Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Winna Putri Veliarta

Cara Efektif bagi Remaja untuk Mengendalikan Emosi

Edukasi | Monday, 29 May 2023, 21:16 WIB

Manusia mempunyai enam tahap kehidupan. Keenam tahapan itu terdiri dari janin, bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia. Setiap tahapan mempunyai proses perkembangan, baik secara fisik, emosi, maupun kognitif. Terkait perkembangan emosi pada manusia, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan tersebut, seperti hormon, lingkungan sosial, psikologis, dan kognitif. Setiap tahapan dalam hidupnya, manusia memiliki prosesnya masing-masing dalam hal perkembangan emosi. Pada artikel ini, akan dibahas mengenai proses perkembangan emosi pada masa remaja serta cara efektif bagi remaja untuk mengendalikan emosi.

Proses perkembangan emosi adalah sebuah proses ketika seseorang dapat mengenali, mengevaluasi, serta mengendalikan emosi yang dirasakannya. Proses perkembangan emosi yang sehat terjadi secara bertahap dengan proses yang cukup panjang bagi para remaja. Pada remaja, proses perkembangan emosi baru sampai pada tahap pengenalan dan evaluasi emosi. Diperlukan proses secara berkala untuk sampai pada tahap pengendalian emosi. Dalam proses mencapai tahap pengendalian emosi, perkembangan emosi yang sehat dapat memberikan kesempatan bagi para remaja untuk mempelajari hal baru serta mengembangkan potensi dalam diri mereka.

Remaja adalah suatu fase ketika manusia bertransisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Fase remaja ditandai dengan adanya pubertas yang dialami oleh seseorang. Pubertas sendiri merupakan suatu kondisi yang dialami oleh remaja ketika sudah mencapai masa kematangan secara seksual dan telah dapat bereproduksi. Pubertas pada perempuan dan laki-laki memiliki rentang usia yang berbeda, yaitu:

 

  • Usia 8–13 tahun adalah usia ketika remaja perempuan pada umumnya, pertama kali, mengalami masa pubertas yang ditandai dengan telarche atau pembesaran payudara.
  • Usia 9–14 tahun adalah usia ketika remaja laki-laki pada umumnya mengalami masa pubertas pertama kali, ditandai dengan membesarnya ukuran testis dan skrotum (alat kelamin laki-laki).

Pubertas pada remaja tidak hanya mengalami perubahan secara fisik dan hormonal, tetapi juga mengalami perubahan secara mental, emosional, dan sosial. Pada masa pubertas, remaja cenderung memiliki emosi yang tidak stabil. Emosi yang dirasakan ketika menjadi remaja cenderung lebih kuat dan intens daripada saat menjadi anak-anak. Hal ini terjadi karena adanya perkembangan dan pematangan sel-sel neuron pada remaja di area otak yang berfungsi sebagai penerimaan informasi, dalam hal ini berkaitan dengan penerimaan emosi pada remaja. Akan tetapi, perkembangan area otak tersebut tidak disertai dengan perkembangan pada area otak yang berfungsi sebagai regulator emosi dan penentuan keputusan (decision making), yaitu area prefrontal korteks.

Prefrontal korteks merupakan bagian pada otak yang terhubung pada fungsi dalam mengatur pengendalian emosi, pembuatan keputusan, serta pembuatan perencanaan. Prefrontal korteks baru akan selesai mengalami pematangan ketika mencapai usia antara pertengahan sampai akhir 20 tahun. Maka dari itu, para remaja sudah dapat merasakan emosi yang sangat intens tetapi masih belum mengetahui cara yang tepat dalam mengendalikan serta merespons emosi yang dialami oleh mereka. Ketidaktahuan para remaja mengenai cara pengendalian emosi membuat mereka cenderung bertindak lebih emosional daripada biasanya dan juga bertindak tanpa memikirkan konsekuensi yang akan didapatkan. Oleh karena itu, para remaja perlu belajar untuk mengendalikan emosi dalam diri mereka.

remaja cenderung mengalami emosi yang intens

Selain adanya pengaruh dari dalam diri remaja, pengaruh dari lingkungan sekitar juga menjadi salah satu penyebab para remaja mengalami kesulitan dalam menjalankan proses perkembangan emosi yang sehat. Adanya masalah di lingkungan rumah, sekolah, ataupun masyarakat dapat memengaruhi proses perkembangan emosi yang dialami oleh remaja. Terutama, pada era media sosial, hal-hal yang dilihat dan dialami oleh remaja di dalam dunia maya juga dapat memengaruhi proses perkembangan emosi tersebut. Berbagai permasalahan yang dipengaruhi oleh faktor eksternal dapat membuat pikiran para remaja menjadi terganggu akibat emosi yang dirasakan mereka. Salah satu permasalahan yang sering mengganggu pikiran para remaja saat ini adalah mengenai cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiri, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Ketakutan akan dipandang buruk oleh orang lain atau melakukan suatu kesalahan merupakan salah satu contoh emosi yang dirasakan ketika masa remaja. Kehilangan kepercayaan diri akan menjadi salah satu respons terhadap emosi yang dialaminya. Hal ini dapat mengakibatkan remaja cenderung takut untuk melakukan eksplorasi terhadap tantangan dan hal-hal baru di sekitarnya. Akibatnya, remaja tidak dapat mengembangkan potensi dalam dirinya yang tentunya dapat berakibat buruk terhadap perkembangan otak remaja. Contoh lain dari respons remaja terhadap emosi yang dirasakannya ialah sifat impulsif dalam bertindak. Tindakan impulsif tersebut kadang lebih mengarah ke arah negatif, seperti pemborosan, kenakalan, atau kemalasan. Dampak dari sifat impulsif yang negatif pastinya akan berakibat buruk terhadap kehidupan remaja tersebut pada masa yang akan datang. Maka dari itu, diperlukan keinginan yang kuat dari dalam diri remaja untuk mau belajar dalam mengendalikan emosi. Tanpa keinginan yang kuat untuk berkembang dari dalam diri remaja, tentu akan menjadikannya diam di tempat tanpa adanya perkembangan. Penting bagi para remaja juga mengetahui hal-hal yang mereka perlukan agar bisa mengontrol emosi yang dimilikinya. Terdapat beberapa cara yang dapat diterapkan bagi para remaja terkait pengendalian emosi pada remaja, yaitu:

 

  1. Mengikuti arus kehidupan. Terkadang, hidup berjalan tidak sesuai dengan keinginan kita. Ketika kita sudah berencana, akan ada beberapa hal yang tidak terjadi sesuai dengan rencana ataupun ekspektasi kita. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk belajar agar tidak terlalu berekspektasi kepada hal-hal di luar kendali mereka dan ikutilah arus kehidupan yang mereka miliki. Jangan sampai, ekspektasi yang kalian berikan kepada diri kalian sendiri justru memberatkan kalian dan menjadi penyebab stress bagi diri kalian sendiri.
  2. Lakukan relaksasi. Setelah melewati hari yang melelahkan, lakukanlah relaksasi terkait pikiran dan tubuh agar tubuh dapat kembali bugar. Relaksasi terkait pikiran dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti melakukan kegiatan yang disuka (bernyanyi, menggambar, bermain alat musik), menulis buku harian, bermeditasi, dan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, relaksasi yang dibutuhkan oleh tubuh secara fisik ialah tidur yang cukup dan berkualitas serta berolahraga secara rutin.
  3. Mintalah bantuan kepada orang dewasa apabila membutuhkannya. Sebagai seorang remaja, menjadi sebuah privilege atau keuntungan tersendiri bagi kita karena masih dapat meminta bantuan kepada orang dewasa secara ‘cuma-cuma’. Dengan demikian, mintalah bantuan ketika dirasa berat dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan menyelesaikan masalah yang dialami.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image