Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Athariq Enggar Mustaqim

Menguak Realitas Digital: Implikasi Ontologi Ilmu dalam Hubungan Internasional

Gaya Hidup | Thursday, 01 Jun 2023, 11:22 WIB
Ilustrasi era digital. (Unsplash/Marvin Meyer)

Ontologi ilmu adalah cabang ilmu filsafat yang membahas tentang hakikat yang ada secara universal, baik yang berbentuk jasmani maupun rohani. Ontologi ilmu mencari pemikiran semesta atau ultimate reality yang terdapat dalam setiap kenyataan atau realitas. Ontologi ilmu juga mengajukan pertanyaan tentang keberadaan, kehidupan, makhluk, dan aspek-aspek metafisika lainnya. Ontologi ilmu merupakan bagian dari ilmu filsafat dan metafisika.

Ontologi ilmu memiliki beberapa paham, seperti monoisme, yang menganggap bahwa hakikat yang ada hanya satu; dualisme, yang menganggap bahwa hakikat yang ada terdiri dari dua unsur, yaitu materi dan rohani; materialisme, yang menganggap bahwa hakikat yang ada adalah materi; idealisme, yang menganggap bahwa hakikat yang ada adalah rohani; dan agnostisisme, yang menganggap bahwa hakikat yang ada tidak dapat diketahui.

Di era digital saat ini, ontologi ilmu memiliki implikasi yang penting bagi pemahaman kita tentang realitas dan keberadaan manusia. Era digital adalah era di mana teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia. Era digital menawarkan kemudahan, kecepatan, keterhubungan, dan keterbukaan informasi. Namun, era digital juga menimbulkan tantangan, risiko, dan dilema etis.

Salah satu implikasi ontologi ilmu di era digital adalah terkait dengan konsep realitas. Realitas adalah apa yang benar-benar ada atau terjadi di dunia nyata. Namun, di era digital, realitas dapat dibentuk, dimodifikasi, atau disimulasikan oleh teknologi. Misalnya, realitas virtual (virtual reality), realitas tertambah (augmented reality), realitas campuran (mixed reality), dan realitas buatan (artificial reality). Teknologi-teknologi ini dapat menciptakan pengalaman sensorik yang menyerupai atau melampaui realitas nyata. Hal ini dapat memperkaya atau memperluas pemahaman kita tentang realitas, tetapi juga dapat menimbulkan kebingungan atau kesalahpahaman tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Implikasi lainnya adalah terkait dengan konsep keberadaan manusia. Keberadaan manusia adalah eksistensi atau kenyataan hidup manusia sebagai makhluk berakal dan bermoral. Di era digital, keberadaan manusia dapat dipengaruhi oleh teknologi dalam hal identitas, interaksi, dan pengembangan diri. Misalnya, teknologi dapat membantu manusia untuk menciptakan identitas digital (digital identity) yang merepresentasikan diri mereka di dunia maya. Teknologi juga dapat memfasilitasi manusia untuk berinteraksi dengan sesama manusia atau dengan makhluk buatan (artificial beings) seperti robot atau avatar. Teknologi juga dapat membantu manusia untuk mengembangkan diri mereka melalui pendidikan online (online education), pembelajaran mesin (machine learning), atau peningkatan kognitif (cognitive enhancement). Hal ini dapat memberikan manfaat atau peluang bagi manusia untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, tetapi juga dapat menimbulkan masalah atau ancaman bagi martabat atau nilai-nilai manusia.

Hubungan internasional adalah studi atau praktik yang membahas tentang interaksi antara negara-negara atau aktor-aktor internasional lainnya. Hubungan internasional dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti politik, ekonomi, budaya, hukum, lingkungan, dan teknologi. Di era digital, teknologi memiliki peran yang semakin besar dan penting dalam membentuk hubungan internasional. Teknologi dapat menjadi alat atau tujuan dari hubungan internasional. Teknologi dapat menjadi alat untuk memfasilitasi komunikasi, kerjasama, perdagangan, diplomasi, atau konflik antara negara-negara atau aktor-aktor internasional. Teknologi juga dapat menjadi tujuan dari hubungan internasional, yaitu untuk memperoleh, mengembangkan, atau menguasai teknologi tertentu yang dianggap strategis atau berguna bagi kepentingan nasional atau global.

Namun, teknologi juga menimbulkan tantangan dan dilema bagi hubungan internasional. Teknologi dapat menimbulkan ketimpangan, ketidakadilan, atau ketegangan antara negara-negara atau aktor-aktor internasional yang memiliki akses atau kemampuan teknologi yang berbeda-beda. Teknologi juga dapat menimbulkan ancaman atau risiko bagi keamanan, kedaulatan, atau kesejahteraan negara-negara atau aktor-aktor internasional yang terpapar oleh teknologi yang berbahaya atau merusak. Teknologi juga dapat menimbulkan pertanyaan atau kontroversi etis terkait dengan dampak atau implikasi teknologi bagi nilai-nilai, norma-norma, atau hak-hak manusia di tingkat internasional.

Oleh karena itu, hubungan internasional di era digital membutuhkan pemahaman yang mendalam dan komprehensif tentang ontologi ilmu. Ontologi ilmu dapat membantu kita untuk memahami hakikat yang ada di balik fenomena-fenomena digital yang kita hadapi dalam hubungan internasional. Ontologi ilmu juga dapat membantu kita untuk menentukan sikap atau tindakan yang tepat dan bertanggung jawab terhadap penggunaan teknologi dalam hubungan internasional. Dengan demikian, ontologi ilmu dapat menjadi landasan bagi kita untuk membangun hubungan internasional yang harmonis, saling menghormati, dan berkeadilan di era digital.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image