Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Maritza Besya Al Farisi

Memahami Makna Sabar dan Bersyukur Melalui Novel Rumah Tanpa Jendela Karya Asma Nadia

Sastra | 2023-05-28 18:03:09

Zaman sekarang siapa yang tidak mengenal Asma Nadia, seorang penulis yang memiliki nama asli Asmarani Nadia Rosalba ini telah menciptakan banyak karya yang tentu saja tidak hanya bagus tetapi juga banyak peminatnya. Asma Nadia menjalani hari-harinya dengan menulis ketika ia harus beristirahat karena penyakit yang dideritanya. Bahkan, ketika kesehatannya menurun, ia tetap bersemangat menulis. Asma Nadia aktif mengirimkan tulisannya ke majalah islam. Asma Nadia menciptakan banyak karya terkenal yang kemudian di filmkan yaitu Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela, dan Assalamualaikum Beijing. Ada banyak karya lain yang juga difilmkan atau ditayangkan sebagai serial tv.

Salah satu karya Asma Nadia yang di filmkan yaitu Rumah Tanpa Jendela. Berawal dari sebuah karya cerita pendek yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah film drama musikan anak-anak pada tahun 2011. Film tersebut dibintangi oleh banyak artis terkenal. Sukses dengan filmnya, Asma Nadia menuliskan serta menerbitkan novelnya. Novel Rumah Tanpa Jendela sudah mencapai cetakan ketiga. Cetakan pertamanya pada oktober 2017, cetakan kedua pada November 2017, dan cetakan ketiga pada februari 2020.

https://mizanstore.com/rumah_tanpa_jendela_asma_nadia_59182_59182

Rumah Tanpa Jendela menceritakan tentang seorang gadir periang bernama Rara. Ia dan teman-temannya suka bermain di pinggir-pinggir jalan saat mengamen, di bawah derasnya hujan, juga di pekuburan tengah kota Jakarta yang menjadi tempat tinggalnya. Sebagai gadis kecil, ia tidak merasa kekurangan apapun, apalagi orang tuanya tak pernah memarahinya seperti ibu-bapak teman-temannya.

Rara memiliki satu mimpi yang ingin sekali ia wujudkan, yaitu memiliki jendela. Menurutnya, jendela akan membuat penghuni rumahnya sehat karena sirkulasi udara di rumahnya lebih lancar. Selain itu, jendela juga akan membuat cahaya atau matahari masuk yang membuat ia tidak perlu menyalakan lampu pada siang hari, dan tentu saja ia merasa jendela dapat mempercantik rumahnya. Namun, rumah-rumah di perkampungan Rara tidak ada yang memiliki jendela karena kondisi rumah-rumah yang berdempetan satu sama lain yang hanya terhalang oleh lembaran triplek tipis. Tak ada satu wargapun yang bermimpi ingin memiliki jendela. Untuk makanpun mereka selalu khawatir akankah bisa makan untuk esok hari. mereka sudah cukup bersyukur memiliki tempat tinggal meski tanpa jendela.

Suatu hari, Rara terserempet mobilnya aldo yang merupakan seorang anak kaya raya tetapi memiliki kebutuhan khusus dan dari situlah mereka mulai dekat dan bersahabat. Aldo sangat senang berteman dengan Rara. Persahabatan Rara dan Aldo semakin dekat, karena itu Aldo selalu mengajak Rara dan teman-temannya datang ke rumahnya yang mewah. Pada suatu waktu ada sebuah insiden kebakaran hebat melanda perkampungan kumuh tersebut dan mengakibatkan orang tua Rara meninggal dunia. Rara kemudian dipindahkan ke sebuah rumah yang memiliki jendela bersama bibi dan mboknya. Impiannya yang sederhana ternyata harus dibayar mahal dengan kepergian orang terkasihnya. dan itu semua diluar dari perkiraan Rara.

Di dalam novel ini berisi kutipan sebuah kalimat yang dituturkan oleh ibu Rara seperti “Allah kadang mengabulkan, kadang menunda, kadang memberikan ganti yang lebih baik dari doa-doa yang di panjatkan oleh seseorang” dari kalimat tersebut mengartikan bahwa kita harus bersabar atas doa-doa yang kita panjatkan jika doa tersebut belum terkabul, karena bisa jadi Allah punya rencana yang lebih baik.

Adapun kutipan ayat dari surat pendek dalam Al-Qur’an yang di sebutkan dalam novel ini “Inna ma’al ‘usri yusro..” yang artinya sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Ayat ini memiliki arti yang dalam, dapat di artikan juga saat kita sedang kesulitan lebih baik bersabar dan jangan menyerah karena selalu ada kemudahan juga di dalamnya. Ada kalimat lain yang sangat menyentuh dari novel ini yaitu “Allah pasti mengabulkan setiap doa, Ra. Tapi kadang, ada doa-doa lebih penting yang harus di dahulukan”.

Dari novel Rumah Tanpa Jendela ini kita dapat banyak pelajaran tentang sabar dan bersyukur. Novel ini membuat kita dapat lebih memahami makna dari sabar dan syukur itu sendiri. Asma Nadia seperti membuat para pembacanya juga merasakan apa yang dirasakan Rara di dalam ceritanya, Bagaimana cara Rara tetap bersyukur ditengah kehidupannya yang serba kekurangan, juga tentang bagaimana satu-satunya mimpi paling sederhana miliknya ia capai dengan segala hal di luar perkiraan dan kemampuannya. Novel ini membuat kita yang membacanya menjadi lebih sabar atas hal-hal yang kita sedang semogakan, atas hal-hal yang sedang kita panjatkan.

Novel ini juga membuat kita lebih bersyukur atas apa yang kita punya. Bahwasannya tidak ada satu hal pun yang tidak dikabulkan oleh Allah ketika kita ikhtiar dan berdoa, hanya saja ada beberapa hal yang digantikan dengan yang lebih baik. Kita juga harus bersyukur karena masih bisa makan esok hari tanpa merasa khawatir dan kita masih dapat tinggal di tempat yang layak tidak seperti seperti para penghuni perkampungan kumuh tersebut.

Demikian, hebat dan kuatnya dampak positif dari sebuah karya sastra berbentuk novel, bagaimana luar biasanya tulisan-tulisan yang sederhana dapat membuat para pembacanya memahami lebih dalam makna di dalamnya dari sekedar cerita.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image