Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Khoseimah

Budaya Fangirling terhadap Musik K-Pop dapat Menurunkan Tingkat Stress Mahasiswa Indonesia

Eduaksi | Tuesday, 23 May 2023, 08:33 WIB
Sumber foto dari @Haruto_ww_

Fangirling memiliki arti perilaku yang dilakukan oleh penggemar perempuan (fangirl) untuk menunjukkan rasa kagum atau suka mereka terhadap seseorang atau sesuatu yang mereka idolakan (Cahyani, 2019). Beberapa bentuk fangirling yang umum dilakukan penggemar adalah menonton film, mendengarkan musik, menonton konser, mencari informasi seputar idola mereka di media sosial, dsb.

Mengglobalnya budaya K-Pop di berbagai penjuru dunia tak lepas dari pengaruh media yang hingga saat ini penggunaannya semakin masif. Dari perspektif media, budaya K-Pop akhirnya dapat menyebar, terbentuk dan akhirnya dikonsumsi oleh para penggemarnya. Dengan adanya proses globalisasi. Kedua hal ini, baik itu media dan globalisasi tidak pernah bisa terlepas satu sama lain. Arus globalisasi menghantarkan budaya-budaya K-Pop lewat tayangan-tayangan, atau konten lainnya, seperti K-Drama, musik, tarian, fashion, dsb. Karena hal itulah pada akhirnya budaya K-Pop menyebar dan terbentuk di kalangan penggemar, terutama fangirl atau penggemar perempuan, yang pada akhirnya menjadi sebuah budaya yang baru.

Dari banyaknya penggemar K-Pop di dunia termasuk di Indonesia, kalangan mahasiswi merupakan salah satu dari sekian kalangan penggemar K-Pop. Mahasiswi yang menyukai K-Pop, menggunakan K-Pop sebagai hiburan dan impian mereka (Apriliani & Setiawan, 2019). Di tengah kesibukan kegiatan perkuliahan tentunya mahasiswi perlu untuk melakukan refreshing terhadap dirinya. Seperti hasil penelitian yang sudah disebutkan, melakukan kegiatan fangirling merupakan alternatif bagi para mahasiswi pecinta K-Pop untuk mencari hiburan.

Pada penelitian yang dilakukan pada sebuah daerah di Nigeria tahun 2017, sebanyak 97% pelajar perempuan di sana mengakses sosial media mereka untuk mencari informasi seputar idola yang mereka sukai untuk melarikan diri dari penatnya kehidupan sehari-hari mereka (Okika & Bukola Blessing, 2017). Para peneliti sepakat bahwa para penggemar cenderung menganggap bahwa menjadi seorang penggemar adalah sebuah hadiah bagi mereka, dan mereka juga meyakini bahwa pelarian dengan media yang dilakukan oleh penggemar adalah suatu hal yang diinginkan ketimbang dengan kehidupan nyata yang mereka alami (Mohd Jenol & Ahmad Pazil, 2020).

Apa saja sih manfaat fangirling dalam menurunkan stress bagi mahasiswa? Berikut ini manfaatnya;

Merangsang Perasaan Positif

Ketika seseorang fangirling, mereka sering kali merasakan perasaan positif seperti kegembiraan, antusiasme, atau kekaguman. Hal ini dapat meningkatkan mood dan mengurangi stres dengan memicu pelepasan endorfin atau hormon bahagia di dalam tubuh.

Distraksi dari Masalah Pribadi

Ketika seseorang tenggelam dalam fangirling, mereka cenderung melupakan sementara masalah pribadi atau stres yang sedang mereka hadapi. Fokus mereka beralih pada hal-hal yang membuat mereka senang, yang dapat membantu mengurangi tingkat stres dan memberikan waktu istirahat dari pikiran yang berat.

Menciptakan Kesenangan

Fangirling memungkinkan seseorang untuk terlibat dalam kegiatan yang mereka sukai dan merasa terhibur. Mengikuti dan mendukung idola atau karya favorit mereka dapat memberikan momen kesenangan dan membantu mengalihkan pikiran dari stres yang sedang dialami.

Rasa Komunitas dan Dukungan

Fangirling sering kali melibatkan komunitas penggemar yang saling mendukung. Melalui interaksi dengan sesama penggemar, seseorang dapat merasa lebih terhubung, mendapatkan dukungan emosional, dan merasa termotivasi. Hal ini dapat membantu mengurangi rasa isolasi dan stres yang disebabkan oleh tekanan atau tuntutan sehari-hari.

Namun, perlu diingat bahwa fangirling tidak boleh menjadi satu-satunya cara untuk mengatasi stres. Penting untuk mengembangkan strategi lain yang sehat, seperti olahraga, meditasi, tidur yang cukup, atau menjaga hubungan sosial yang baik. Jika stres terus-menerus mempengaruhi kesejahteraan Anda, disarankan untuk mencari bantuan profesional seperti konselor atau psikolog.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image