Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syazwina Salma C

Klitih Meresahkan Warga, Apakah Dapat Dihentikan?

Eduaksi | Wednesday, 31 May 2023, 00:21 WIB
(sumber: bbc news indonesia)

Oleh:Syazwina Salma Chehafudin (113221255)

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Fenomena Klitih sudah tidak asing lagi di kalangan penduduk Indonesia terlebih warga Daerah Istimewa Yogyakarta. Kata ‘Klitih’ yang sejatinya merupakan pengertian dari kegiatan positif, sekarang menjadi tergantikan karena orientasi remaja masa kini yang merubah kata ‘klitih’ menjadi menjurus ke kegiatan yang bersifat kriminal dimana para pelaku melukai korban dengan senjata tajam di jalanan.

Fenomena klitih ini bahkan kerap merenggut nyawa. Umumnya pelaku berboncengan dan berkeliaran di daerah jalanan besar yang sepi pada malam hari sampai dini hari, membawa senjata tajam seperti gear atau clurit yang tiba tiba diarahkan ke pengendara motor lain hingga korban jatuh bersimbah darah. Pengendara yang menjadi korban pun terkadang dipilih tanpa alasan, tak sedikit korban merupakan para pelajar yang tidak berkaitan dan tidak bersalah. Fenomena tersebut sangat bertolak belakang dengan salah satu semboyan Kota Jogja yaitu Kota Berhati Nyaman karena Fenomena klitih sangat meresahkan hati dan membuat penduduk tidak tenang.

Hal yang memprihatinkan dan perlu diberi perhatian lebih adalah bahwa pelaku fenomena klitih ini mayoritas berstatus pelajar sekolah menengah atas bahkan beberapa merupakan pelajar sekolah menengah pertama. Hal tersebut amat menyayat hati karena pelajar yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa untuk memajukan negeri, malah merusak tatanan sosial budaya bangsa dengan membuat keonaran.

Berdasarkan pengamatan pemerhati di sekeliling saya, para pelajar ini adalah remaja yang sedang mencari identitas diri. Sayangnya banyak anak yang kehilangan arah sehingga tidak sedikit dari mereka bergabung ke sebuah kelompok kriminal remaja untuk menunjukkan jati diri mereka yang mereka pikir dengan melakukan tindak kriminal, mereka akan terlihat hebat. Fenomena ini dapat dijelaskan dalam teori Identity vs Confusion milik Erikson dimana pada tahap tersebut, remaja usia sekitar 12-18 tahun sedang berada di tahap pengembangan diri, maka ada kalanya mereka butuh pengakuan atau validasi dari orang lain untuk menumbuhkan rasa percaya diri.

Hilangnya arah pencarian jati diri remaja didukung oleh banyak faktor salah satunya adalah faktor pergaulan. Ditelaah dari teori Erikson, pada masa remaja, relasi yang paling signifikan mempengaruhi individu adalah kelompok sebaya dimana individu tersebut menganggap teman sebaya mereka sebagai panutan. Dalam fenomena ini, remaja yang baru bergabung ke kelompok klitih, menganggap bahwa senior mereka adalah orang-orang yang keren karena telah melakukan banyak aksi klitih sehingga patut dicontoh. Kesalahan pergaulan dalam mencari teman juga sangat mempengaruhi karena bagi remaja yang tidak teguh pendiriannya, akan mudah bagi mereka untuk terjerumus ke hal-hal negatif sebab ajakan dari teman sebayanya.

Selain faktor pergaulan, lingkungan keluarga juga mendukung tahap pembentukan jati diri remaja, terlebih lagi orang tua. Kurangnya perhatian dari orang tua menyebabkan remaja kebingungan mencari arah dalam pembentukan karakter diri. Keikutsertaan remaja dalam aksi klitih juga dapat merupakan bentuk usaha mendapatkan atensi orang tua mereka. Bentuk pola asuh anak juga mempengaruhi hal tersebut. Umumnya pada pola asuh neglectful, orang tua cenderung tidak acuh dalam perkembangan sang anak yang kemudian menyebabkan perkembangan anak terganggu dan tidak terarah. Selain itu, bentuk pola asuh orang tua terhadap anak sejak kecil hingga remaja mampu mempengaruhi harga diri dan hubungan sosial anak. Tak heran dengan faktor lingkunganlah yang paling berpengaruh dalam maraknya fenomena klitih remaja.

Sekarang, hal yang dapat diupayakan untuk memberantas fenomena klitih ini adalah dengan komunikasi antar orang tua, remaja, dan guru, yang harus terjalin dengan baik. Akan lebih baik lagi jika remaja diikutkan ke beberapa kegiatan produktif seperti mengikuti bimbingan belajar atau ekstrakurikuler di sekolah sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk melakukan hal-hal negatif. Pemerintah juga harus turut aktif memberantas dengan melakukan razia rutin dan sosialisasi terhadap para pelajar.

DAFTAR PUSTAKA

Klitih dijelaskan Dari Sisi Psikologi, Sekarang Jadi Paham Penyebabnya- Hal 2. https://jogja.jpnn.com. (2022, April 6)

Fenomena Klitih di yogyakarta: Mengapa Bisa Terjadi? LM Psikologi UGM. (2022, May 21).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image