Kampung Lali Gadget: Hadirkan Solusi Kecanduan Gadget
Eduaksi | 2023-05-25 18:09:04“Hompimpah Alaihum Gambreng!”, adalah jargon dolanan yang sering kita mainkan semasa kecil. Jargon tersebut banyak didengar dan dimainkan di era tahun 90-an hingga tahun 2000-an awal. Semasa itu, eksistensi gadget belum semarak seperti saat ini. Permainan tradisional, seperti Layangan, Petak Umpet, Gobak Sodor, Lompat Tali, Gundu, dll, menjadi kegiatan para kanak-kanak untuk mengisi waktu luang setelah sekolah. Melalui permainan-permainan tradisional yang dimainkan itu, nilai gotong royong dan nilai kreativitas kanak-kanak menjadi terasah. Nilai kebersamaan, nilai tenggang rasa, dan nilai solidaritas juga terbentuk hasil dari sosialisasi dengan teman main sebaya.
Sayangnya, eksistensi “Hompimpah Alaihum Gambreng!” melalui permainan tradisional di era digitalisasi seperti saat ini mulai luntur, salah satunya karena kecanduan gadget. Transformasi digital membuat gadget menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam kegiatan sehari-hari, baik bagi kalangan dewasa, remaja, maupun anak-anak. Karenanya, nilai kebersamaan, nilai gotong royong, dan nilai solidaritas juga turut terkikis luntur karena sifat individualisme yang timbul akibat kehadiran gadget. Pada dasarnya, perubahan dan kemajuan dunia melalui perkembangan teknologi memiliki dampak baik dan buruk. Kita harus bijak dalam menghadapi kemungkinan dampak buruk yang akan timbul.
Kampung Lali Gadget (KLG) adalah gerakan inovasi sosial yang dikelola oleh Yayasan Kampung Lali Gadget. KLG mengusung program gerakan inovasi sosial di bidang pendidikan dan kebudayaan yang sasaran utamanya adalah kanak-kanak. Kecanduan gadget pada kanak-kanak menjadi latar belakang yang melandasi Mas Irfandi selaku Founder KLG.
KLG memiliki banyak program untuk membangkitkan kembali budaya permainan tradisional dan menumbuhkan jiwa sosialisasi pada anak-anak. Pertama membuat wayang dari daun. Bahan yang mudah sekali didapatkan di sekitar kita dapat dimanfaatkan untuk melestarikan budaya Indonesia, yaitu wayang. Kedua, terdapat taman baca yang memiliki banyak koleksi bahan bacaan mengenai sejarah, dongeng, permainan tradisional, tembang jawa, dan lain-lain. Ketika, egrang dan panahan yang dapat dimainkan bukan hanya untuk anak-anak saja, tetapi juga orang dewasa.
Demikian, program yang diusung oleh KLG ini telah diikuti oleh rombongan kunjungan anak-anak dari berbagai daerah. Melalui pembelajaran berbasis permainan tradisional ini dapat meningkatkan rasa ingin belajar dan berkumpul bersama teman-teman dibanding bersikap individualis karena gadget. Selain itu, hal ini juga mendukung terbentuknya Generasi Emas Indonesia 2045.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.