Pasar Tunjungan Menjadi Saksi Bisu Perubahan Zaman Sejak Setengah Abad yang Lalu
Sejarah | 2023-05-31 10:30:18Siapa warga Surabaya yang tak kenal dengan Jalan Tunjungan? Tentu saja Tunjungan merupakan salah satu nama jalan yang popular di kalangan warga kota metropolis ini. Kalau mendengar kata Tunjungan, yang tersirat di benak mayoritas orang adalah megahnya pusat perbelanjaan, jalan raya yang memiliki khas tersendiri dibandingkan jalan lain, deretan rumah makan cepat saji, dan banyak bangunan megah lainnya. Tapi siapa sangka dibalik kemegahan pusat kota ini, berdiri sebuah pasar bernama Pasar Tunjungan yang diresmikan oleh walikota Surabaya yang ke-11 sejak 43 tahun yang lalu. Lokasi Pasar Tunjungan ini berada pada Jalan Tunjungan deretan seberang Hotel Majapahit. Pengunjung bisa mencari lokasinya dengan mudah karena sekarang sudah terdapat plang berwarna putih dengan tulisan merah bertuliskan “PASAR TUNJUNGAN”. Saat gambar dibawah diabadikan sekitar sepuluh bulan yang lalu, plang tersebut belum terpampang di bagian depan pasar sehingga banyak orang yang tidak mengetahui adanya pasar ini terutama para generasi muda.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Kondisi Pasar Tunjungan kala itu cukup memprihatinkan. Bangunan usang yang dipenuhi oleh debu dimana-mana, stand-stand yang sudah lama tidak dihuni, serta tangga menuju lantai 2 yang tanpa penerangan. Namun untuk kondisi pencahaan masih bisa dibilang cukup bagus karena adanya lampion-lampion yang menghiasi plafon pasar ini. Melihat kondisi tersebut saya kira pasar ini sudah tidak ada penghuninya. Namun ternyata dugaan saya salah, di dalam pasar tersebut masih ada satu ruko yang beroperasi, yaitu Penjahit Hauw. Meskipun letaknya cukup tersembunyi namun pelanggannya bisa dibilang cukup banyak, terbukti dari baju-baju yang sedang dikerjakan oleh penjahit tersebut.
Sisi seberang dari Penjahit Hauw terdapat akses tangga yang menghubungkan dengan lantai dua pasar ini. Namun saya tidak menelusuri bagian atas pasar karena terbatasnya penerangan. Selain itu terdapat lampion yang sama seperti pada gambar di atas yang berfungsi untuk penerangan. Selain itu terdapat dua plang putih yang bertuliskan “Praja Motor” dan “Plaza Sparepart” dengan petunjuk panah ke kanan. Namun saya tidak menemukan akses jalan untuk menuju ke bagian kanan seperti yang ditunjukkan pada plang tersebut. Mungkin dulunya pasar ini luas namun karena seiring bertambahnya toko-toko di pinggir jalan raya membuat pasar ini menjadi lebih sempit.
Mengingat kunjungan ini sudah hampir satu tahun, akhirnya saya mencoba menggali informasi tentang kondisi terkini Pasar Tunjungan di media sosial. Ternyata sampai saat ini sudah banyak perubahan yang cukup berarti. Area pasar sudah cukup bersih, terpasangnya plang nama Pasar Tunjungan sehingga memudahkan pengunjung untuk menemukan pasar ini. Serta yang lebih menakjubkan adalah area kosong di dekat plang “ Plaza Sparepart” sudah berdiri beberapa toko seperti tenan makanan, toko elektronik, kedai kopi, toko olahraga dan menariknya ada tempat khusus untuk melampiaskan amarah dan rasa kesal. Ada banyak barang bekas yang memang ditujukan agar dihancurkan sebagai cara mengungkapkan emosional pada diri kita. Wah unik sekali ya.
Dari perubahan signifikan pada Pasar Tunjungan ini, dapat kita lihat keseriusan Pemerintah Kota Surabaya untuk menghidupkan kembali kawasan Jalan Tunjungan seperti dahulu kala. Selain itu, Tunjungan Romansa yang diadakan setiap malam minggu juga dapat menghidupkan kembali suasana Tunjungan yang telah lama redup. Kami sebagai penduduk asli Kota Surabaya berharap agar kedepannya Jalan Tunjungan ini bisa benar-benar hidup. Karena secara tidak langsung pengunjung yang datang juga bisa belajar tentang sejarah Kota Surabaya. Salah satunya adalah kita dapat melihat bahkan mengunjungi tempat penyobekan bendera Belanda oleh Arek-Arek Suroboyo yang berlokasi di Hotel Yamato yang sekarang berganti nama Menjadi Hotel Majapahit.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
