Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Harum

Resesi, DItakuti atau Dihadapi

Edukasi | Wednesday, 31 May 2023, 00:01 WIB




Ilustrasi: Canva


Perekonomian Dunia sedang tidak baik-baik saja. Guncangan permasalahan ekonomi yang dapat memicu resesi menjadi sorotan utama pemerintah baik di Indonesia maupun pemerintah Global. Keadaan perekonomian diprediksi akan ‘gelap’ pada tahun 2023 ini akibat ketidakpastian keadaan ekonomi. Bentuk provokasi tersebut tak sedikit mengundang kekhawatiran dan ketakutan masyarakat awam yang digiring oleh fear mongering dengan diksi yang negatif dan dilebih-lebihkan. Tidak sedikit yang mengakui bahwa beberapa orang masih belum mengetahui apa itu resesi. Melansir dari sikapiuangmu.ojk.go.id, resesi merupakan keadaan dimana perekonomian negara sedang memburuk dalam dua kartal terakhir. Sekilas jika melihat pengertian singkat tersebut, masyarakat awam masih berpikir apa bedanya resesi dengan krisis ekonomi? Menurut Josua Pardede, Krisis ekonomi sendiri dipahami sebagai adanya shock pada sistem perekonomian di suatu negara yang menyebabkan adanya kontraksi pada instrumen perekonomian di negara tersebut, seperti nilai aset ataupun harga. Jika melihat perbedaannya, dari sisi dampak yang diakibatkan, resesi bisa terjadi lebih luas dengan jangka waktu yang lebih lama dari krisis itu sendiri. Resesi tidak hanya terjadi baru-baru ini, namun diketahui resesi pernah terjadi beberapa kali di masa lampau seperti pada 1975, resesi muncul setelah embargo minyak dari Arab dan mengakibatkan inflasi yang tinggi di kalangan negara Group of 7. Pada 1982, resesi dipicu akibat kenaikan harga minyak pada tahun 1979 dan berujung dengan pengetatan moneter. Akibat dari kebijakan tersebut, angka pengangguran menjadi naik. Pada tahun 1991, resesi dipicu akibat adanya Perang Teluk I dan ketidakpastian ekonomi yang mengakibatkan harga minyak naik secara tajam. Dan juga resesi pada tahun 2009 yang diakibatkan oleh beberapa rentetan krisis keuangan pada negara maju. Presiden Jokowi menghimbau para masyarakat untuk lebih berhati-hati dikarenakan kondisi ketidakpastian ekonomi yang terjadi. Jokowi mengatakan bahwa kondisi perekonomian dunia akan menjadi ‘gelap’ pada tahun 2023. Beliau mengakui mendapatkan prediksi tersebut dari setelah berbincang dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa, Indonesia Monetary Fund (IMF), hingga kepala negara G7. Jokowi mengatakan bahwasanya peringatan akan ketidakpastian perekonomian tahun 2023 tersebut terjadi bukan hanya mengancam Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Meskipun perekonomian Indonesia tumbuh 5,44%, Jokowi tetap mengingatkan pemerintah untuk tetap berhati-hati dengan ketidakpastian ekonomi tersebut. Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan juga mengingatkan bahwa terdapat tiga ancaman global yang patut diperhatikan dalam menghadapi resesi di masa mendatang, seperti pandemi covid yang belum benar-benar selesai. Pada masa Covid-19 yang lalu, perekonomian Indonesia menjadi tidak stabil sehingga semua kalangan diharapkan tidak abai dengan aspek tersebut mengingat covid belum benar-benar selesai. Selain Covid-19, Sri Mulyani juga mengingatkan beberapa ancaman lain, yaitu perubahan iklim yang tidak hanya dalam rentang baru-baru ini, namun juga di masa mendatang dan juga konflik Ukraina-Rusia yang tengah disoroti karena dampaknya terhadap kenaikan harga rantai pasokan energi yang menyengsarakan negara. Resesi memang diakui mengancam hampir seluruh negara di dunia, namun di tengah-tengah gencarnya media internasional meluaskan kabar tersebut, Presiden Joko Widodo menyampaikan keyakinannya bahwa Indonesia bisa bertahan menghadapi resesi. Mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk yang paling tinggi di antara negara G20 lainnya. Selain itu, laju inflasi pun masih terkendali. Sri Mulyani mengatakan bahwa tiga hal penting konsumsi rumah tangga seperti konsumsi, investasi, dan belanja pemerintah masih bergantung pada permintaan domestik yang kemudian pertumbuhan ekonomi tersebut dapat mengangkat kuartal III tahun 2022, dan diharapkan masih dapat mengcover di kuartal IV. Dalam menghadapi ancaman resesi, beberapa cara pun digalakkan dalam menghadapi resesi. Diketahui UMKM dapat dijadikan solusi jitu menghadapi resesi. UMKM dianggap memberikan pengaruh yang signifikan apabila kehadirannya dapat dimaksimalkan. Dengan pemberdayaan UMKM, diharapkan permasalahan utama ekonomi seperti pengangguran dapat berkurang. Di Jawa Timur sendiri, UMKM berpengaruh sebesar 57,81% dalam perekonomian Jawa Timur. Ditengah-tengah berita terkait resesi tersebut, masyarakat menjadi lebih was-was dan takut karena belum mengerti betul apa imbas dari resesi. Masyarakat hanya berfokus dengan diksi-diksi negatif seperti ‘ekonomi dunia gelap’, padahal di sisi lain kita tidak perlu takut dengan resesi 2023, malahan kita harus bersama-sama menghadapi resesi tersebut. Presiden Partai Buruh, Said Iqbal mengatakan tidak seharusnya para menteri memprovokasi masyarakat dalam menghadapi ancaman resesi. Selain itu, Menurut Uchok Sky Khadafi sendiri, pemerintah seharusnya optimis bisa bertahan di tengah-tengah resesi sehingga psikologis masyarakat tidak terganggu. Junanto Herdiawan juga mengatakan bahwa jangan overthinking dalam menghadapi resesi ini, mengingat resesi adalah permasalahan ekonomi makro, jadi penyelasaiannya pun juga secara makro. Dalam menghadapi resesi sendiri, harapannya pemerintah melakukan edukasi lebih lanjut mengenai langkah-langkah yang perlu disiapkan dan solusi untuk menghadapi ancaman resesi tersebut. Dengan belajar dari kejadian-kejadian yang terjadi di masa lampau, seharusnya masyarakat dan pemerintah bisa bersatu untuk bertahan di tengah-tengah badai resesi yang akan mengancam di tahun 2023 mendatang. Kita juga bisa belajar dari kejadian di masa lampau, tepatnya di tahun 2009, negara berkembang terutama di daerah Eropa dan Asia Tengah dapat melewati resesi global. Sebagai masyarakat tentu saja kita tidak perlu terprovokasi dengan berita-berita hiperbola yang tersebar. Resesi memang perlu diwaspadai, namun jangan sampai kewaspadaan tersebut menjadi berlebihan dan malah merugikan diri kita sendiri. Kita tidak perlu panik dan selalu memilah-milah informasi dengan baik agar tidak salah dalam perencanaan jangka panjang.



Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image