Skema Sering Menghantui? Gimana, sih Cara Mengontrolnya?
Edukasi | 2023-06-03 16:05:59Manusia berkembang diiringi dengan pertumbuhan seluruh aspek, termasuk dalam aspek informasi dan komunikasi. Seiring dengan meluasnya globalisasi, banyak dijumpai platform-platform penyedia informasi, seperti platform umum Twitter, Instagram, Facebook, maupun dengan platform-platform yang menampilkan informasi berbentuk video, seperti TikTok dan Snack Video. Dengan berkembangnya platform-platform yang semakin beragam, tentu penyebaran informasi dari seluruh penjuru dunia akan lebih cepat dan menyebar, termasuk dalam penyebaran berita-berita. Nah, seringkali kita sebagai pengguna media sosial nih hanya menerima penyebaran informasi dengan cepat, tanpa ditelaah maupun dicek kembali (crosscheck) akan kebenarannya. Meskipun bisa dibilang crosscheck cukup sepele, tetapi seringkali kita malas melakukannya dan cenderung menarik kesimpulan secara cepat atas informasi yang kita terima. Nah, penarikan kesimpulan pribadi ini namanya skema, loh. Hm, kira-kira skema itu sebenarnya apa, ya?
Nah, sebelum itu mari kita cari tahu, kenapa sih kita itu cenderung skimming atau hanya membaca cepat saja terhadap suatu informasi atau berita? Itu disebabkan karena manusia secara intrinsik merupakan makhluk malas berpikir dan suka mencari jalan pintas. Kita sebagai individu cenderung menggunakan skema yang kita punya. Nah, langsung masuk, nih mumpung nyambung. Apa itu skema? Menurut Fiske & Taylor (1991), skema adalah struktur kognitif yang merepresentasikan konsep atau tipe stimulus, termasuk atribut dan relasi antara atribut-atribut tersebut. Singkatnya, skema adalah kerangka mental yang memusat pada suatu tema spesifik yang membantu kita mengorganisasi informasi. Dengan menggunakan skema, kita dapat secara langsung atau secara instan meraih suatu informasi tanpa tahu seluk beluk informasi tersebut. Contohnya, apabila ketika melihat orang bertato, kita cenderung akan mengatakan orang tersebut jahat, tidak baik, atau nakal. Padahal, apabila kita ingin mengenali orangnya, orang tersebut bisa saja di luar dugaan yang kita berikan. Nah, inilah skema kita yang menjadi biang keroknya. Karena kita memiliki skema “orang bertato itu jahat”, kita cenderung selalu mengatakan bahwa orang yang bertato memiliki perilaku jahat, padahal belum tentu.
Lalu, bagaimana cara kita mengurangi penggunaan skema dan tidak jatuh ke jebakan ini? Ada beberapa cara, nih yang bisa digunakan untuk mengubah skema yang kita punya. Yang pertama, adalah bookkeeping. Hah, bookkeeping?! Jadi, bookkeeping ini adalah cara pengubahan skema melalui pengumpulan data yang diakumulasikan secara lambat laun. Dengan menggunakan cara ini, sebelum kita menentukan sebuah keputusan atau kesimpulan, kita harus mencari tentang informasi tersebut secara mendalam dan teliti. Oleh karena itu, ada baiknya sebelum kita mengambil kesimpulan atau keputusan, kita bertanya kepada diri sendiri terlebih dahulu apakah kesimpulan ini dihasilkan oleh skemaku, ataukah aku sudah mendapatkan informasi yang cukup untuk mengambil kesimpulan ini. Yang kedua, adalah subtyping. Nah, subtyping ini adalah mengkategorisasikan skema menjadi sub-sub kategori yang lebih detail dan unik. Contohnya, nih. Anggap saja barusan kita menemui orang bertato. Kia memiliki skema bahwa orang bertato itu jahat. Dengan menggunakan metode subtyping ini kita menjadikan orang bertato yang kita temui menjadi sub kategori, yaitu orang bertato yang baik. Dengan begitu, kita tidak akan mudah untuk berprasangka buruk terhadap orang.
Nah, udah pada tahu, ‘kan apa itu skema dan cara mengontrolnya. Jadi, untuk ke depannya kawan-kawan jangan mudah untuk memberi penilaian orang lain tanpa mencari informasi yang lebih, ya. Jangan sampai, kesimpulan yang kalian buat dan upload ke media sosial membawa dampak yang buruk, ya apalagi untuk diri sendiri dan orang sekitar. Bijak-bijaklah menggunakan media sosial dan mulai belajarlah tentang bagaimana cara mengendalikan skema negatif yang seringkali muncul di kepala. Semoga beberapa cara yang sudah dipaparkan dapat membantu!
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.