Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aliyah Maulizzah Kusuma

AI dalam Pendidikan: Memanfaatkan Cerdasnya Teknologi, Menantang Kemalasan

Teknologi | 2023-06-01 18:34:55
Ilustrasi AI dalam pendidikan. (Shutterstock)

Kecerdasan buatan (AI) adalah bidang ilmu dan teknik yang berfokus pada pengembangan mesin cerdas, yang mampu melakukan tugas-tugas dengan bantuan komputer. AI telah mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir dan telah diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk pengenalan suara, penglihatan komputer, penerjemahan bahasa, rekomendasi produk, pengemudi otomatis, seni generatif, dan lain-lain. AI juga telah berhasil mengungguli manusia dalam permainan strategis seperti catur dan Go.

Namun, perkembangan AI yang pesat dan canggih juga menimbulkan berbagai dampak sosial dan etika yang perlu dipertimbangkan, terutama dalam pendidikan mahasiswa. Pertanyaannya adalah apakah AI membuat mahasiswa menjadi lebih cerdas atau malah lebih malas?

Beberapa orang berpendapat bahwa AI dapat membantu mahasiswa belajar dengan lebih efektif dan efisien. Misalnya, dengan menggunakan AI, mahasiswa dapat mengakses sumber belajar yang lebih luas dan relevan melalui internet, mendapatkan umpan balik yang lebih cepat dan akurat melalui sistem penilaian otomatis, atau bahkan berinteraksi dengan tutor virtual yang dapat menyesuaikan materi dan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing. Dengan demikian, mahasiswa dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka di berbagai bidang.

Namun, ada juga pendapat bahwa AI justru membuat mahasiswa menjadi lebih malas dan kurang kreatif. Misalnya, dengan menggunakan AI, mahasiswa dapat mengandalkan mesin untuk mengerjakan tugas-tugas yang seharusnya mereka kerjakan sendiri, seperti menulis esai, membuat presentasi, atau bahkan menyelesaikan soal ujian. Akibatnya, motivasi dan kesempatan bagi mahasiswa untuk berpikir kritis, analitis, dan inovatif dapat hilang.

Menurut saya, AI bukanlah penyebab utama kemalasan mahasiswa. AI hanyalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk kebaikan atau keburukan, tergantung pada cara manusia menggunakannya. AI dapat menjadi teman atau musuh bagi mahasiswa, tergantung pada bagaimana mahasiswa memanfaatkannya.

Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk meningkatkan literasi digital dan etika. Mahasiswa perlu memahami apa itu AI, bagaimana cara kerjanya, manfaat dan risikonya, serta bagaimana menggunakan AI secara bertanggung jawab dan bijaksana. Selain itu, mahasiswa juga perlu mengembangkan sikap positif dan proaktif terhadap pembelajaran seumur hidup, serta menguasai keterampilan abad ke-21 yang dibutuhkan di era digital ini, seperti kolaborasi, komunikasi, kreativitas, dan pemecahan masalah.

Namun, untuk mencapai hal-hal tersebut, mahasiswa tidak bisa hanya bergantung pada AI saja. Mahasiswa juga perlu belajar dari sumber-sumber lain, seperti buku, jurnal, dosen, dan teman sejawat. Mahasiswa perlu bersedia menghadapi risiko

dan tantangan, serta belajar dari kesalahan dan kegagalan. Mahasiswa juga harus bertanggung jawab dan memiliki integritas terhadap tindakan dan hasil yang mereka capai. Hanya dengan cara ini, mahasiswa dapat menjadi individu yang mandiri, profesional, dan memberikan kontribusi kepada masyarakat.

Mahasiswa harus menggunakan AI sebagai alat bantu yang dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi pembelajaran mereka. Mahasiswa harus dapat memilih dan menggunakan AI sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka. Selain itu, mahasiswa harus tetap mempertahankan sikap kritis dan kreatif dalam menghadapi masalah yang dihadapi. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengembangkan kompetensi dan keterampilan yang diperlukan di era digital ini.

Tidak hanya itu, mahasiswa juga perlu menyadari bahwa AI bukanlah solusi sempurna yang tidak dapat digantikan. AI masih memiliki keterbatasan dan kelemahan yang harus diwaspadai. Mahasiswa perlu mampu mengidentifikasi dan mengatasi potensi risiko dan dampak negatif dari penggunaan AI. Mahasiswa juga harus menghormati hak-hak dan nilai-nilai manusia saat berinteraksi dengan AI. Dengan demikian, mahasiswa dapat menggunakan AI secara etis dan bertanggung jawab.

Mahasiswa harus memandang AI sebagai teman dan mitra yang dapat membantu mereka mencapai tujuan dan impian mereka. Mahasiswa harus mampu berkolaborasi dan berkomunikasi dengan AI secara efektif dan harmonis. Mahasiswa juga harus terbuka dan fleksibel dalam mengadaptasi dan memanfaatkan perkembangan AI yang pesat. Dengan demikian, mahasiswa dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas mereka dalam bidang yang diminati.

Saya berharap bahwa kehadiran AI tidak akan membuat mahasiswa menjadi malas, tetapi akan membuat mereka lebih cerdas dan siap menghadapi tantangan di masa depan. Saya juga mengajak semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan, seperti pemerintah, perguruan tinggi, dosen, dan orang tua, untuk mendukung dan membimbing mahasiswa dalam memanfaatkan AI secara optimal dan etis. AI bukanlah ancaman, tetapi peluang bagi mahasiswa untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan mereka.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image