Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

The Real Parent

Pendidikan dan Literasi | Saturday, 27 May 2023, 14:13 WIB

THE REAL PARENT

Dua tipe orang tua masa kini adalah: orang tua yang tidak peduli dan orang tua yang peduli serta mau terlibat terhadap pendidikan anak-anaknya di sekolah. Orang tua yang peduli juga masih di bagi dua yaitu yang mau betul-betul terlibat dan bekerja sama dengan sekolah dan orang tua yang terlibat tetapi hanya menggangu atau komplain saja.

Fenomena yang ada saat ini patut membuat kita bangga dan sedikit berlega hati, karena orang tua yang peduli dan terli bat dengan sekolah mengalami peningkatan yaitu sekitar 90%, sedangkan yang terkadang komplain dan terlalu banyak menuntut sekolah sekitar 10%. Orang tua yang terlibat aktif senantiasa menawarkan diri dengan mengatakan ‘apa yang bisa saya bantu?’, ‘ apa yang bisa saya lakukan untuk anak-anak dan sekolah?’. Sebaliknya, orang tua yang tidak peduli terhadap perkembangan anak di sekolah seolah-olah hanya menitipkan anaknya saja. Tidak akan ada perubahan yang signifikan terhadap anak bila orang tua kurang peduli dan tidak mau bekerja sama. Ketika ada panggilan untuk hadir ke sekolah, selalu ada alasan. Puncaknya adalah kemerosotan prestasi anak maupun perilaku menyimpang oleh anak dan dikeluarkan dari sekolah.

Banyak sekali faktor yang menyebabkan orang tua (terkesan) tidak peduli terhadap pendidikan anaknya. Sering kita dengar bahwa orang tua lebih mementingkan mencari uang dari pada mendidik anak. Orang tua lebih menganggap harta dan jabatan lebih berharga dari pada pendidikan anak-anaknya. Akibat dari pelepasan peran orang tua tersebut senantiasa tampak pada dekadensi moral maupun segala bentuk penyimpangan anak yang sering kita jumpai di media massa. Hal tersebut sebenarnya sudah 59 tahun yang lalu telah diprediksi oleh Alvin Toffler pada tahun 1960-an melalui bukunya The Future Shock. ‘Hai Amerika..!’, Alvin memanggil Amerika atau dalam konteks ini adalah para orang tua di Amerika.

Panggilan Alvin tersebut sekaligus mewakili The Future Shock. Apa itu The Future Shock ?. Pada saat itu para orang tua diingatkan bahwa nanti akan ada masa dimana para orang tua yang dahulu sibuk dan total mengurus rumah tangga di rumah mereka akan menjadi karyawan atau pegawai dan profesi lainnya yang mengharuskan mereka melepaskan hak asuh anak sama sekali.

Para lost gereration ini sebagai akibat dari kurangnya peran orang tua di rumah dan telah sampai pada masanya. Iya, sekaranglah masa yang disinggung oleh Alvin Toffler. Sudah bukan hal yang tidak mudah untuk dicari, karena banyak sekali para orang tua menyerahkan begitu saja peran yang seharusnya ia ambil untuk mendidik anak di rumah kepada sekolah, penitipan anak, maupun pembantu di rumah. Memang orang tua masa kini dihadapkan pada sebuah pilihan, mengejar karir atau fokus di rumah mendidik, mendampingi, belajar bersama anak. Sehingga apapun pilihannya pasti memiliki efek samping.

Ketika masanya telah sampai seperti saat ini, maka hal yang perlu dilakukan adalah membalik keadaan. Berdasarkan dua tipe orang tua yang ada maka setelah 59 tahun berlalu dan terlalu banyak orang tua yang tidak terlibat aktif terhadap pendidikan anak di sekolah maupun di rumah, maka pilihannya adalah menjadi orang tua yang terlibat aktif guna membantu serta mendampingi secara maksimal pendidikan anak.

Beberapa hal yang perlu diketahui sebagai makna dari keterlibatan aktif terhadap pendidikan anak adalah :

a. Menyediakan waktu

Terlibat aktif tidak semata-mata hadir di sekolah, mengantarkan anak, menjemput anak, dan mendampingi penyelesaian tugas-tugas anak, lebih dari pada itu, orang tua wajib menyediakan waktu bagi anak. Kesibukan yang menjadi sebuah keniscayaan bagi orang tua untuk mencari nafkah tidak harus membuatnya kehabisan waktu. Menyediakan waktu khusus bagi anak perlu dirancang atau diagendakan. Meskipun kita sering mencintai anak-anak dengan memberikan haknya berupa sandang dan pangan yang cukup, tetapi tidak ada sentuhan khusus dalam waktu kebersamaan yang berkualitas. Hal tersebut menjadi kebohongan belaka bagi orang tua, karena yang diperlukan anak adalah waktu yang berkualitas bersama mereka.

b. Memberikan teladan

Teladan dari orang tua termasuk kategori peran aktif dalam pendidikan anak di rumah. Kita kenal ungkapan ‘action speaks louder’, jadi sama seperti pada prinsip quantum teaching yaitu segalanya berbicara, termasuk tingkah laku orang tua di rumah. Apapun yang orang tua lakukan akan menjadi contoh bagi anak-anaknya. Ketika kita menghendaki anak menjadi pribadi disiplin, maka orang tua wajib menampilkan sosok yang disiplin. Apabila orang tua menginginkan anaknya rajin beribadah maka ajaklah anak-anak anda untuk beribadah bersama secara istiqomah. Perbuatan orang tua menjadi keteladanan bagi anaknya, sehingga hal tersebut lebih efisien dari pada sekadar memerintahkan anak untuk melakukan sesuatu.

c. Memberikan target cita-cita yang realistis

Seringkali kita para orang tua, semasa muda bercita-cita ingin menjadi ini atau itu. Akan tetapi di tengah jalan cita-cita tersebut gagal terwujud karena suatu hal. Cita-cita yang gagal tercapai tersebut masih membekas dalam diri para orang tua, sehingga terdapat dendam positif dalam diri orang tua untuk tetap bisa mengejar impiannya tersebut. Jalan pintas yang terlihat aman adalah dengan memindahkan beban cita-cita tersebut ke pundak anak-anak mereka.

Selain itu pula, ada orang tua yang berlomba gengsi dengan tetangga, saudara, dan teman sejawatnya, supaya terlihat menjadi sosok orang tua sukses menjadikan anaknya hebat. Ukuran hebat orang tua ada pada tercapainya cita-cita orang tua menjadi sosok yang berprofesi bergengsi saat ini seperti menjadi dokter, pengacara, pejabat, dll.

Cita-cita yang dibebankan kepada anak akan membebani anak itu sendiri. orang tua sering kali tidak mau tahu kondisi anaknya. Pemaksaan yang terkesan halus dan dianggap sebagai pendidikan oleh orang tua kepada anaknya. Anak tidak bisa mengelak dan cenderung frustasi.

Dengan mengetahui kondisi tersebut dimana anak menjadi menyimpang dan kurang berprestasi, tentu orang tua wajib instropeksi diri, perlu mengenal anak-anaknya dengan kaca mata masa sekarang yang berbeda jauh dengan kondisi orang tuanya di masa muda dahulu. Anak perlu di berikan target cita-cita yang realistis dan berdasarkan potensi dan bakatnya sendiri. tugas orang tua adalah mengenali bakat anak dan memfasilitasinya hingga sukses.

d. Tidak memanjakan

Perilaku memanjakan akan menghasilkan anak yang kurang mandiri. Semua kebutuhan dan keinginan anak terpenuhi tanpa ada usaha atau upaya tertentu dari anak untuk mendapatkan keinginannya. Orang tua perlu memilah-milah mana saja yang perlu diberikan kepada anak secara cuma-cuma dan mana yang perlu diberikan harus melalui sebuah perjuangan.

e. Mengontrol second parent secara berkala

Pusat pendidikan yang dikenal selama ini adalah rumah, sekolah, dan masyarakat. Melalui tiga pusat tersebutlah pendidikan akan lebih efisien terjadi, anak mendapatkan contoh, informasi, dan segala hal yang berpengaruh terhadap perilaku anak. Seiring berkembangnya era digital saat ini, tri pusat pendidikan tersebut menjadi bertambah atau berkembang. Media massa maupun media sosial telah menjelma sedemikian rupa menjadi second parent (orang tua kedua) bagi anak. Segala informasi dapat di akses dan cepat mendapatkannya.

Orang tua perlu berkenalan dengan second parent yang kasat mata, sehingga orang tua tidak ketinggalan jaman di era digital saat ini. Orang tua perlu mendampingi anak ketika si anak melihat TV. Orang tua perlu tau media sosial dan tau cara mengaksesnya. Orang tua perlu mengontrol akses anak-anak di media sosial. Bukan berlaku sebagai intel, akan tetapi orang tua memposisikan sebagai sahabat atau teman.

f. Mengawal pendidikan anak

Tugas sebagai penjaga gawang tidak hanya bagi ibu di rumah. Ayah dan ibu bisa berkolaborasi bergantian mengawal pendidikan anak. Prestasi anak di bidang akademik maupun ekstrakurikuler perlu diketahui oleh kedua orang tua. Kekurangan anak di bidang akademik maupun ekstrakurikuler juga perlu diketahui pula.

Kawalan yang diberikan bukan bersifat mematai-matai anak, akan tetapi dalam rangka memberikan pendampingan dan motivasi kepada anak. Sering kali kita memaknai memberikan motivasi kepada anak dengan talking atau banyak bicara menasehati. Motivasi tidak hanya terlalu banyak berbicara menasehati anak, motivasi lebih banyak pada mendengarkan anak. Dengan mendengarkan anak maka kita bisa mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan anak dan ikut serta dalam memberikan perlakuan kepada anak.

Hasan Albana

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image