Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Marissa Farikha Siti Fatimatuzzahra

Serba Serbi Kehidupan Seorang People Pleaser Alias 'Gak Enakan'

Curhat | Tuesday, 23 May 2023, 11:34 WIB

“Emm, gimana ya? Aku udah capek sih tapi aku juga kasian sama dia”.

Kalian setuju tidak dengan kalimat yang mengandung beragam makna diatas? Seseorang yang mengatakan kalimat semacam itu adalah mereka yang berhati lembut. Mereka mempunyai bermacam-macam emosi dan ruang kapasitas energi yang cukup melimpah. Namun, sayangnya ruangan tersebut sangat licin. Sehingga kemudian tidak sedikit energi yang berjatuhan dan tidak tertata rapi. Akibatnya, “para energi” yang berjatuhan tersebut menjadi penyakit bagi mental seseorang.

meminimalisir perilaku people pleaser " />
meminimalisir perilaku people pleaser

Kalimat di awal paragraf tersebut bukan sebuah khayalan atau karangan saja. Nyatanya, seperti itulah jalan pikir seorang people pleaser. Ya, mereka memang setiap hari terus merasa lelah. Namun, jika kalian berpikir mereka Lelah karena fisik, itu salah besar. People pleaser akan merasa capek pada pikiran dan mental mereka. Seseorang yang tidak bisa atau mungkin sulit lepas dari sifat “Ga Enakan” akan terus merasa bersalah apabila dia tidak membantu atau memberikan kontribusi kepada orang lain.

People pleaser ini juga merupakan salah satu penyakit mental yang sangat sering dan bahkan mudah untuk ditemui. Biasanya, seseorang yang seperti itu cenderung tidak ingin dirinya dianggap begitu. Mereka akan terus menyangkal fakta tersebut. Semakin mereka tidak mau menerimanya maka semakin berat pula beban pikiran mereka. Terutama jika seseorang tersebut memiliki pikiran yang begitu sensitif terhadap apapun. Kepala mereka akan semakin pening jika sifat people pleaser tidak segera diatasi.

Saat ini, people pleaser lebih dikenal sebagai perilaku yang pelakunya sulit berkata “tidak” pada setiap permintaan dan penawaran yang diajukan kepada dirinya. Di era Gen Z seperti sekarang ini, sifat seperti itu mudah sekali untuk dirasakan. Sebenarnya, banyak faktor yang menyebabkan seseorang mudah untuk menjadi people pleaser. Dikutip dari parenting.co.id, ada setidaknya 7 faktor seseorang memiliki sifat people pleaser dalam dirinya. Diantaranya yakni :

1. Tidak suka konfrontasi

2. Takut sebuah hubungan tersebut rusak

3. Faktor pengasuhan semasa kecil

4. Kesulitan menyatakan keinginan

5. FOMO (Fear of Missing Out)

6. ‘suka’ saat dirinya merasa dibutuhkan

7. Terlalu peduli denga napa kata orang

Itulah 7 faktor seseorang memiliki sifat people pleaser dalam dirinya. Dari 7 faktor tersebut ada beberapa yang paling berpengaruh, yaitu takut sebuah hubungan rusak. Mengapa bisa seperti itu? Pada dasarnya seseorang pasti akan memiliki sebuah ikatan hubungan baik itu dengan lawan jenis, sesama jenis, maupun dengan orang yang lebih tua dari dirinya sekalipun. Namun, disaat mereka membangun hubungan tersebut tanpa didasari adanya keyakinan dan komitmen yang serius dari diri mereka masing-masing, maka secara tidak langsung akan banyak sekali celah di dalam hubungan mereka.

Seperti contoh, hubungan dalam pertemanan. Memiliki seorang teman atau sahabat yang selalu bersama memang asyik. Namun, jika pertemanan tersebut tidak dilandasi dengan rasa kepercayaan dan komitmen, maka hal kecil pun bisa memicu pertengkaran dan berujung permusuhan. Oleh sebab itu, penting untuk memiliki boundaries atau standar diri kita. Standar tersebut yang nantinya mampu untuk membatasi diri kita dari apapun.

Tak jarang di dalam hubungan pertemanan seringkali kita dihadapkan pada pilihan yang harus mengorbankan salah satu. Yakni mengorbankan antara hubungan pertemanan dengan perasaan dan kata hati. Bagi seseorang yang memiliki perasaan sensitif, situasi tersebut bisa menjadi situasi yang sangat merugikan pikiran dan energi. Bagi seorang people pleaser, kata hati adalah yang paling utama.

Namun, karena mereka merasa bahwa membuat senang seseorang adalah hal yang wajib dilakukan, tentu saja hal tersebut bisa saja berbeda. Ya, seseorang yang memiliki sifat “tidak enakan” dengan sesamanya memiliki perasaan yang kuat tentang kata hati. Berbeda dengan seseorang yang mengedepankan logika, intuisi seseorang yang “tidak enakan” biasanya selalu benar.

Disini bukan berarti bahwa orang yang cenderung memakai logika adalah yang tidak berperasaan. Tetapi, orang dengan intuisi atau perasaan yang kuat cenderung memakai perasaan disituasi apapun. People pleaser tidak selalu diidentikkan dengan kepribadian introvert. People pleaser adalah sikap dan sifat. Semua kepribadian manusia pasti pernah memiliki sifat people pleaser kepada orang lain.

Walaupun introvert cenderung lebih diam dan tidak banyak berbicara (hanya berbicara disaat tertentu), bukan berarti mereka adalah orang yang asal manut saja. Introvert cenderung diam dikala memang situasinya tidak memungkinkan mereka untuk berbicara. Mereka akan berbicara ketika mereka benar-benar dibutuhkan atau disaat yang tepat. People pleaser tidak selalu disangkut pautkan dengan introvert. Jadi, jangan salah mengira bahwa introvert yang selalu diam adalah seorang people pleaser.

Memiliki sifat people pleaser sebenarnya bukan sebuah pilihan. People pleaser hadir di dalam diri kita secara naluriah. Ketika kita lebih banyak bertindak dan berpikir menggunakan perasaan dan kata hati, maka people pleaser itu hadir. Tidak ada yang salah dari sifat tersebut. Namun, jika sifat itu dibiarkan secara berkelanjutan maka dampaknya terhadap kesehatan mental juga bisa berpengaruh.

Ada kalanya dalam hidup ini kita selalu ingin menjadi orang yang berguna bagi sesama. Saling membantu sesame manusia juga merupakan hal yang sangat mulia. Namun, tidak ada salahnya jika kita sedikit memperhatikan diri kita sendiri terlebih dahulu dibandingkan orang lain. Bahkan saat ini, sudah banyak edukasi mengenai kesehatan mental dari berbagai media. Dikarenakan kesehatan mental sangatlah penting keberadaannya sehingga hal tersebut terus menerus digaungkan oleh berbagai media.

Salah satu tips paling ampuh untuk mengatasi sifat people pleaser yang sudah terlanjut berkelanjutan adalah dengan menyadarinya. Menyadari bahwa sifat tersebut tidak selamanya bernilai positif terutama bagi kesehatan mental. Selain tips tersebut, ada satu cara lagi yang dirasa cukup ampuh. Yaitu dengan lebih mencintai diri sendiri. Bisa saja, memiliki sifat people pleaser adalah efek negative dari kurangnya rasa cinta terhadap diri sendiri yang semakin memudar. Dan yang paling penting, lebih pikirkan kembali mengenai konsekuensi apa yang akan diperoleh jika kita terus memiliki sikap “tidak enakan’.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image