Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Celine Chelsea Amelia Afaratu

Menanggapi Fenomena Judul Clickbait dalam Penulisan Artikel Online

Edukasi | Sunday, 04 Jun 2023, 02:01 WIB
pixabay.com

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak pemberitaan online yang menggunakan judul clickbait untuk mencari pembaca. Tidak hanya pada pemberitaan remeh milik selebriti dalam negeri, judul clickbait ini juga terlihat dalam masalah serius dunia. Dengan begitu, clickbait kemudian menjadi sebuah keresahan bagi masyarakat karena secara tidak langsung menyebabkan banyaknya kekeliruan informasi yang tersebar di kehidupan sosial. Kekeliruan ini yang disebut juga dengan kesesatan. Mengutip dalam Adib (2010, h.178), kesesatan dimaknai sebagai kesalahan dalam aktivitas berpikir dikarenakan kesalahan penggunaan bahasa ataupun penyalahan relevansi. Setelah penggambaran singkat sebelumnya, maka apa sebenarnya clickbait itu? Bagaimana implementasinya? Bagaimana filsafat ilmu memandang fenomena ini dan bagaimana cara menanggulanginya?

Clickbait Secara Umum

Clickbait secara umum dinyatakan oleh Hadiyat (2019. h. 3) sebagai penggunaan judul yang berlebihan dan memuat informasi yang tidak cukup lengkap sehingga menimbulkan rasa penasaran bagi pembacanya. Clickbait bertujuan untuk menarik perhatian pembaca yang secara tidak langsung akan membuka laman artikel tersebut karena rasa penasaran. Diketahui bahwa persaingan media saat ini begitu besar dan untuk meningkatkan angka pengunjung pada tiap artikel maka teknik clickbait ini kemudian dilakukan. Dilansir dalam “8 Amazing Secrets for Getting More Clicks”: Detecting Clickbaits in News Streams Using Article Informality milik Biyani, Tsioutsiouliklis, dan Blackmer (2016, h. 96), terdapat delapan bentuk clickbait. Kedelapan jenis clickbait ini terdiri atas exaggeration (Melebih – lebihkan), teasing (Mengejek), inflammatory (Menghasut), formatting (Format), graphic (Grafik), bait-and-switch (Penipuan), ambiguous (Ambigu), wrong (ketidakbenaran).

Berikut adalah definisi dari masing – masing jenis clickbait tersebut. Yang pertama, exaggeration (Melebih – lebihkan) dinyatakan sebagai kondisi judul artikel dibuat dengan melebih lebihkan kondisi yang sebenarnya termuat dalam artikel. Selanjutnya, teasing (Mengejek) memiliki arti keadaan penghilangan detail dalam judul artikel sehingga menimbulkan ketegangan. Yang ketiga, inflammatory (Menghasut) adalah penggunaan kata yang kurang pantas ataupun vulgar dalam artikel. Keempat, formatting (Format) adalah penggunaan tanda baca atau huruf kapital secara berlebih. Setelahnya ada Graphic (Grafik) yang memiliki pengertian judul yang berisi unsur cabul, menjijikan ataupun tidak masuk akal. Selanjutnya adalah bait-and-switch (Umpan dan Peralihan) yang dalam arti sebenarnya adalah penipuan. bait-and-switch didefinisikan sebagai keadaan dimana unsur yang dinyatakan dalam judul bukan merupakan bagian dari isi artikel. Dibutuhkan situs tambahan ataupun sama sekali tidak ada. Ketujuh, ambiguous (Ambigu). Ambigu memiliki arti bahwa artikel memuat judul yang tidak jelas dan membingungkan sehingga menimbulkan rasa penasaran pembaca. Yang terakhir wrong (Ketidakbenaran). Pada konsep wrong, judul artikel dari berita tersebut dapat dipastikan adalah sebuah kesalahan dan tidak benar.

Fenomena Clickbait dalam Masalah Besar Dunia: Pandemi Covid-19

Kilas balik ketika kondisi Covid 19 masih sangat baru di telinga masyarakat, banyak berita bermunculan pada media massa. Mereka saling berkompetisi untuk menyampaikan berita yang dapat menarik perhatian masyarakat sehingga tak jarang kita dapat melihat berita dengan judul clickbait. Covid – 19 yang merupakan pandemi yang merisaukan semua masyarakat dunia ini pada dasarnya sudah memiliki pro dan kontra. Dengan keberadaan berita yang memuat judul clickbait, semakin banyak pandangan yang terbentuk dan kesesatan informasi semakin tersebar dimana – mana.

Terlihat dalam beberapa situs berita, terdapat beberapa artikel clickbait yang berujung pada disinformasi. Salah satunya adalah pemberitaan mengenai makser yang dirilis oleh detik.com dengan judul “Pantas Sulit Dicari, Masker RI Malah Diekspor Gede-gedean ke China”. Dalam pemberitaan yang dirilis tahun 2020 ini, dapat dilihat penggunaan unsur teasing sehingga menimbulkan perdebatan pada masyarakat. Sebagaimana artinya, unsur teasing terlihat dari penggunaan judul yang mengundang ketegangan. Isi dalam berita yang memuat data dari Januari hingga Februari – masa Indonesia belum memiliki kasus Covid – 19 – tidak disampaikan dalam judul sehingga dengan melihat judul saja dapat menimbulkan persepsi yang berbeda – beda dalam masyarakat.

Selain itu, penggunaan kata ‘gede – gedean ke China’ juga merupakan disinformasi yang melebih - lebihkan karena pada dasarnya Indonesia kala itu melakukan ekspor kepada Singapura dan Hongkong juga walau memang benar ekspor ke China menunjukan kenaikan paling tinggi. Ekspor produk masker sendiri dilakukan pula pada tahun sebelumnya yaitu 2019 meski memang pada awal 2020 mengalami peningkatan. Dalam artikel disebutkan pula bahwa sejak awal maret warga Indonesia juga memborong produk masker sehingga kesulitan masker saat itu juga didasari oleh peningkatan pembelian masker oleh masyarakat setempat.

Keterkaitan Clickbait dengan Kesesatan dalam Berpikir

Kesesatan berpikir merupakan bagian dari logika atau umumnya disebut fallacy. Bentuk dari kesesatan sendiri terbagi atas dua yaitu ketidaktepatan bahasa dan ketidaktepatan relevansi (Adib, 2010, h. 178). Ketidaktepatan bahasa memiliki arti sebagai penggunaan istilah atau kata yang salah dan ketidaktepatan relevansi memiliki pengertian sebagai pilihan premis yang tidak tepat. Mengiringi pernyataan tersebut, kesesatan berpikir juga dapat disebabkan oleh subjek yang tidak membuka diri terhadap permasalahan secara komprehensif akan tetapi hanya menurut pada satu sumber tertentu (Adib, 2010, h.179).

Berbicara tentang topik clickbait sendiri. Clickbait dapat diklasifikasikan dalam satu bentuk kesesatan yaitu kesesatan material. Kesesatan material merupakan kesesatan yang terjadi karena kesesatan bahasa. Hal ini menghasilkan kekeliruan dalam menarik kesimpulan. Selain itu, dapat pula terjadi karena ketidakadaan relasi yang logis antara premis dan kesimpulannya atau disebut kesesatan relevansi. Setiap bahasa memiliki kata dengan artinya tersendiri begitu pula dengan penggunaannya dalam kalimat yang disusun agar memiliki arti yang sama dengan bagaimana kalimat itu dimaksudkan. Dengan ini, penggunaan kata dalam kalimat yang keliru akan merubah arti dari kalimat itu sendiri sehingga menimbulkan kesesatan (Adib, 2010, h. 182).

Langkah Menghindari Disinformasi Clickbait

Dalam menghindari disinformasi dari clickbait, hal yang paling penting dalam meningkatkan literasi. Literasi sebagaimana dijelaskan dalam Pratiwi dan Asyarotin (2019, h. 68) sudah bukan lagi kemampuan dasar yang membantu proses pembelajaran akademik melainkan unsur yang membantu masyarakat dalam akses informasi yang kredibel, meningkatkan kemampuan berlogika, dan etika dalam kehidupan bermasyarakat. Literasi dalam menghindari clickbait adalah dengan membaca keseluruhan artikel atau konten. Hindari mengambil kesimpulan hanya dengan judul atau cuplikan singkat dari artikel atau konten. Membaca keseluruhan isi dari artikel atau konten membantu pembaca mendapatkan pemahaman yang akurat terkait topik artikel atau konten.

Selain itu, perlu dilakukan juga literasi media, yaitu meningkatkan pemahaman mengenai cara kerja media, termasuk clickbait dan disinformasi. Dalam literasi media ini, perlu dipahami kiat – kiat yang digunakan dalam clickbait seperti penggunaan judul menarik dan penggunaan gambar yang provokatif. Selain itu, perlu dipahami pula sumber berita serta alamat situs web yang terpercaya dan kurang terpercaya. Dengan melakukan literasi media ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan logika berpikir kritis terhadap konten yang berpotensi mengandung disinformasi.

Referensi:

Adib, M. (2010). Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Pratiwi, A., & Asyarotin, E. N. K. (2019). Implementasi literasi budaya dan kewargaan sebagai solusi disinformasi pada generasi millennial di Indonesia. Jurnal Kajian Informasi & Perpustakaan, 7(1), 65-80.

Biyani, P., Tsioutsiouliklis, K., & Blackmer, J. (2016, February). " 8 amazing secrets for getting more clicks": Detecting clickbaits in news streams using article informality. In Proceedings of the AAAI Conference on Artificial Intelligence (Vol. 30, No. 1).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image