Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ananda Putri Pratiwi

Menghadapi Potensi Krisis Ekonomi Asia

Info Terkini | Tuesday, 23 May 2023, 18:28 WIB
Ilustrasi oleh freepik.com

Krisis Keuangan Asia dimulai pada tanggal 2 Juli 1997 ketika pemerintah Thailand yang saat itu dibebani utang luar negeri yang besar, memutuskan untuk mengambangkan mata uang baht setelah serangan yang dilakukan para spekulan mata uang terhadap cadangan devisa negaranya. Krisis Asia yang dipicu pertama kali oleh devaluasi Thai Baht pada awal Juli tahun 1997 yang lalu, kemudian dikenal dengan “Tom Yum Effect”, telah membawa gelombang jatuhnya mata uang, serta melemahnya pasar modal negara-negara tetangganya seperti Malaysia, Korea, Filipina, serta Indonesia. Bahkan negara-negara Asia yang kuat perekonomiannya seperti Singapura dan Hongkong juga tidak luput dari goncangan badai krisis tersebut.

Krisis keuangan Asia mengakibatkan anjloknya pertumbuhan perekonomian negara-negara Asia dan Asean. Hal ini tercermin dari pertumbuhan GDP mereka. Pertumbuhan real GDP kawasan Asia dan khususnya negara-negara ASEAN pada tahun 1997 masing-masing melambat menjadi 6,6% dan 3,7% dari 8,2% dan 7,1% pada tahun sebelumnya. Dalam tahun 1997 krisis keuangan Asia secara langsung belum berdampak terhadap negara-negara industri utama. Pertumbuhan Domestik Bruto riil negara-negara industri utama tersebut secara umum (kecuali Jepang) sedikit meningkat menjadi 2,9% dibandingkan sebesar 2,8% pada tahun 1962.

Memasuki tahun 1998, perekonomian negara-negara Asia dan Amerika Latin masih melambat. Hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya tingkat konsumsi, investasi, serta belum pulihnya capital inflow ke kawasan tersebut. Melambatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia dan Amerika Latin tersebut, mulai mengkhawatirkan negara-negara maju. Mereka menyadari kalau tidak segera diatasi, krisis Asia, Rusia, Eropa Timur, serta Amerika Latin bisa mengarah ke krisis global terutama karena kepanikan pelaku pasar keuangan dan menurunnya volume perdagangan dunia.

Semakin terpuruknya perekonomian, mengakibatkan negara-negara yang terkena krisis untuk meminta bantuan lembaga internasional seperti IMF, world Bank dan ADB. Berbagai kebijakan ekonomi makro baik moneter, fiskal, keuangan dan sektor riil telah dicoba untuk mengatasi krisis tersebut. Namun, karena kompleks faktor penyebab, serta munculnya permasalahan sosial dan politik akibat krisis tersebut, kebijakan makro yang konvensional berupa pengetatan moneter dan fiskal belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Krisis tersebut diperburuk oleh kondisi perekonomian Jepang yang juga sedang mengalami berbagai permasalahan internal. Terpuruknya perekonomian Asia telah membawa pengaruh contagion terhadap Russia, Eropa Timur dan Amerika Latin. Bila tidak segera diatasi secara menyeluruh dan bersama-sama, krisis tersebut diduga akan mengakibatkan krisis global dan membawa perekonomian dunia ke arah depresi.

Tentu saja, situasi ini memiliki dampak sangat buruk terhadap roda perekonomian, dan sedikit banyak membawa trauma tersendiri. Di sini perlu diingat, bicara krisis keuangan Asia saat itu, yang terjadi di Indonesia ialah yang paling buruk dibandingkan negara lain. Krisis moneter ini bukan saja bermuara pada krisis ekonomi yang berlarut-larut, juga sekaligus memantik krisis sosial-politik dan delegitimasi hingga berujung ambruknya rezim Orde Baru.

Sampai saat ini krisis ekonomi masih banyak dirasakan di kalangan masyarakat. Ekonomi merupakan faktor yang terpenting dalam kehidupan masyarakat. Kebutuhan ekonomi erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya seperti makan, minun, pakaian, tempat tinggal dan kebutuhan yang lebih banyak kebutuhan lainnya. Sebagai generasi muda yang akan menjadi harapan bangsa kita harusnya dapat melihat peluang yang telah tersedia, menjadi mahasiswa yang selalu ingin membawa perubahan, selalu bersinergi, berpikir kritis, dengan kerelaan dan keikhlasan untuk menjadi pelopor, penyampaian aspirasi baik kepada pemerintah maupun publik, dan menjadi pelayan masyarakat.

Belajar dari serangkaian krisis ekonomi global, fakta lain harus disimak ialah keberadaan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Pasalnya, sejauh ini UMKM merupakan modalitas ekonomi Indonesia saat menghadapi krisis ekonomi global. Di masa pandemi anggaran bantuan sosial, penyelamatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan lainnya itu lebih besar dari pada saat normal. Hal tersebut dapat dijadikan peluang untuk generasi muda, agar selamat pada kondisi saat ini. Di samping itu, adanya kebijakan social distancing dan Work From Home (WFH) sebagian besar masyarakat memanfaatkan keadaan tersebut untuk berkreasi dan berinovasi dengan membuka usaha kecil, yang akhirnya dapat membantu pemulihan ekonomi walaupun belum secara total.

Pada krisis ekonomi saat ini mahasiswa sebagai agent of change tentu harus dapat menganalisis dan mempelajari perubahan yang terjadi dalam segala aspek baik ekonomi, sosial dan lainnya. Perubahan yang terjadi saat ini juga mengharuskan kita mahasiswa sebagai agent of change untuk tetap inovatif dan kreatif dalam memanfaatkan peluang, agar tidak semakin terpuruk dalam keadaan krisis. Jika kita tidak peduli dan tidak dapat menangani itu dengan baik, maka dikhawatirkan pada masa yang akan datang akan terulang kesalahan yang sama sehingga ekonomi akan terus mengalami penurunan.

Mahasiswa dapat turut serta untuk mendampingi startup anak muda, menciptakan wirausaha baru berkualitas, membantu persiapan UMKM agar dapat masuk dunia digital. Selain itu Mahasiswa juga dapat merancang bentuk promosi untuk membangun "brand awareness" dan membuat calon pelanggan tertarik. Media yang digunakan adalah platform digital, misalnya media sosial, website, marketplace dan sejenisnya. Membeli produk usaha masyarakat dapat pula membantu meningkatkan dan mempertahankan kehidupan ekonomi.

Peran perguruan tinggi dan mahasiswa dalam upaya pemulihan ekonomi, yakni bertindak sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi dengan menerapkan teori dan ilmu yang dimiliki, seperti melaksanakan KKN tematik sesuai kondisi dan potensi masyarakat setempat untuk mendukung pemulihan ekonomi. Mahasiswa dapat melihat peluang yang diberikan pihak universitas untuk memberikan kontribusinya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat yaitu melalui program-program yang disediakan oleh Kemendikbud RI seperti Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Program Holistik Pembinaan dan pemberdayaan Desa (PHP2D). Kedua program ini merupakan program yang ditujukan agar mahasiswa mampu menjalankan perannya dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, serta Pengabdian kepada Masyarakat. Hal ini bisa menjadi kesempatan bagi mahasiswa untuk membuat program yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image