Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

Masjid Angker

Alkisah | 2023-05-22 20:03:44

Cerita ini saya dapat dari siaran radio dakwah islamiyah yang dipancarkan dari daerah jagalan kota malang. Diceritakan bahwa ustadz yang sedang ceramah tersebut diantar oleh jama’ahnya ketika sepulang memberikan tausiyah menggunakan mobil. Dalam perjalanan tersebut jama’ah tersebut bercerita tentang hal yang aneh dan menggelitik.

Ketika dalam perjalanan mengendarai mobil, jama’ah ini melihat jam yang menunjukkan waktu shalat isya’ telah masuk. Karena sudah terbiasa shalat berjamaah dan enggan untuk melewatkannya, maka ia berhenti parkir ditepi masjid dan bergegas menuju tempat wudhu kemudian memasuki masjid.

Karena kondisi masjid yang masih sepi, maka ia menunggu beberapa menit barang kali ada muadzinnya, akan tetapi setelah 10 menit waktu masuk telah lewat dan ditunggu tak kunjung ada muadzinnya, maka ia berfikir barang kali muadzin tidak shalat, ia pun segera menuju tempat adzan dan mengumandangkannya. Sesudah adzan, besar harapan ada jama’ah yang datang. Sambil menunggu ia shalat sunnah terlebih dahulu.

Hingga shalat sunnahnya usai, tak seorang pun datang untuk shalat berjama’ah. Dan ia mengumandangkan iqamah melalui speaker supaya lebih terdengar, barang kali orang-orang akan bergegas menuju masjid karena pertanda shalat hendak dimulai. Hingga iqamah usai, karena tak ada jama’ah yang hadir, ia memutuskan untuk menjadi iman. Ia mengambil posisi untuk menjadi imam dan memulai shalat, hingga raka’at ketiga ia merasakan tak ada seorang pun datang menuju masjid tersebut. dan akhirnya menjelang rakaa’t keempat baru ada orang yang menggedor-gedor pintu dengan keras, dan ia berfikir pasti ini ada jama’ah yang akan masbuq mengikuti shalatnya meskipun tinggal satu raka’at terakhir.

Dalam duduk tasyahud akhir ia seperti biasa dalam posisi sempurna, ia akhiri shalat isya berjama’ah tersebut dengan salam ke kanan dan ke kiri. Akan tetapi, ketika salam usai, ia mencoba menengok ke belakang, kekanan dan kekiri, alangkah kagetnya ketika ia tidak mendapati ada orang dibelakangnya. Sehingga bulu kuduknya berdiri, ia pun ketakutan. Ia perpendek dzikir setelah shalatnya dan segera ia meninggalkan masjid tersebut.

Dengan perasaan yang ketakutan ia tancap gas, karena tak ada seorang pun dilingkungan masjid tersebut. jarak sekitar 200 m dari masjid, ia mendapati ada warung kopi yang berjualan. Ia memberhentikan mobilnya dan membeli kopi diwarung tersebut. ia iseng coba bertanya-tanya tentang masjid yang baru ia singgahi.

“bu’, masjid disebelah sana itu, biasa dipakai shalat ndak ya?, kok sepi tadi, tanya jama’ah ini penuh selidik. “mas tadi shalat disana?. Penjual kopi balik tanya, “iya bu’. Jawabnya singkat. Terus gimana dik?, “maksudnya bu’?. Shalat disana gimana?. “ya setelah adzan dan iqamah, saya shalat sendiri karena tidak ada yang datang, tapi ketika raka’at keempat saya mendengar ada orang yang menggedor pintu keras-keras, saya kira ada jama’ah yang ikut jama’ah, setelah selesai salam, saya lihat kebelakang tidak ada orang”.

“ya itu mas, maksud saya. Masjid itu angker!..”, makanya tidak ada yang shalat di masjid itu.

Cerita diatas memang sangat menggelitik, masjid rumah Allah kok angker. Fenomena masjid angker ini adalah bukan salah setan, bukan salah jin. Akan tetapi karena kesalahan kita yang enggan shalat berjama’ah dimasjid. Masjid menjadi sepi sehingga para makhluk halus pun ingin menampakkan eksistensinya. Kita jarang memakmurkan masjid, banyak diantara kita bermental ‘calo’, terutama para orang tua. Dengan tegas memerintahkan anaknya untuk bergegas kemasjid, akan tetapi dirinya sendiri asyik nonton televisi di rumah.

Hasan Albana

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image