Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Luis Santana

AI vs Manusia: Dukungan atau Pengganti dalam Era Kecerdasan Buatan

Teknologi | Saturday, 27 May 2023, 15:38 WIB

Sejarah kecerdasan buatan (AI) dimulai pada tahun 1950-an sebagai cabang ilmu komputer yang bertujuan untuk menciptakan mesin yang dapat meniru kecerdasan manusia. Kecerdasan buatan pertama kali memicu minat para ilmuwan komputer untuk mempelajari kemampuan komputer untuk melakukan tugas-tugas yang membutuhkan pemikiran dan kecerdasan manusia.

Pada tahun 1956, Konferensi Dartmouth menandai awal resmi kecerdasan buatan sebagai bidang penelitian terpisah. Presenter, termasuk John McCarthy, Marvin Minsky, dan Allen Newell, berusaha mengembangkan program komputer yang dapat melakukan pemrosesan bahasa alami, berpikir logis, dan memecahkan masalah seperti manusia. Pada tahun-tahun awal kecerdasan buatan, penelitian dan eksperimen dilakukan dengan berbagai pendekatan, seperti pengembangan mesin berpikir dan permainan catur. Pada tahun 1950-an, Allen Newell dan Herbert A. Simon mengembangkan program Logic Theorist, yang dapat membuktikan teorema matematika menggunakan logika formal. Namun, perkembangan kecerdasan buatan mengalami jeda pada tahun 1970-an dan 1980-an. Kekecewaan atas kemajuan yang lambat telah menyebabkan pemotongan dana penelitian. Para peneliti menyadari bahwa memprogram komputer untuk meniru kecerdasan manusia ternyata lebih rumit dari yang mereka perkirakan. Selama waktu itu, pendekatan baru untuk kecerdasan buatan muncul, seperti pemrograman berbasis pengetahuan dan sistem berbasis aturan. Teknologi ini berupaya meniru pemikiran manusia menggunakan basis pengetahuan yang disediakan manusia. Meskipun ada kemajuan dalam aplikasi AI, kemampuan komputer untuk mengekspresikan dan memahami informasi yang kompleks masih terbatas. Perkembangan kecerdasan buatan baru benar-benar melejit pada tahun 1990-an dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan ketersediaan data yang melimpah. Konsep baru seperti jaringan saraf tiruan, pembelajaran mesin, dan pemrosesan bahasa alami sedang beralih ke fokus penelitian AI. Algoritme dan model baru memungkinkan komputer untuk belajar dari data dan mengenali pola yang rumit. Sejak saat itu, kecerdasan buatan telah membuat kemajuan pesat di berbagai bidang seperti pengenalan suara, pengenalan wajah, mobil otonom, dan sistem cerdas lainnya. Perkembangan teknologi informasi, ketersediaan informasi yang luas dan kecerdasan algoritmik telah mengangkat kecerdasan buatan ke tingkat yang baru.

Seorang ahli Bernama Jhon McCarthy mengartikan kecerdasan buatan adalah suatu proses yang diterapkan pada teknologi untuk menirukan cara berpikir manusia dan membuat mesin dapat melakukan tugas-tugas yang biasa dilakukan oleh manusia.

Dalam dekade terakhir, munculnya kecerdasan buatan berdasarkan pembelajaran mendalam seperti jaringan saraf yang dalam telah menyebabkan kemajuan besar dalam pengenalan gambar, terjemahan mesin, dan banyak aplikasi lainnya. Kecerdasan buatan semakin terintegrasi ke dalam kehidupan kita sehari-hari, mulai dari asisten virtual di smartphone hingga sistem rekomendasi di platform online. Kecerdasan buatan juga telah menemukan jalannya ke ranah etika dalam beberapa tahun terakhir dan diskusi tentang dampak sosial dan ekonomi dari perkembangan ini semakin intensif. Mempertimbangkan masa depan kecerdasan buatan yang menjanjikan, tantangannya adalah keamanan informasi, privasi, etika, dan dampaknya terhadap pasar tenaga kerja. .

Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah memicu perdebatan sengit tentang peran dan dampaknya terhadap manusia. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah apakah kecerdasan buatan hanya berperan sebagai pendukung manusia atau justru menggantikan peran manusia. Kecerdasan buatan memiliki potensi besar untuk mengubah berbagai aspek kehidupan. Perdebatan tentang apakah kecerdasan buatan akan membantu atau menggantikan manusia telah menjadi topik hangat dalam beberapa tahun terakhir. Di sisi lain, terdapat argumentasi bahwa AI memiliki kemampuan yang dapat menggantikan peran manusia dalam berbagai tugas dan profesi. Kecerdasan buatan telah terbukti unggul dalam kecepatan pemrosesan data, analisis kompleks, dan tugas berdasarkan logika dan model.

Di dunia korporat, kecerdasan buatan telah membantu meningkatkan efisiensi operasional dan pengambilan keputusan. Kecerdasan buatan dapat digunakan untuk menganalisis data bisnis untuk melihat tren, memprediksi permintaan, dan meningkatkan strategi pemasaran. Kecerdasan buatan juga menyebabkan perubahan signifikan di bidang pendidikan. Kecerdasan buatan dapat digunakan dalam pembelajaran online untuk memungkinkan pengalaman belajar yang dipersonalisasi, menganalisis kinerja siswa, dan memberikan umpan balik yang relevan. Secara keseluruhan, AI memiliki potensi besar untuk mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk transportasi, kesehatan, bisnis, pendidikan, dan kreativitas. Kemampuan kecerdasan buatan untuk memproses data, mengenali pola, dan membuat keputusan menawarkan peluang baru untuk meningkatkan efisiensi, inovasi, dan kualitas hidup kita. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah manusia akan tergantikan oleh kecerdasan buatan di beberapa daerah.

Namun, penting juga untuk mengenali keunikan dan kemampuan khusus orang. Manusia memiliki kemampuan seperti kreativitas, pemikiran abstrak dan pemecahan masalah yang kompleks. Properti ini sulit untuk ditransfer ke kecerdasan buatan, yang biasanya bekerja dengan logika dan algoritme. Manusia juga memiliki kemampuan untuk beradaptasi, belajar secara kontekstual dan berinteraksi secara sosial, yang berguna dalam berbagai bidang kehidupan. Meskipun AI dapat melakukan tugas berulang dengan akurasi tinggi, keputusan rumit yang memengaruhi nilai etika dan moral tetap menjadi tanggung jawab manusia. Kecerdasan buatan didasarkan pada algoritme dan data yang tertanam di dalamnya. Jika data yang digunakan bias atau tidak mencerminkan keberagaman masyarakat, hal ini dapat menimbulkan keputusan yang tidak adil atau diskriminatif. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan aspek etis dalam penggunaan kecerdasan buatan dan memastikan bahwa orang terus memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan.

Oleh karena itu, pendekatan yang lebih realistis adalah menganggap AI sebagai alat yang dapat membantu orang meningkatkan kinerjanya, mempercepat proses, dan memberikan wawasan yang lebih baik. Kolaborasi manusia-AI dapat mencapai hasil terbaik ketika AI digunakan untuk tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan pemrosesan data, sementara manusia memberikan penilaian, konteks, dan nilai manusia yang penting. Dengan memanfaatkan kekuatan keduanya dan menanggapi tantangan etika dan sosial, kita dapat mencapai sinergi yang menguntungkan antara kecerdasan buatan dan manusia di berbagai lapisan masyarakat.

Kecerdasan buatan telah membuktikan kekuatan dan kemampuannya dalam berbagai tugas, namun keunikan dan kemampuan manusia tetap tak tergantikan. Di era kecerdasan buatan, penting untuk melihat kecerdasan buatan sebagai kekuatan pendorong yang memberdayakan kemampuan manusia sekaligus mengatasi potensi tantangan etika dan sosial. Bersama mereka supremasi manusia dan kekuatan kecerdasan buatan. Pada akhirnya, AI vs. Manusia bukan tentang mengadu domba satu sama lain, tetapi tentang seberapa efektif kerja sama mereka dapat menghasilkan kemajuan yang lebih besar dalam masyarakat. Dengan memanfaatkan kekuatan kecerdasan buatan dan menjaga keunikan manusia, kita dapat mencapai solusi yang lebih baik, lebih banyak inovasi, dan kehidupan yang lebih baik secara keseluruhan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image