Mengenal ChatGPT Lebih Jauh
Teknologi | 2023-05-24 22:03:36Surabaya – Pada akhir tahun 2022 hingga awal tahun 2023, marak beredar teknologi terbaru bernama ChatGPT yang dinilai mampu menyaingi Google. Seperti namanya Chat GPT (Generative Pre-Trained Transformer) merupakan chatbot dengan fitur yang mampu menjawab apapun pertanyaan dari pengguna layaknya chatting menggunakan teks otomatis.
Chat GPT adalah perangkat lunak yang dikembangkan oleh perusahaan bernama OpenAI. OpenAI merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 2015 oleh Sam Altman dan Elon Musk dengan menyediakan platfrom Artificial Intelligence (AI) atau yang biasa disebut dengan Kecerdasan Buatan.
Menurut Abu Ahmad pada artikel jurnalnya berjudul Mengenal Artificial Intelligence, Machine Learning, Neural Networl, dan Deep Learning tahun 2017, menyatakan kecerdasan buatan atau AI adalah Teknik yang digunakan untuk meniru kecerdasan yang dimiliki makhluk hidup maupun benda mati untuk menyelesaikan sebuah persoalan. Dengan adanya ChatGPT yang mana sistemnya memanfaatkan kecerdasan buatan (AI), manusia dapat menyelesaikan masalah dengan menyuguhkan banyak pertanyaan sesulit apapun.
Tak jarang para pengguna yang menggunakan ChatGPT sebagai media pembelajaran dan mencari tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang rumit dan unik sekalipun. ChatGPT mampu menyelesaikan pertanyaan mulai dari pengetahuan pembelajaran di bidang akademik atau pendidikan hingga masalah sosial dengan runtut dan jelas.
Berikut contoh penyelesaian pembelajaran matematika yang telah diuji dan terbukti benar.
Tak hanya menyelesaikan pertanyaan yang bersifat matematis atau di bidang akademik, namun ChatGPT mampu mengatasi masalah sosial dengan berlandaskan peraturan yang terdapat di internet.
Dengan teknologi AI yang sangat berkembang pesat dan sederhana, semua persoalan pun mampu dijawab dengan mudah oleh ChatGPT. Namun, seringkali terjadi beberapa error dan kekurangan yang muncul. Berikut merupakan beberapa kekurangan yang dimiliki oleh sistem ChatGPT :
1. Tidak mampu mendeteksi ujaran kebencian.
Hal ini disebabkan karena ChatGPT merupakan mesin berteknologi AI yang tidak dapat merasakan emosi atau tidak memiliki naluri untuk berperasaan selayaknya seperti manusia atau pun makhluk hidup lainnya, sehingga ChatGPT tidak dapat memahami konteks atau maksud yang tersirat di balik suatu kalimat atau tindakan.
2. Pertanyaan yang diajukan harus runtut dan jelas.
ChatGPT tidak mampu mendeteksi pertanyaan yang salah ketik, yang manusia dapat deteksi dengan nalar. Selain itu pengetikan harus urut. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan ChatGPT dibatasi dengan kemampuan komputer dalam mengola data yang telah ada pada pemrograman ChatGPT dan sistem ini juga tidak memiliki penalaran logika sehingga tidak dapat memahami konteks yang sedikit berbeda.
Dengan demikian, ChatGPT hanyalah sebuah alat atau sistem yang digunakan untuk membantu kegiatan manusia dalam memberikan solusi bukan menyelesaikan masalah itu sendiri. Maka dari itu, kita sebagai manusia yang memiliki akal dan pikiran lah yang dapat memutuskan ide dan keputusan berdasarkan logika maupun dengan perasaan. Akan lebih baik apabila kita sebagai manusia tidak bergantung pada sebuah alat, sistem atau pun mesin.
Deva Cantika - S1 Teknik Biomedis - Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
