Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

Personal Branding

Pendidikan dan Literasi | Sunday, 28 May 2023, 07:09 WIB

BRANDING GURU

‘Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi jika ia tidak menulis, ia akan lenyap dari peradaban dan masyarakat’ (Pramoedya Ananta Toer)

Menjalani profesi sebagai guru, anda ingin dikenal sebagai seorang guru sukses dan hebat ketika masih hidup atau dikenal selamanya meskipun telah meninggal?. Pertanyaan terseebut anda tentu bisa menebak sebelumnya dengan membaca judul tulisan ini. Mencari image atau branding.

Ketika guru mencari image dalam profesinya, maka kesibukannya adalah penampilan fisiknya saja serta pamer-pamer kelebihan. Khalayak umum mengenalnya sebagai sosok guru ketika masih hidup dan bekerja sebagai guru. Ketika guru tersebut telah pensiun ataupun meninggal, maka image beliau sebagai guru telah hilang seiring bergulirnya waktu. Orang sudah tidak akan mengenalnya lagi karena image hanya akan bertahan ketika eksistensi jasad seorang guru masih ada. Ketika habis ditelan bumi dalam liang lahat maka hilang pula nama beliau dari jagat raya ini.

Ketika guru mencari branding dalam profesinya, maka kesibukannya adalah menjadikan dirinya sebagai etalase akhlaqul karimah sebagai guru sejati. Yang ia tampakkan dalam kehidupan sehari-hari bukan pangkat, gelar, maupun kemewahan, akan tetapi kehalusan budi pekerti sebagai seorang guru serta kecerdasan dan kreatifitas dalam bekerja. Hal tersebut disebut personal branding.

Personal branding adalah kegiatan mengenalkan diri anda kepada khalayak umum bahwa anda adalah guru yang hebat dan layak disebut guru. Personal branding dapat dilakukan pula dengan cara menulis buku ataupun artikel di media massa. Dengan mem-branding diri tersebut, selain saat itu orang akan mengenal anda, juga ilmu yang disampaikan melalui proses mengikatnya dalam sebuah tulisan, akan abadi meskipun anda telah tiada. Jasad boleh mati akan tetapi nama akan senantiasa hidup dalam ikatan tulisan-tulisan bermakna.

Sering para guru memiliki keinginan untuk mem-branding dirinya melalui tulisan. Akan tetapi sering pula mereka hanya berhenti pada keinginannya saja tanpa melakukan aksi nyata personal branding. Ada banyak terminologi atas kenyataan tersebut. Ada guru yang ingin menulis buku akan tetapi tidak punya waktu, ada guru yang punya waktu akan tetapi tidak punya keinginan. Ada guru punya keinginan dan waktu akan tetapi minder dengan tulisannya. Ada guru yang percaya diri menulis buku akan tetapi hanya dikoleksi dan dibaca sendiri di rumah dan sebagainya.

Dari beberapa terminologi tersebut, tentu sebagai seorang guru sejati yang berkeinginan kuat mem-branding dirinya, maka akan melakukan segala hal untuk terwujudnya keinginan tersebut. Miliki kemauan untuk menulis, luangkan waktu, pelajari cara menulis. Setelah hal tersebut terpenuhi semua, maka berfokuslah untuk membuat kualitas brandingan kita yang tak lekang oleh waktu. Maksudnya adalah mempelajari cara menjadi penulis handal. Cara tersebut dapat kita contoh dari ahlinya seperti yang disampaikan Hernowo dalam bukunya vitamin T.

Sebuah keniscayaan bagi seorang guru yang ingin menulis buku, maka membaca buku adalah wajib. Membaca adalah tahapan dasar dalam proses menulis buku. Di dalam membaca tersebut, ada proses mengikat makna yang harus dikuasai seorang guru. Makna dalam berbagai literatur baik buku, artikel, jurnal atau bacaan-bacaan lainnya yang kita baca, secara tersirat harus kita ikat. Nah, tahapan mengikat makna tersebut ada tiga yaitu cut and paste, focusing, comparing.

Diperlukan waktu untuk melakukan ketiga hal tersebut hingga kemampuan seorang guru pemula sebagai seorang penulis akan meningkat. Mengumpulkan tulisan-tulisan seorang penulis atau pengarang yang cocok dengan pribadi diri kita masing-masing kemudian dituliskan kembali ke catatan pribadi atau buku harian adalah cara awal untuk menjadi penulis. Menggunting dan merekatkan atau cut and paste tulisan orang lain mampu menjadikan diri kita menyatu dalam sebuah pikiran bersamaan dengan tulisan si penulis yang kita copy paste. Kemudian ketika telah terbiasa dengan hal tersebut, akhirnya bila kita hendak mencuplik tulisan orang–orang tersebut akan dengan mudahnya kita mengetahui tulisan mana yang sesuai untuk dikumpulkan dalam sebuah tulisan yang menarik dan jadilah kita telah mengikat makna tulisan yang telah kita salin sebelumnya.

Langkah pertama yang tersebut diatas yakni copy paste bila kita lakukan terus menerus akan mengantarkan kita menuju langkah yang kedua dalam misi menjadi seorang penulis hebat, yaitu focusing atau memusatkan perhatian pada satu hal yang ada di dalam buku tersebut, semisal tentang sosok penulisnya atau tentang sampul bukunya dan lain-lain.

Focusing, semisal kita memusatkan perhatian pada sosok si penulis, bagaimana latar belakang pendidikan penulis, bagaimana proses belajarnya si penulis hingga bisa membuat buku karyanya tersebut, apakah buku karya si penulis best seller atau yang lainnya. Setelah kita memfokuskan pada satu hal maka kita bisa memetik hikmah dari hal tersebut kemudian menerapkannya pada pribadi kita untuk bisa menjadi minimal mirip si penulis.

Tektik tertinggi dalam menjadi penulis menurut Hernowo adalah, comparing, akan tetapi pesan Hernowo sebelum melalui teknik tertinggi ini diwajibkan untuk melalui tahap satu dan dua terlebih dahulu yakni copy paste dan focusing. Untuk mengompare atau membandingkan barang tentu sangat dibutuhkan kelihaian penulis dimana dituntut untuk tidak hanya membaca satu buku, namun karena prosesnya adalah membandingkan maka dituntut untuk membaca lebih dari satu judul buku. Dengan membandingkan maka seorang penulis akan memiliki banyak referensi dan banyak sekali informasi yang melimpah serta terukur.

Hernowo menutup tulisannya dengan mengatakan bahwa, menulis atau mengikat makna dapat membantu sekali dalam mengenali pikiran, perasaan, dan apapun yang bergejolak diri kita. Keahlian mengikat makna serta menuangkan ide-ide dalam sebuah tulisan tersebut ketika di share ke public, baik berupa buku, artikel, resensi, dll, maka personal branding tinggal menunggu waktu saja. Selamat mencoba..!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image