Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

Prinsip Kesamaan Emosional

Pendidikan dan Literasi | Saturday, 03 Jun 2023, 16:56 WIB

Seorang pemuda ditemukan tewas tenggelam di sungai ketika bermain di sekitar sungai. Sontak kabar tersebut membuat sang ayah sangat terpukul dan sedih. Berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun, sang ayah berusaha keras untuk dapat mengkikhlaskan buah hatinya yang mulai menginjak dewasa tersebut. memori masa lalu sering melintasi pikirannya dikala menyendiri, mengingat kebersamaan yang indah bersama sang buah hati. Sering lelehan air mata tanpa terasa sertitik demi setitik jatuh dari matanya. Sosok sang ayah tersebut adalah guru saya semasa SMA yaitu pak Hadi.

11 tahun kemudian terjadi hal yang serupa kepada guru saya semasa SMA yang ditinggal meninggal oleh putri kesayangannya yang baru berusia 14 tahun karena sakit. Episode kesedihan juga harus dilalui oleh ibu guru saya tersebut. karena kedekatan emosi seorang ibu sangat kental, maka episode melalui hari-hari tanpa kehadiran sang putri tentu lebih berat bagi seorang ibu. Semua sanak saudara mencoba membahagiakan guru saya tersebut, berbagai cara telah dilakukan akan tetapi belum berhasil karena sang ibu lebih memilih berdiam diri dan menangis. Berbagai kekhawatiran mulai muncul, terlebih dengan kesehatannya yang mulai terganggu.

Disaat yang seperti itu, tidak ada orang yang bisa datang membujuk, duduk saling bercengkerama. Karena semua orang yang berusaha menghibur sang ibu tidak pernah pada posisi seperti beliau. Satu-satunya solusi yang dilakukan saat itu adalah menghadirkan yang pernah mengalami episode hidup seperti sang ibu yaitu pak Hadi.

Ketika pak Hadi berusaha menenangkan dan mengajak bercengkerama sang ibu, semua kata-kata yang diberikannya seolah-olah penuh power dan si ibu mengangguk-angguk tanda setuju. Perubahan mulai terjadi dari seorang ibu semenjak kedatangan pak Hadi. Orang yang pernah pada posisi seperti ibu tersebut akan memiliki kekuatan serta perasaan yang sama, pelibatan emosi yang satu frekuensi tentu dapat diterima oleh sang ibu. Sehingga dalam episode selanjutnya sang ibu mampu mengkikhlaskan putrinya seperti pak Hadi mengikhlaskan putra kesayangannya.

Kisah nyata diatas kaitannya dengan tulisan yang ada pada para pembaca sekalian adalah sebagai prinsip kesamaan emosional seorang guru. Ketika seorang trainer yang hendak mengisi training di sekolah kami bekerja, ketua yayasan terlebih dahulu menanyakan trainer tersebut apakah pernah menjadi guru. Karena ketika trainer tersebut belum pernah menjadi guru maka percuma saja apa yang disampaikan, karena pasti hanya pada tataran teori dan secara praktis tidak pernah beliau laksanakan.

Secara mikro, guru di dalam kelas pun wajib memiliki prinsip kesamaan emosional, yakni pernah berposisi sama pada saat terjadi sebuah masalah di kelas dan pernah merasakan serta mendapati jalan keluar atas permasalahan tersebut. sebagai contoh, ketika peserta didik enggan serius belajar matematika, tentu kita pernah pada posisi tersebut, saat itu memang peserta didik tersebut belum begitu paham manfaat dari apa yang dipelajari, akan tetapi ketika kita yang menjadi guru maka kita pernah pada posisi enggan belajar seperti itu. Prinsip keseimbangan emosi bagi seorang guru adalah merubah cara mengajar atau juga menghentikan paksaan untuk belajar kepada peserta didik tersebut. sehingga kita benar-benar mengerti apa yang diinginkan oleh peserta didik tersebut.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image