunakan bahasa secara efektif, baik lisan maupun tulisan.

Kecerdasan yang disebut Howard Gardner tersebut benar-benar dimiliki Zaid bin Tsabit, sehingga dalam waktu singkat ia mampu mempelajari bahasa asing, baik lisan maupun tulisan. Dengan menguasai bahasa tersebut, ia dapat membantu tugas dakwah Rasulullah saw, terutama dalam menerjemahkan surat-surat dari kaum Yahudi.

Kedua, dalam jangka waktu 16 hari atau setengah bulan, ia mampu menguasai bahasa Suryani/Ibrani. Memperoleh keterampilan berbahasa dalam waktu singkat erat hubungannya dengan motivasi belajar dan penggunaan metode belajar.

Kita tidak mengetahui metode seperti apa yang digunakan Zaid dalam mempelajari bahasa tersebut. Namun, dari sudut pandang metode pembelajaran, kemungkinan dalam mempelajarinya, Zaid menggunakan metode belajar cepat. Kalau sekarang kemungkinan semacam Metode Quantum Learning.

Bobbi De Porter dan Mike Hernacki dalam bukunya Quantum Learning : Unleashing The Genius In You (2003 : 14) menyebutkan, secara sederhana metode ini memungkinkan seseorang untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan penuh kegembiraan. Dengan metode ini, dalam waktu singkat seseorang akan dapat menguasai suatu materi pelajaran.

Mari kita renungkan! Kita rata-rata belajar bahasa asing, misalnya yang paling umum belajar bahasa Arab atau bahasa Inggris dengan angka waktunya hampir sama dengan Zaid, tapi hasilnya sangat jauh berbeda.

Jika dihitung dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi, ada seseorang yang belajar bahasa Inggris atau Arab sampai 16 tahun, tapi beres pendidikan, ia tak menguasai kedua bahasa tersebut. Sedangkan Zaid cuma belajar 16 hari mampu menguasai bahasa asing, bahasa Suryani/Ibrani. Ada apa dengan cara belajar bahasa kita?

Ketiga, selain persoalan kecerdasan dan metode, yang paling penting adalah motivasi belajar. Seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan biasa-biasa saja, jika motivasi belajarnya tinggi, ia akan lebih berhasil dalam belajarnya daripada orang cerdas bermotivasi rendah.

Motivasi utama yang menjadikan Zaid mempelajari bahasa Suryani/Ibrani adalah perintah Rasulullah saw. Ia yakin, tak mungkin Rasulullah saw memerintahkan mempelajari bahasa tersebut, jika ia tak mengetahui atau melihat potensi kecerdasan yang dimiliki Zaid bin Tsabit.

Abdul Chaer dalam bukunya Psikolinguistik, Kajian Teoretik (2003 : 250) menyebutkan, orang yang mempelajari bahasa asing dengan penuh motivasi atau ada tujuan yang ingin dicapai dalam mempelajarinya, cenderung akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang belajar tanpa dilandasi suatu dorongan, tujuan, atau motivasi.

Penguasaan bahasa asing pada zaman global seperti sekarang ini mutlak diperlukan. Dakwah Islam akan menyebar dengan cepat ke seantero dunia apabila disampaikan dengan bahasa yang secara umum dipahami oleh penduduk di muka bumi ini. Kandungan al-Qur’an dan hadits akan mudah dipahami apabila diterjemahkan dan dijelaskan dengan menggunakan bahasa yang dipahami oleh orang yang membaca atau mendengarkannya.

Demi tersebarnya dakwah Islamiyah, sangatlah tepat jika kita belajar bahasa asing atau menguasai salah satu bahasa asing seperti yang dilakukan Zaid bin Tasbit. Hukumnya fardhu kifayah. Dalam melaksanakannya tentu saja harus dengan niat ikhlas, motivasi utamanya demi tegaknya kemuliaan agama Allah di muka bumi ini.

Ilustrasi : Ragam Bahasa (sumber gambar : https://esqcourse.com)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image