Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Afuwu Maulana

Penggunaan Bahasa Slang Indonesia di Kalangan Generasi Z Hingga Konotasinya Menjadi Negatif Dalam Ka

Sastra | Sunday, 11 Jun 2023, 12:21 WIB

Generasi Z adalah kelompok orang yang lahir antara akhir 1990-an dan awal 2010-an. Mereka tumbuh di era teknologi digital yang sangat terhubung dan mengalami perubahan sosial dan budaya yang signifikan. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan oleh generasi Z dianggap berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka adalah generasi yang tumbuh dan hidup dengan teknologi digital yang berkembang pesat, seperti internet, media sosial, dan perangkat mobile. Generasi ini juga sering disebut sebagai “Digital Natives” atau “Generasi Internet” karena mereka lahir dan besar di tengah revolusi teknologi informasi. Generasi Z memiliki karakteristik yang berbeda dengan generasi sebelumnya, seperti generasi Y (milenial), karena mereka terbiasa dengan teknologi digital sejak dini. Mereka cenderung lebih terbuka terhadap keragaman dan inklusif secara sosial, serta lebih peka terhadap masalah lingkungan dan kesehatan mental. Generasi Z juga dikenal sebagai generasi yang kreatif, inovatif dan mandiri, serta lebih mementingkan nilai-nilai seperti kebebasan dan fleksibilitas dalam pekerjaan dan gaya hidup. Beberapa studi menunjukkan bahwa generasi Z cenderung lebih menguasai bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan kemudahan akses ke media berbahasa Inggris. Seperti film, musik, dan konten online. Selain itu, penggunaan bahasa Inggris di media sosial juga semakin umum di kalangan generasi Z.Pengaruh media sosial dan budaya pop yang semakin memperluas kosakata dan pola bicara yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya semakin sering digunakan dalam kalangan Generasi Z, terutama dalam percakapan atau komunikasi di media sosial. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh budaya global dan lingkungan pendidikan yang semakin terbuka terhadap bahasa bahasa asing. Penggunaan bahasa formal cenderung dihindari sehingga mereka mencari alternatif laim yaitu bahasa gaul yang mengandung banyak berubahan di setiap kosakata pada bahasa indonesia untuk memudahkan mereka dalam berkomunkasi dengan teman sebayanya. Bahkan bahasa non-formal ini digunakan para remaja untuk berkomunikasi dengan keluarganya karena dirasa memudahkan untuk berbicara bersama. Generasi Z beranggapan jika bahasa formal hanya digunakan dalam lingkungan pendidikan saja dimana setelah di luar lingkungan tersebut mereka menggunakan bahasa non-formal. Media sosial berpengaruh dalam pergeseran bahasa formal generasi z karena kebanyakan dari mereka hampir setiap hari menggunakan media sosial.Generasi z menggunakan berbagai bahasa, tergantung pada konteks dan lingkungan sosial mereka. Beberapa bahasa yang paling umum digunakan oleh Generasi Z adalah:1. Bahasa Inggris: Bahasa Inggris adalah bahasa yang paling umum digunakan oleh Generasi Z, terutama di lingkungan pendidikan dan pekerjaan. Bahasa Inggris juga digunakan dalam komunikasi online, media sosial, dan hiburan.2. Bahasa Slang: Generasi Z sering menggunakan bahasa slang untuk mengekspresikan diri secara informal, terutama dalam percakapan sehari-hari dengan teman-teman mereka. Slang ini termasuk kata-kata atau frasa yang muncul dan berkembang di kalangan remaja.3. Emoji: Emoji adalah gambar kecil yang digunakan untuk mengekspresikan emosi atau ide dalam pesan teks atau media sosial. Emoji telah menjadi bahasa universal di antara Generasi Z dan digunakan secara luas dalam komunikasi online.4. Bahasa Asing: Generasi Z juga cenderung memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap bahasa asing, terutama bahasa yang digunakan di negara-negara yang populer sebagai tujuan wisata atau studi, seperti Mandarin, Jepang, atau Korea.5. Bahasa Isyarat: Bahasa isyarat juga digunakan oleh sebagian Generasi Z, terutama oleh mereka yang memiliki gangguan pendengaran atau ingin mempelajari bahasa isyarat untuk kepentingan pribadi atau profesional.Beberapa kosakata dalam bahasa yang dibuat atau dikolaborasikan oleh generasi z. Berikut adalah beberapa contoh bahasa gaul yang sudah masuk KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia):1. Jomblo: istilah untuk menyebut seseorang yang belum memiliki pasangan hidup2. Narsis: istilah untuk menyebut seseorang yang terlalu mencintai diri sendiri3. Galau: istilah untuk menggambarkan perasaan campur aduk yang sulit diungkapkan4. OOTD: singkatan dari "Outfit of the day", yaitu gaya berpakaian seseorang pada hari itu5. Selfie: istilah untuk foto yang diambil sendiri dengan kamera smartphone atau kamera digital lainnya6. Bucin: singkatan dari "Budak Cinta", yaitu seseorang yang terlalu tergila-gila pada pasangannya7. Woles: istilah untuk menyebut perasaan tenang, damai, dan santai8. Kece: istilah untuk menyebut seseorang yang terlihat keren atau stylish9. Gokil: istilah untuk menggambarkan sesuatu yang sangat lucu atau gila10. Nongkrong: istilah untuk berkumpul bersama teman-teman di suatu tempat untuk menghabiskan waktu.Generasi Z umumnya menggunakan bahasa yang sama seperti generasi sebelumnya, yaitu bahasa yang umum digunakan di wilayah atau negara tempat tinggal mereka. Namun, ada juga beberapa perbedaan dalam bahasa dan penggunaan bahasa yang ditemukan di antara generasi Z. Salah satu hal yang menjadi ciri khas generasi Z adalah penggunaan bahasa gaul dan bahasa singkatan dalam percakapan sehari-hari, terutama ketika menggunakan media sosial atau pesan teks. Beberapa contoh singkatan yang sering digunakan oleh generasi Z adalah LOL (Laugh Out Loud), OMG (Oh My God), TBH (To Be Honest), dan IDK (I Don't Know). Selain itu, generasi Z juga cenderung lebih terbuka untuk menggunakan bahasa-bahasa lain yang berasal dari budaya dan bahasa lain, terutama dalam hal musik dan film. Contoh penggunaan bahasa seperti ini adalah istilah "stan" (mengagumi dengan fanatik) yang berasal dari lagu "Stan" oleh Eminem, atau "woke" (mengerti dan peka terhadap isu sosial dan politik) yang berasal dari budaya afro-amerika. Namun demikian, penting untuk diingat bahwa bahasa yang digunakan oleh generasi Z bervariasi tergantung pada lingkungan sosial, budaya, dan geografis di mana mereka tumbuh dan berkembang.
Penggunaan bahasa gaul atau bahasa slang ini tentu saja memiliki dampak positif dan negatif, berikut Penggunaan bahasa gaul atau bahasa slang pada umumnya dapat memberikan beberapa dampak positif, antara lain:
1. Mempererat hubungan sosial: Bahasa gaul dapat menjadi sarana untuk mempererat hubungan sosial antara orang-orang yang berkomunikasi. Dengan menggunakan bahasa gaul yang sama, seseorang bisa merasa lebih dekat dengan teman-temannya dan menjadi lebih mudah untuk bergaul.2. Memperkaya kosakata: Bahasa gaul juga bisa membantu seseorang memperkaya kosakata bahasa yang digunakan sehari-hari. Dalam bahasa gaul terkadang terdapat kata-kata baru atau bentuk-bentuk kata yang tidak terdapat dalam bahasa baku.3. Ekspresi diri: Penggunaan bahasa gaul juga bisa membantu seseorang mengekspresikan dirinya dengan lebih mudah dan lebih bebas. Bahasa gaul seringkali terasa lebih santai dan informal dibandingkan dengan bahasa baku, sehingga bisa membantu seseorang merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam berkomunikasi.
Namun, perlu diingat bahwa penggunaan bahasa gaul juga dapat memiliki dampak negatif jika tidak digunakan dengan tepat atau berlebihan. Bahasa gaul yang kurang sopan atau kasar dapat merusak citra diri seseorang dan dapat menyakiti perasaan orang lain. Oleh karena itu, penggunaan bahasa gaul harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, serta tetap memperhatikan etika dalam berkomunikasi.
Bahasa gaul atau bahasa slang bisa memiliki beberapa dampak negatif, terutama jika digunakan secara berlebihan atau tanpa tepat. Beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi antara lain:
1. Kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang yang tidak mengerti bahasa gaul. Bahasa gaul biasanya menggunakan kata-kata yang tidak baku atau tidak umum, sehingga sulit dipahami oleh orang yang tidak terbiasa menggunakan bahasa tersebut.2. Menurunkan kualitas bahasa yang digunakan. Penggunaan bahasa gaul yang berlebihan dapat menurunkan kualitas bahasa yang digunakan, terutama dalam hal tata bahasa dan kosakata yang tepat.3. Menciptakan kesan yang kurang sopan atau tidak terhormat. Beberapa kata atau frasa dalam bahasa gaul bisa memiliki konotasi yang tidak pantas atau tidak sopan, terutama jika digunakan dalam situasi formal atau di hadapan orang yang lebih tua atau berwenang.4. Memperkuat stereotipe negatif. Beberapa bahasa gaul dapat memperkuat stereotipe negatif terhadap kelompok tertentu, terutama jika kata-kata tersebut digunakan untuk merendahkan atau menghina orang yang berbeda.5. Membingungkan atau menyesatkan orang yang tidak terbiasa dengan bahasa gaul. Bahasa gaul dapat mengandung banyak singkatan atau slang yang mungkin sulit dipahami oleh orang yang tidak terbiasa, sehingga bisa menyesatkan atau membingungkan.
Namun, penting untuk diingat bahwa bahasa gaul juga dapat memiliki nilai positif, seperti memperkuat identitas budaya atau menjadi bentuk ekspresi kreatif. Penggunaan bahasa gaul harus dilakukan dengan bijak dan disesuaikan dengan situasi dan konteks yang tepat.
Dalam artikel ini saya melakukan penelitian dengan menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif dimana berfokus pada data angka dengan pola survei yang dilakukan melalui media sosial dan metode penjabaran data analisis secara naratif. Data yang disurvei melalui 2 platform media sosial diantaranya WhatsApp dan Twitter dimana target yang dituju adalah angkatan 2022 prodi Bahasa dan Sastra Indonesia dan mutualan twitter. Berikut data yang di dapatkan :1. Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2022 didapatkan hasil dari 116 mahasiswa yang ada terdapat 29 responden memilih dapat berubah konotasinya menjadi negatif sedangkan 3 responden memilih tidak berubah konotasinya menjadi negatif atau tetap.2. Pengguna twitter (mutualan) didapatkan hasil sebanyak 80% responden memilih dapat berubah konotasinya menjadi negatif sedangkan 20% sisanya memilih tidak berubah konotasinya menjadi negatif atau tetap.
Menggunakan bahasa gaul secara terus menerus dapat memiliki beberapa dampak buruk, terutama jika digunakan dalam situasi formal atau profesional. Beberapa dampak buruk yang mungkin timbul adalah:
1. Tidak profesional: Penggunaan bahasa gaul dalam situasi formal atau profesional dapat membuat orang terlihat kurang profesional dan tidak serius.2. Kurang sopan: Bahasa gaul dapat mengandung kata-kata yang kurang sopan dan kasar, yang dapat mengganggu dan tidak pantas dalam situasi formal.3. Tidak tepat: Bahasa gaul sering kali tidak tepat dan kurang akurat, sehingga dapat menimbulkan ketidakpahaman atau bahkan salah pengertian.4. Penghambat komunikasi: Jika seseorang terbiasa menggunakan bahasa gaul terus menerus, ia mungkin kesulitan beradaptasi dan berkomunikasi dengan orang yang tidak terbiasa dengan bahasa tersebut.5. Pengaruh terhadap penulisan: Penggunaan bahasa gaul secara terus menerus dapat mempengaruhi cara seseorang menulis, sehingga ia mungkin kesulitan menulis dengan benar dan tepat.
Namun, penggunaan bahasa gaul juga dapat memiliki beberapa keuntungan dalam situasi informal dan dalam interaksi dengan teman sebaya. Bahasa gaul dapat membantu membangun ikatan sosial dengan teman dan memperkuat rasa kebersamaan. Namun, perlu diingat bahwa penggunaan bahasa gaul yang terlalu banyak atau tidak tepat dapat memberikan kesan yang salah dan dapat mengurangi kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif.Beberapa contoh bahasa gaul yang dianggap negatif dan kasar oleh masyarakat adalah:
1. Ngambek : merujuk pada seseorang yang sulit diatur atau temperamental.2. Anjir : sebuah kata kasar yang dianggap menghina atau melecehkan orang lain.3. Bego : sebuah kata kasar yang sering digunakan untuk merendahkan orang dan merujuk pada seseorang yang bodoh atau tidak berpengetahuan.
Penggunaan bahasa yang tidak pantas dan kasar dapat menyakiti perasaan orang lain dan tidak etis. Sebaiknya kita menggunakan bahasa yang sopan dan memperlakukan orang lain dengan baik dan menghormati mereka. Berdasarkan data yang dikumpulkan bahwasannya penggunaan bahasa gaul atau slang dapat berubah konotasinya menjadi negatif bila tidak digunakan pada tempat dan konteks yang tepat mengingat bahasa gaul semakin berkembang pesat dan terus eksis diharapkan pada generasi sekarang serta yang akan datang dapat bijak dalam tutur kata penggunaan bahasa gaul.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image