Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image dilla tys

Mengenal Feminisme, Subordinasi, dan Patriarki Sebagai Poin Penting Isu Gender di Indonesia

Politik | Saturday, 03 Jun 2023, 09:32 WIB

Akhir-akhir ini ditemukan banyak konten-konten tentang isu gender di media media sosial. Baik itu ditujukan untuk perempuan ataupun laki-laki. Tidak jarang ada beberapa orang yang menyerang secara terang-terangan kelompok atau suatu gender tertentu karena mendukung beberapa isu gender seperti feminisme atau patriarki. Namun, masih banyak orang di luar sana yang berkomentar tentang isu-isu gender tanpa tau definisi yang sebenarnya. Hal itu, terkadang membuat miris karena saat ini banyak anak muda di dunia maya yang vokal tentang topik ini tanpa tahu makna sesungguhnya.

Stereotip gender dan isu gender kian marak diperbincangkan di tengah masyarakat saat ini, berujung kebencian terhadap kaum tertentu. Contohnya opini tentang, “Perempuan feminis harus bisa mengangkat galon seperti laki-laki.” atau “Laki-laki tidak harus bangun pagi karena mereka laki-laki.” Masih banyak lagi contoh-contoh sesat pendapat tentang isu gender yang dapat ditemukan di media sosial. Media sosial pada dasarnya membawa dampak yang makin buruk untuk kalangan muda tentang isu sensitif ini.

Kenyataannya, definisi feminisme tidak sesederhana tentang “laki-laki dan perempuan itu sama”, tapi mengakar pada post modernism di mana saat itu banyak perempuan yang menerima ketidakadilan di segi ekonomi, politik, dan sosial. Oleh karena itu, pada awal abad ke-20 terlahirlah gelombang pertama feminisme di kalangan perempuan menuntut keadilan hak mereka di segi politik. Ini terus berlanjut hingga gelombang kedua pada tahun 1960 yang lantang mengenai isu patriarki serta gelombang terakhir feminisme mengenai postmodern feminisme. Singkatnya, feminisme merupakan gerakan yang menuntut kesamaan hak di bidang ekonomi, politik, dan sosial terhadap laki-laki. Akan tetapi, saat ini banyak generasi milenial bahkan generasi setelahnya yang salah menafsirkan isu gender satu ini, membuat makin sensitif topik mengenai isu gender satu ini. Feminisme tidak didefinisikan sebagai wanita harus bisa mengangkat galon air seperti laki-laki, namun feminisme adalah tentang kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan di berbagai aspek kehidupan. Secara fisik pun tubuh perempuan dan laki-laki berbeda, mengangkat galon bukanlah sebuah contoh feminisme. Hal itu, hanya counter dari beberapa kaum yang memiliki paham yang berlawanan dengan feminisme.

Menurut buku Introducing Cultural Studies, karya Brian Longhurst terdapat dua kata kunci tentang feminisme yaitu, patriarki dan subordinasi. Mungkin sebagian orang sudah memahami istilah patriarki karena makin banyaknya kesadaran masyarakat tentang isu ini di Indonesia. Namun, ketika subordinasi dikaitkan dengan patriarki itu mungkin akan membuat bingung sebagian orang karena pada dasarnya itu dua hal yang berbeda. Subordinasi tidak terlepas dari feminisme ketika laki-laki di kehidupan sosial memiliki lebih banyak power di sosial, politik, dan ekonomi daripada perempuan. Sedangkan patriarki adalah produk sistem sosial di mana laki-laki menduduki tahta tertinggi di suatu rumah tangga atau kerabat tertentu. Patriarki mendominasi baik perempuan maupun laki-laki yang lebih muda dan mereka berhak memberi sanksi atau wewenang atas anggota lainnya di dalam sebuah sistem sosial.

Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sekali keberagaman dan adat yang terus dilestarikan, tentunya kita masih belum terlepas dari isu-isu subordinasi dan patriarki di Indonesia. Ada beberapa daerah di Indonesia yang memiliki adat isitiadat yang masih kental dengan isu patriarki yang sebenarnya itu bertentangan dengan kesetaraan gender saat ini. Pun walaupun Indonesia hampir memasuki bonus demografi isu-isu subordinasi terutama di tempat kerja masih sering kita jumpai.

Maraknya isu gender yang masih sering terjadi dan kesadaran masyarakat yang semakin meningkat, melahirkan banyak komunitas-komunitas yang bergerak di bidang kesetaraan gender di Indonesia. Ini juga salah satu manifestasi dari salah poin yang akan diwujudkan dalam SDGs yaitu tentang gender inequality. Komunitas yang lantang tentang persamaan gender adalah PWAG Indonesia, KePPak Perempuan dan masih banyak lagi. Bahkan di beberapa kampus di indonesia juga memiliki komunitas yang memperjuangkan isu tentang kesetaraan gender khususnya di kalangan mahasiswa.

Seharusnya isu gender menjadi poin penting di Indonesia. Kesetaraan gender tidak hanya terfokus pada satu kaum tertentu, namun bagaimana kita menyikapi diskriminasi dan ketidakadilan yang ada. Kesetaraan gender juga sangat penting karena dapat berkontribusi pada pemberdayaan perempuan dan mempromosikan hak-hak ekonomi dan sosial perempuan. Sudah sepatutnya generasi muda bekerja untuk memajukan hak dan kesempatan yang setara bagi berbagai gender dan memerangi diskriminasi berdasarkan gender. Sebagai generasi yang melek digital kita juga harus menyaring informasi yang ada mengenai isu-isu gender yang menjurus kepada kebencian. Masyarakat Indonesia khususnya generasi muda saatnya berperan aktif dalam isu kesetraan gender guna mencapai masyarakat yang adil dan pembangunan berkelanjutan.

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image