Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Romi Febriyanto Saputro

Perpustakaan, Pemustaka, dan Pemberdayaan!

Pendidikan dan Literasi | Monday, 29 May 2023, 14:38 WIB

Oleh : Romi Febriyanto Saputro, Pustakawan Ahli Madya Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen

Kehadiran pemustaka (pengunjung perpustakaan) di perpustakaan merupakan jiwa sebuah perpustakaan. Pengunjung merupakan target pemasaran sebuah perpustakaan. Koleksi buku di perpustakaan akan menjadi gudang buku belaka tanpa kehadiran pengunjung. Bahkan, bisa dikatakan bahwa perpustakaan hadir guna menarik pengunjung sebanyak-banyaknya. Dengan satu harapan minat baca masyarakat Indonesia akan meningkat.

Pengunjung perpustakaan dapat dibagi menjadi beberapa klasifikasi. Pertama, prospek. Termasuk dalam kelompok ini adalah orang-orang yang mengenal manfaat perpustakaan, tetapi belum pernah mengunjungi dan memanfaatkan jasa perpustakaan. Ada banyak alasan yang menghalangi orang untuk mengunjungi perpustakaan. Kendala jarak lokasi yang terlalu jauh, kesibukan, waktu, dan persepsi.

Prospek ini tak selalu terdiri dari orang awam melainkan juga terdiri dari kalangan intelektual seperti guru, dosen dan mahasiswa. Kalangan terakhir ini meskipun mengaku suka membaca namun masih terhitung jarang memanfaatkan koleksi perpustakaan. Persepsi mereka mungkin mencari informasi di internet lebih praktis dan pragmatis daripada menelusuri ribuan buku di perpustakaan.

Perpustakaan perlu melakukan aneka terobosan untuk menarik perhatian prospek ini agar mau berkunjung ke perpustakaan. Mengawinkan internet dan buku di perpustakaan mungkin bisa menjadi daya tarik tersendiri. Menyatukan penelusuran informasi instan dengan penelusuran informasi ideal.

Kedua, pengunjung. Prospek yang telah yakin untuk mengunjungi perpustakaan tersebut, minimal satu kali. Tetapi, pengunjung masih belum membuat keputusan untuk memanfaatkan ataupun meminjam koleksi bahan pustaka. Kelompok ini datang ke perpustakaan sekedar untuk membaca koran, majalah, dan tabloid. Sangat jarang untuk meminjam buku untuk menjadi bahan bacaan di rumah.

Kategori kedua ini boleh juga dikatakan sebagai pengunjung pasif karena belum optimal dalam memanfaatkan koleksi perpustakaan. Pendekatan dari manajemen perpustakaan sangat penting untuk mengubah pengunjung pasif ini menjadi pengunjung aktif. Layanan bimbingan pemakai sangat cocok untuk mengenalkan koleksi buku yang dimiliki oleh perpustakaan terhadap kelompok ini. Sehingga akan muncul hasrat untuk meminjam buku.

Ketiga, pemakai. Yaitu orang yang memanfaatkan ataupun meminjam koleksi bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan. Pemakai merupakan pengunjung aktif perpustakaan dan sudah memiliki kartu anggota perpustakaan.

Anggota perpustakaan merupakan mitra bagi manajemen perpustakaan untuk memacu birahi membaca masyarakat. Anggota perpustakaan perlu diajak bicara, berdiskusi, dan berpikir tentang cara memajukan dunia perpustakaan. Sehingga kebijakan pembangunan di bidang perpustakaan mencerminkan aspirasi dan keinginan anggota perpustakaan. Bukan semata-mata kebijakan dari atas saja melainkan perpaduan harmoni antara manajemen perpustakaan dan anggota perpustakaan.

Keempat, klien. Adalah anggota perpustakaan yang secara rutin mengakses, memanfaatkan, dan meminjam koleksi bahan pustaka di perpustakaan. Klien adalah anggota perpustakaan yang superaktif, fanatik, dan loyal kepada kepentingan perpustakaan.

Untuk menumbuhkan loyalitas anggota perpustakaan ini dapat dibentuk komunitas baca anggota perpustakaan. Komunitas sains, komunitas ilmu sosial, komunitas bahasa, komunitas komputer, komunitas seni, komunitas pertanian, komunitas peternakan, komunitas ketrampilan, dan komunitas sastra merupakan komunitas yang merepresentasikan hobi dan kesukaan anggota perpustakaan. Komunitas baca ini diharapkan dapat berkembang menjadi komunitas penulis sesuai dengan hobi masing-masing komunitas.

Pemberdayaan komunitas ini didorong ke arah aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku di perpustakaan. Misalnya, perpustakaan dapat memfasilitasi pelatihan membuat kue bagi ibu-ibu rumah tangga untuk membantu mendongkrak pendapatan keluarga. Resep membuat kue ini diambilkan dari buku-buku yang ada di perpustakaan.

Pelatihan membuat souvenir dan aksesoris dari barang-barang bekas juga dapat digelar di perpustakaan untuk komunitas pelajar dan remaja. Teknik dan cara pembuatan dapat dipelajari dari buku ketrampilan yang tersedia di rak perpustakaan.

Aneka pelatihan ini penting untuk dilakukan agar manfaat perpustakaan dan membaca dapat dirasakan secara nyata. Selain itu, agar terasa konsep ilmu pengetahuan yang ada di buku bukan sekedar uraian huruf dan angka. Melainkan membawa manfaat nyata bagi hidup dan kehidupan pembacanya. Pelatihan merupakan jembatan yang menghubungkan teori di dunia buku dan praktik di dunia nyata.

Pemberdayaan anggota perpustakaan akan semakin optimal jika perpustakaan bekerjasama dengan para steakholder, seperti instansi pemerintah lainnya, kalangan seniman, kalangan wirausahawan, LSM, dan kalangan perguruan tinggi. Kalangan steakholder dapat dimintai bantuan untuk mengirimkan tenaga ahli ke perpustakaan untuk berbicara sesuai kompetensinya. Dinas peternakan dapat memberikan penyuluhan tentang dunia ternak kepada komunitas peternakan yang ada di perpustakaan. Demikian pula dengan steakholder lain.

Dengan demikian perpustakaan akan bermanfaat ganda. Bagi instansi pemerintah merupakan sarana untuk sosialisasi program sedangkan bagi anggota perpustakaan merupakan sarana untuk belajar sekaligus berlatih kecakapan hidup.

Kelima, penganjur. Kelompok ini adalah klien yang sedemikian puasnya dengan layanan yang diberikan oleh perpustakaan, sehingga ia akan menceritakan kepada siapa saja tentang betapa memuaskannya layanan perpustakaan tersebut. Para penganjur ini secara tidak langsung merupakan duta promosi perpustakaan untuk mengingatkan masyarakat sekaligus pemerintah akan arti penting perpustakaan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image